Jumat, 22 Februari 2019

=Daur 020 Latihan Lemah Lembut

 

 Daur-020 (Daur II)

Latihan Lemah Lembut

 •   •


Brakodin tertawa. “Aslinya ada keinginan besar diam-diam di dalam hati saya untuk sesekali menjadi Khatib shalat Jumat.…”

“Waduh”, Tarmihim tertawa sangat keras.

“Tentu itu andaikan saya punya ilmu, kefasihan, dan ilmu untuk berkhotbah”, Brakodin melanjutkan, “bukan karena saya ingin menasehati orang, dengan anggapan bahwa saya punya kedudukan keIslaman yang selayaknya punya hak menasehati. Apalagi menganggap para jamaah adalah orang yang saya anggap belum begitu Islam, sementara saya sudah sangat Islam sehingga layak berkhotbah”

“Lantas untuk apa berkhotbah, Pakde?”, Toling bertanya.

“Untuk semacam latihan. Serta saya ingin menguji diri saya berapa persen mampu melakukan anjuran Allah”

“Anjuran apa, Pakde?”
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. [1] (Ali ‘Imron: 159).

Brakodin mengulangi Iqra` ayat yang disebut Tarmihim tadi secara lengkap. Dan Tarmihim menyambutnya dengan tertawa lagi.

“Pakdemu ini melafalkan beda antara dho’ dengan dlot dan dzal saja selalu kebingungan atau terbalik-balik”, katanya, “lidahnya terlipat-lipat kalau mengucapkan tho`, tsa`, sin shod, syin…. baru mulai kalimat-kalimat awal khotbah, pasti Jamaah berdiri minta Khatibnya diganti”.

[1]
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.


https://www.caknun.com/2017/latihan-lemah-lembut/

=Daur 019 Cerminan Wajah Kotor

  

 Daur-019 (Daur II)

Cerminan Wajah Kotor

 •   •  


Giliran Brakodin yang sekarang tertawa. “Pakdemu Tarmihim ini melankolik, agak cengeng dan lebay. Ternyata sampai setua ini tidak kunjung sembuh”, katanya. Tarmihim jadi korban Iqra`nya Brakodin.

“Belum mengerti maksudnya, Pakde”, Seger bertanya.

“Dia bilang tidak mau dekat-dekat pada Islam dan Al-Qur`an. Alasannya bagus, seolah-olah ia tidak mau mengotori Islam, dan diam-diam ia merasa menjadi orang yang baik karena tidak mau mengotori Islam. Padahal sebenarnya itu strategi Pakdemu untuk menutupi dan memaafkan keawamannya yang abadi tentang Islam dan Al-Qur`an”

“Belum lengkap pemahaman saya, Pakde”, Jitul mengejar.

“Lho gimana sih. Islam itu suci, dan kesuciannya kekal abadi. Islam tidak bisa dikotori oleh manusia. Yang kotor adalah manusianya itu sendiri. Pakdemu tidak bisa mengotori Islam, karena yang ia kotori adalah dirinya sendiri. Islam dengan Al-Qur`an adalah alat pembersih manusia, penyelamat manusia di hadapan Maha Penciptanya. Lha Pakdemu itu malas membersihkan diri, terus alasannya tidak mau mengotori Islam”

Tarmihim kembali tertawa. “Sebenarnya yang dikatakan oleh Pakdemu Brakodin itu adalah dirinya sendiri. Sejak dulu, setiap kali mau berangkat Jumatan, dia selalu gelisah. Karena kawatir akan dimarah-marahi oleh Khotibnya. Khotib shalat Jumat pasti orang bersih, sehingga mungkin karena itu dia sering marah-marah karena dirasakannya banyak jamaah Jumat yang kotor hidupnya. Terutama Pakdemu Brakodin. Lantas ia cari-cari alasan dengan mengutip ayat ‘Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu”. [1] (Ali ‘Imron: 159). Padahal dia sendiri yang menjauh, takut melihat wajahnya yang kotor di cerminan kata-kata Khotib yang suci….”.

[1]
وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.

https://www.caknun.com/2017/cerminan-wajah-kotor/

=Daur 018 Jangan Dekat-Dekat Islam

 

Daur-017 (Daur II)

Jangan Dekat-dekat Islam

 •   •  

Rupanya Junit memang sedang tekun ber-Iqra`membaca Al-Qur`an. Entah apa jadinya nanti. Ia memang cukup terpelajar, tetapi tidak punya pengalaman santri. Tidak pernah secara khusus mengalami pembelajaran segala sesuatu yang membuatnya pantas membaca Qur`an.

“Pakde Tarmihim”, katanya, “terus terang saya memang sedang mengalami semacam rasa bercinta dengan Al-Qur`an. Tidak tahu apakah hal seperti itu wajar dilakukan, berhubung saya tidak memiliki perangkat pengetahuan dan ilmu yang cukup. Ada kesan umum bahwa Al-Qur`an itu seperti milik para Ulama, Kiai atau Ustadz. Siapa tahu memang Allah mewahyukan firman-firman itu untuk beliau-beliau, dan bukan untuk saya. Tetapi saya tidak bisa menahan diri untuk menikmati Qur`an, padahal katanya sangat berbahaya kalau tidak punya bekal untuk itu. Ketika Pakde menyebut ayat tentang hidup di dunia hanya main-main dan senda gurau, saya jadi ketakutan jangan-jangan kita termasuk orang yang menjadikan Agama sebagai permainan dan senda gurau. Hati saya jadi kecil dan minder membaca ‘orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan kehidupan dunia telah menipu mereka’ [1] (Al-A’raf: 51). Jangan-jangan saya, juga Pakde Tarmihim, sedang berada di wilayah ancaman Tuhan itu.…”

Kali ini Tarmihim ternyata tidak tertawa. Wajahnya sangat serius, bahkan malah seperti menuju situasi menangis.

“Junit”, katanya, “sudah puluhan tahun saya mengalami kengerian seperti yang kamu alami. Pakdemu ini selalu merasa diri Pakde ini kotor, bodoh, dan tidak punya kelayakan untuk berdekatan dengan Al-Qur`an. Terkadang muncul pikiran ‘Ah, saya jangan dekat-dekat Islam. Islam itu sangat suci, sedangkan saya sangat kotor.…”.

[1]
الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَهُمْ لَهْوًا وَلَعِبًا وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا
(yaitu) orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan kehidupan dunia telah menipu mereka.


https://www.caknun.com/2017/jangan-dekat-dekat-islam/


=Daur 017 Tertawa Itu Sungguh-sungguh

 

 Daur-017 (Daur II)

Tertawa Itu Sungguh-sungguh

 •   •  

“Maaf, maaf…”, Tarmihim hampir terbatuk-batuk menghentikan tertawanya dengan setengah paksa, “Mudah-mudahan saya tertawa ini semata-mata karena jenis adonan perasaan atau formula kejiwaan saya berbeda dengan kalian semua”. Ia meng-Iqra` dirinya.

Tertawanya nongol lagi. “Maaf saya sedang merasa geli kepada diri saya sendiri. Kalau tidak salah ada ayat Allah, saya lupa surat dan ayat berapa, tapi intinya ”dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain”. [1] (An-Nisa: 32). Bagaimana mungkin saya tidak mentertawakan diri saya sendiri? Atas dasar sejarah keilmuan dan pengalaman yang mana saya kok menyebut ayat Al-Qur`an….”

Setelah agak lama diam, Brakodin terdengar suaranya: “Tapi maaf saya tidak ikut tertawa. Jenis perasaan dan nasab kejiwaan saya berbeda”

“Asal tidak melarang yang lain tertawa”

“Saya tidak pernah melarang. Hanya kaget dan belum paham”

“Saya tertawa ini sungguh-sungguh”, Tarmihim membela diri, “Tertawa itu suci, ia keluar apa adanya dari perasaan melalui mulut. Tertawa itu bukan bermain-main. Tidak semua tertawa itu bergurau.

Tertawa itu murni sebagai akibat dari suatu sebab. Hubungan antara sebab dengan akibat yang berbentuk tertawa itu serius dan nyata. Bukan permainan. Bukan cengengesan. Bukan senda gurau”
“Saya juga tidak menuduh kamu main-main dan senda gurau”

“Meskipun Tuhan berfirman bahwa “tiadalah kehidupan dunia ini selain dari main-main dan senda gurau”, tetapi hidup saya sangat sungguh-sungguh. [2] (Al-An’am: 32). Entah siapa yang main-main dan senda gurau. Tapi saya tidak. Saya hanya tertawa karena bersyukur”.

[1]
وَلَا تَتَمَنَّوْا مَا فَضَّلَ اللَّهُ بِهِ بَعْضَكُمْ عَلَىٰ بَعْضٍا
Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain.
[2]
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ
Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka.


https://www.caknun.com/2017/tertawa-itu-sungguh-sungguh/



     

=Daur 016 Tertawa Itu Makhluk

 

Daur-016

Tertawa Itu Makhluk

 •   • 



“Jadi, tertawa itu makhluk ciptaan Tuhan”, Tarmihim memberi kesimpulan, seolah-olah itu hasil ber-Iqra`, “Tertawa itu bagian dari ide Allah dalam menciptakan kelengkapan manusia. Tertawa bukan hasil karya manusia, bukan kreativitas budaya manusia. Junit yang akhir-akhir ini getol membaca Al Qur`an, tentu bisa menemukan ayat yang berkaitan dengan apa yang saya kemukakan ini….”

“Ada, Pakde”, jawab Junit, “Tapi Pakde tuntaskan dulu penjelasan Pakde”

“Sudah. Sudah tuntas penjelasan Pakde”

“Belum, Pakde”, Junit membantah.

“Kalau begitu kamu yang menuntaskan penjelasan Pakde, karena bagi Pakde rasanya sudah tuntas”
“Kalau hati manusia tergetar kan biasanya terus terenyuh atau terharu, dan ungkapannya biasanya lantas mengucapkan Kalimah Thayibah, atau menangis, atau sekurang-kurangnya meneteskan airmata. Itulah tanda bahwa kita ini manusia, bukan batu, pohon atau hewan. “dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”. [1] (Al-Isra`: 70).

Tak disangka-sangka Tarmihim tertawa lagi.


[1]
وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَىٰ كَثِيرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا
dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.

https://www.caknun.com/2017/tertawa-itu-makhluk/


=Daur 015 Tergetar dan Tertawa

 

Daur-015

Tergetar dan Tertawa

 •   •  

“Kok malah menjadi-jadi tertawamu, Him?”, Brakodin agak tegang mendengar Tarmihim malah tertawa sesudah Junit membaca ayat.

“Saya tertawa karena gembira”, jawab Tarmihim, “saya bukan menertawakan. Saya kagum dan bersyukur”

“Tapi kalau ada orang lain yang mendengar, kamu dianggap menertawakan ayat Tuhan. Hati-hati Iqra`mu”

“Lho kan ayat itu tentang Allah memberi karunia dengan menggembirakan hamba-hambaNya yang beramal saleh. Sejak awal pembicaraan kita yang berasal dari cerita tentang Mbah Sot kan penuh ayat-ayat Qur`an. Kan tidak biasanya begitu. Ini kan kurang lazim dalam lingkaran kita. Tetapi ini semua menggembirakan. Ini anugerah Tuhan kepada kita yang awam Islam dan setengahnya buta huruf Qur`an. Bagaimana saya mampu tidak bersyukur dan bergembira mendengar ayat-ayat Allah mengalir dari bibir anak-anak kita. Dan bagaimana cara yang paling mudah dan spontan untuk bergembira selain tertawa…”

“Tapi tadi kamu bilang geli”, Brakodin mengejar.

“Kalau gembira kita tertawa. Kalau lebih bergembira kita malah menangis. Dan kalau tangis kegembiraan sudah lewat, bisa malah merasa geli. Apalagi kalau dilihat sejarah kita ini kan bukan seperti sejarah para ‘Alimuddin dan Shalihul’amal’. Kita bukan lingkaran orang yang mengerti Agama dan berperilaku penuh amal saleh. Jadi wajar kalau aliran ayat-ayat dalam perbincangan kali ini membuat saya tergetar. Tapi rasa tergetar itu tidak membuat saya menangis. Sudah sangat lama saya tidak menangis….”
Junit mengutip ayat lagi: “Orang-orang yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka[1] (Al-Hajj: 35).
Dan tertawa Tarmihim meletus lagi.

[1]
الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ
Orang-orang yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka

https://www.caknun.com/2017/tergetar-dan-tertawa/


=Daur 014 Tak Mungkin Nabi Cekikikan

 

 Daur-014

Tak Mungkin Nabi Cekikikan

 •   •  

Uraian Brakodin dan respon lainnya mendadak terhenti karena suara tertawa Tarmihim. Terpingkal-pingkal tapi ditahan. Kedua tangannya menutupi mulutnya. Tapi desakan tawanya sedemikian kuat sehingga semua tahu.

“Ada apa, Him?”, Brakodin bertanya. Agak kaget campur sedikit terganggu, bahkan ada unsur tersinggung.

“Maaf, maaf….”, Tarmihim menjawab sambil mencoba menghentikan tawanya, “saya ini sedang sangat bergembira, tapi campur geli, karena lucu, benar-benar lucu”

“Kok geli? Lucu? Apa yang bikin geli? Apa yang lucu?”

“Ya semua ini”, Tarmihim agak reda tertawanya, “tetapi yang utama tetap gembira dan bersyukur”
Jitul nyeletuk nakal: “Saya sedang banyak mempelajari perilaku Kanjeng Nabi Muhammad, dan yang saya banyak temukan adalah beliau sangat murah senyum, tapi hemat tertawa. Tidak ada kabar bahwa pernah tertawa keras, terbahak-bahak, atau terpingkal-pingkal, terkekeh-kekeh, apalagi cekikikan seperti Pakde Tarmihim”

“Benar sekali, Tul”, Seger menimpali, “akhir-akhir ini saya sering mendengar ceramah yang melarang kita melakukan apa yang tidak dilakukan oleh Rasulullah, contohnya yang tertawa cekikikan seperti Pakde Tarmihim itu. Tidak mungkinlah seorang Nabi tertawa cekikikan, dan kita kan wajib ittiba’ Rasul”

Junit mengutip firman: “Itulah karunia Allah, menggembirakan hamba-hamba-Nya yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh”. [1] (As-Syuro: 23). Junit memang sedang rajin Iqra`.
Tetapi mendadak Tarmihim tertawanya meledak.

[1]
ذَٰلِكَ الَّذِي يُبَشِّرُ اللَّهُ عِبَادَهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
Itulah karunia Allah, menggembirakan hamba-hamba-Nya yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh.


=Daur 013 Sombong, Kejam, dan Menyakiti



 Daur-013

Sombong, Kejam, dan Menyakiti

 •   •  

Tetapi menurut Brakodin, di samping kebanggaan bertemu dengan anak-anak muda Mujahidin, para pekerja keras dan para penekun ibadah kepada Allah di Negeri yang secara tradisi tidak mengenal Allah – Mbah Sot juga bercerita tentang kesedihan yang membuatnya berduka.

“Di antara para Mujahidin yang sangat mengharukan dan membesarkan dada itu”, demikian kata Mbah Sot, dikisahkan oleh Brakodin, “ada sekelompok anak-anak muda yang sangat merepotkan kehidupan di dunia dan menyusahkan orang Islam”


Junit, Jitul, Tuling, dan Seger penasaran apa maksudnya ini.

“Mereka ini menyebut Negara di mana mereka bekerja sebagai Negara Kafir, tetapi mereka makan nasi dan menerima gaji dari Bos-bos Kafir Perusahaan-perusahaan Kafir. Mereka mengabdi kepada majikan-majikan sambil mengafirkan mereka di belakang punggung”

“Sementara mereka selalu bersikap sangat sombong, bermulut kejam, dan tiap hari menyakiti hati sesama Muslim. Sejak dulu Kiai dan Ulama pengabdi Tuhan dan penyayang manusia berjuang menambah jumlah orang yang mengislamkan dirinya. Sementara jenis Kiai yang ini setiap hari ribut mengafirkan saudara-saudaranya sendiri sesama Muslim, serta sibuk mengurangi jumlah Kaum Muslimin, hanya karena berbeda pandangan dengan mereka. Mungkin metode Iqra` tingkat tertinggi dari para Masyayikhul-Ulama yang mereka pakai”.

Junit menyahut: “Mereka seperti tidak mendapat rahmat dari Allah. ’Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka’ [1] (Ali Imron: 159). Yang ini bilang asal orang bersyahadatain ia menjadi Islam, yang di sana sudah menjalankan Rukun Islam masih dikafir-kafirkan”.

[1]
 ۖ فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللَّهِ لِنتَ لَهُمْ
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.


https://www.caknun.com/2017/sombong-kejam-dan-menyakiti/


=Daur 012 Gagah dan Ikhlas Berhijrah

 

 Daur-011

Gagah dan Ikhlas Berhijrah

 •   •  


“Mbah Sot kemudian mengobrol panjang dengan anak-anak muda yang gagah perkasa itu, dan sesudahnya mereka berteman sangat akrab. Bahkan mereka hadir di beberapa tempat di mana Mbah Sot mengobrol dengan cucu-cucunya Mujahidin. Dua kalangan ini menjadi tersambung dan bersahabat, padahal bertahun-tahun sebelumnya mereka dipisahkan jauh oleh kondisi batin di antara mereka”

Kata Brakodin, ketika menceritakan itu Mbah Sot menyebut dua ayat yang menyangkut anak-anak muda tiang-tiang masa depan Negara itu. Yang pertama, “Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” [1] (Ar-Ro’d: 11). Kedua, ”Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti Kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia. Dan sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar, kalau mereka mengetahui.” [2] (An-Nahl: 41). Gaya Iqra`nya Mbah Sot seperti Ustadz.

Mbah Sot, kata Brakodin, sangat bangga kepada Kaum Muda Mujahidin itu seluruhnya. Sebab mereka sudah membuktikan secara nyata dan penuh keberanian untuk mengubah nasib mereka. Mbah Sot mendoakan semoga Allah tidak menghendaki keburukan apapun atas hidup mereka yang penuh pengorbanan itu.

Bahkan dalam banyak segi, Mbah Sot menemukan dan membuktikan dengan mata, telinga, hati, dan akalnya sendiri bahwa berkat keikhlasan hijrah mereka, sejauh ini Allah benar-benar memberikan “tempat yang bagus” kepada mereka.

[1]
إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنفُسِهِمْ ۗ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُ ۚ وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِ مِن وَالٍ
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.
[2]
وَالَّذِينَ هَاجَرُوا فِي اللَّهِ مِن بَعْدِ مَا ظُلِمُوا لَنُبَوِّئَنَّهُمْ فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً ۖ وَلَأَجْرُ الْآخِرَةِ أَكْبَرُ ۚ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti Kami akan memberikan tempat yang bagus kepada mereka di dunia. Dan sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar, kalau mereka mengetahui.


https://www.caknun.com/2017/gagah-dan-ikhlas-berhijrah/


=Daur 011 Membersihkan Tanpa Ikut Mengotori



Daur- 011

Membersihkan Tanpa Ikut Mengotori

 •   •




Mbah Sot, demikian Brakodin menceritakan, sebenarnya sudah sangat kelelahan untuk menjelaskan kerusakan-kerusakan Negerinya sendiri yang sangat menyedihkan hatinya dan amat menguras tenaga batinnya. Satu Iqra` saja sudah tak ada habisnya. Tapi rupanya masih sempat sekilas dua kilas menyampaikan sejumlah inti permasalahannya.

“Kalian tidak harus mencari dan membaca informasi Tuhan ini: ‘Maka bagaimanakah halnya apabila mereka orang-orang munafik itu ditimpa sesuatu musibah disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri, kemudian mereka datang kepadamu sambil bersumpah: ‘Demi Allah, kami sekali-kali tidak menghendaki selain penyelesaian yang baik dan perdamaian yang sempurna’.’ [1] (An-Nisa: 62). Kalian sangat berhak meremehkan saya, karena saya orang tua renta ini memang bukan faktor apa-apa di Negeri kalian. Tapi kalau beberapa waktu yang dekat di depan kita ini nanti kalian mendengar apa yang Tuhan bilang ‘kemudian mereka datang kepadamu sambil bersumpah’ – kalian tidak perlu heran, karena sekarang saya sudah menyampaikan kepada kalian”

 “Sejak puluhan tahun silam pekerjaan saya adalah memperbaiki truk yang rusak, meskipun saya tidak ikut merusaknya. Membersihkan rumah yang kotor penuh tinja, padahal saya tidak ikut buang air besar. Memperbaiki bangunan rumah yang tiangnya patah, atapnya bocor, temboknya retak, atau hama tikusnya merajalela. Mendamaikan penghuni rumah itu yang tak habis-habisnya bertengkar. Baik bertengkar di antara mereka sendiri maupun berantem dengan tetangga-tetangganya. Alhasil pekerjaan saya adalah mendirikan kembali bangunan yang roboh, tanpa saya pernah merobohkannya. Menata hati dan pikiran maling yang akan dipenjara, padahal ketika akan mencuri tidak bilang saya…”.

[1]
فَكَيْفَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ ثُمَّ جَاءُوكَ يَحْلِفُونَ بِاللَّهِ إِنْ أَرَدْنَا إِلَّا إِحْسَانًا وَتَوْفِيقًا
Maka bagaimanakah halnya apabila mereka (orang-orang munafik) ditimpa sesuatu musibah disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri, kemudian mereka datang kepadamu sambil bersumpah: "Demi Allah, kami sekali-kali tidak menghendaki selain penyelesaian yang baik dan perdamaian yang sempurna".


https://www.caknun.com/2017/membersihkan-tanpa-ikut-mengotori/

=Daur 010 Sembilan Lelaki Perusak




Daur-010

Sembilan Lelaki Perusak

 •   •  

“Kalau tipu daya nasional yang sedang diselenggarakan dan dipacu dengan menghalalkan segala cara ini gagal”, kata Mbah Sot, dikisahkan Brakodin, “maka sejumlah raksasa akan jatuh bergelimpangan. Pertama Partai Raksasa yang mengangkut pemimpin tertinggi dan anak buahnya itu akan kehilangan legitimasi dan akan seperti aki mobil mendadak lenyap stroomnya….”

Anak-anak muda yang dendam kepada keadaan Negaranya yang membuat mereka terbuang sangat jauh ke seberang laut, semakin lama semakin terserap oleh penjelasan-penjelasan Mbah Sot.

“Raksasa-raksasa Pengembang yang sudah terlanjur menanamkan ratusan trilyun rupiah akan tersungkur di tengah jalan. Dan itu memperlambat proyek penguasaan para Raksasa itu atas Indonesia di bidang kekuasaan politik, militer, kebudayaan, bahkan ideologi dan Agama. Sebab selama berpuluh-puluh tahun mereka hanya diizinkan bergerak di bidang perniagaan saja”

“Maka si anak buah itu harus menang di pengadilan hukum maupun di pemilihan kepenguasaan politik di wilayahnya, yang merupakan pusat Negeri dan tempat penggumpalan mayoritas uang, serta tempat bertumpuknya semua perangkat kekuasaan ekonomi dan politik”

“Kalau sempat dan pas menganggur di tempat indekos kalian, coba ada yang baca ayat Tuhan: ‘Dan adalah di kota itu sembilan orang laki-laki yang membuat kerusakan di muka bumi, dan mereka tidak berbuat kebaikan’. [1] (An-Naml 48). Kemudian saya yakin kalian juga percaya kepada Maha Penguasa Yang Sesungguhnya atas kehidupan ini, yang berjanji: ‘Dan mereka merencanakan makar dengan sungguh-sungguh dan Kami merencanakan makar (pula), sedang mereka tidak menyadari’.” [2] (An-Naml 50).

[1]
وَكَانَ فِي الْمَدِينَةِ تِسْعَةُ رَهْطٍ يُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ وَلَا يُصْلِحُونَ
Dan adalah di kota itu sembilan orang laki-laki yang membuat kerusakan di muka bumi, dan mereka tidak berbuat kebaikan.
[2]
وَمَكَرُوا مَكْرًا وَمَكَرْنَا مَكْرًا وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ
Dan merekapun merencanakan makar dengan sungguh-sungguh dan Kami merencanakan makar (pula), sedang mereka tidak menyadari.



https://www.caknun.com/2017/sembilan-lelaki-perusak/

=Daur 009 Meranjau Diri Sendiri

 

Meranjau Diri Sendiri

 •   •

“Negara kalian semakin rusak oleh kelakuan pengurusnya sendiri”, Mbah Sot melaporkan kepada anak-anak muda yang hatinya merasa terbuang itu, sebagaimana dikisahkan Brakodin, meng-Iqra` situasi Negerinya, “Mereka terjebak di dalam jebakan yang mereka ciptakan sendiri. Mereka terjerumus ke dalam ranjau yang mereka gali sendiri. Kaki mereka terserimpet oleh tali-tali yang mereka rajut sendiri. Mereka kebingungan oleh pukat ambisi mereka sendiri”.

“Pemimpin tertingginya sedang suntuk bekerja, berstrategi, dan mengatur-atur bagaimana melindungi seorang bawahannya. Yang posisinya sangat penting dibanding ribuan bawahannya yang lain. Yang juga merupakan kunci keselamatannya sendiri, serta kunci sukses atau gagalnya pelaksanaan berbagai perjanjian antara pimpinan tertinggi itu dengan sekumpulan orang kaya yang membiayai dan merekayasanya untuk menjadi pimpinan tertinggi”

“Dilindungi bagaimana? Dilindungi agar menang dalam dua perkara. Pertama, peradilan yang bisa menyeretnya masuk penjara. Kedua, pemilihan kepala daerah yang wajib dimenangkan oleh anak buahnya itu, apapun caranya, kalau perlu dengan mengubah neraka menjadi surga dan sebaliknya.”

“Saya butuh waktu tujuh hari tujuh malam untuk menguraikan semua itu”, kata Mbah Sot, diceritakan Brakodin, “tapi cobalah salah seorang dari kalian membuka Al-Qur`an. Carilah firman Tuhan: “Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah, yaitu Al Kitab dan menjualnya dengan harga yang murah, mereka itu sebenarnya tidak menelan ke dalam perutnya melainkan api, dan Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada hari kiamat dan tidak mensucikan mereka dan bagi mereka siksa yang amat pedih”. [1] (Al-Baqarah 174).

[1]
إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنزَلَ اللَّهُ مِنَ الْكِتَابِ وَيَشْتَرُونَ بِهِ ثَمَنًا قَلِيلًا ۙ أُولَٰئِكَ مَا يَأْكُلُونَ فِي بُطُونِهِمْ إِلَّا النَّارَ وَلَا يُكَلِّمُهُمُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah, yaitu Al Kitab dan menjualnya dengan harga yang sedikit (murah), mereka itu sebenarnya tidak memakan (tidak menelan) ke dalam perutnya melainkan api, dan Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada hari kiamat dan tidak mensucikan mereka dan bagi mereka siksa yang amat pedih.

https://www.caknun.com/2017/meranjau-diri-sendiri/

=Daur 008 Lebih Teraniaya

 

 Daur-008

Lebih Teraniaya

 •   •

“Berarti Mbah Sot merdeka dari dendam itu”, kata Seger, “kan Mbah Sot bukan pejabat dan pakaiannya ampun-ampun: sangat orang bawahan, wong cilik, meskipun tidak sampai kumal atau kumuh”

Brakodin membantah. “Mbah Sot juga dipelototi oleh mereka dengan pandangan penuh kebencian. Mereka sama-sama sedang makan di sebuah Warung Indonesia. Biasanya kapan orang Indonesia bertemu, selalu saling menyapa satu sama lain. Tapi kepada Mbah Sot mereka buang muka, bahkan menghindar ke sudut yang jauh. Sesekali mereka melirik ke Mbah Sot dengan sorot mata api….”

“Terus Mbah Sot gimana?”, Toling penasaran.

“Mbah Sot tidak bereaksi apa-apa meskipun agak heran. Sesudah mungkin melakukan Iqra` dan berpikir beberapa lama, Mbah Sot berdiri dan berjalan menemui mereka. Menyalami mereka satu persatu. Reaksi mereka sangat dingin dan terpaksa. Mbah Sot duduk di dekat mereka. Kemudian mencari peluang untuk omong kepada mereka”

“Omong gimana, Pakde?”

“Untung Mbah Sot ingat pernyataan Allah: ”Allah tidak menyukai ucapan buruk, yang diucapkan dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. [1] (An-Nisa: 148), “Maaf saya sengaja datang untuk berkenalan dengan kalian”, begitu kata Mbah Sot, diceritakan oleh Brakodin, “Saya ini sudah tua dan penakut. Saya cemas dan sedih jangan-jangan kalian membenci saya. Kalian marah dan memusuhi saya. Mungkin kalian merasa teraniaya di tanah air, dan menyangka bahwa saya adalah bagian dari yang menganiaya kalian. Bagaimana kalau saya laporkan kepada kalian bahwa saya juga teraniaya? Bahkan lebih teraniaya dibanding kalian?”.

[1]
لَّا يُحِبُّ اللَّهُ الْجَهْرَ بِالسُّوءِ مِنَ الْقَوْلِ إِلَّا مَن ظُلِمَ ۚ وَكَانَ اللَّهُ سَمِيعًا عَلِيمًا
Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.


https://www.caknun.com/2017/lebih-teraniaya/



=Daur 007 Andaikan Jadi Teroris

 

 Daur-007

Andaikan Jadi Teroris

 •   • t

Brakodin melanjutkan ceritanya.

“Tidak semua dari 50 ribuan pekerja kita di Negeri itu memiliki watak dan tujuan hidup seperti sebagian yang Mbah Sot berjumpa dengan mereka. Junit pasti berkesimpulan seolah-olah ada di antara mereka yang tidak tergolong dari informasi Tuhan: ”Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah”. [1] (Ar-Ro’d: 11).

“Saya belum pernah tahu ayat itu, Pakde”, Junit mengelak.

“Tapi semua mereka Mujahidin tho Pakde?”, Seger bertanya, “kan mereka semua kerja keras, berkorban meninggalkan kampung halaman, menyeberang sekian lautan, demi menghidupi keluarga mereka di tanah air. Saya tidak tega menyebut mereka bukan Mujahidin”

“Jangan memancing-mancing Iqra` Pakde Brakodin untuk menafsir-nafsirkan arti Mujahidin….”, potong Toling.

Brakodin tersenyum dan meneruskan. “Banyak di antara mereka yang hatinya dipenuhi dendam kepada Indonesia. Tentu bukan kepada Indonesia sebagai tanah air dan Negara. Mereka marah, geram, dan tampak benci kepada yang mengelola Negara. Karena kacaunya pengelolaan itulah mereka terlempar jauh ke Negeri orang demi mencari sesuap nasi”

“Kok Mbah Sot bisa berkesimpulan begitu?”

“Katanya suasana batin itu sangat terpancar di sorot mata dan penampilan wajah mereka. Kalau ada orang dari Indonesia datang dengan pakaian agak bagus atau necis, apalagi bergaya seperti pejabat, mereka langsung buang muka dan sama sekali tidak mau berkenalan. Kata Mbah Sot, andaikan mereka menjadi teroris, tidaklah mengagetkan”.

1]
لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِّن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.


=Daur 006 Dilindungi Majikan Kafir

 

 Daur-006

 

Dilindungi Majikan Kafir

 •   •

“Kok bisa mereka dibutuhkan dan dilindungi oleh Perusahaannya?”

“Ada beberapa sebab yang sangat mendasar”, jawab Brakodin, “Pertama, mereka sangat cepat belajar mengerjakan sesuatu yang diperlukan, meskipun mereka tidak punya latar belakang pendidikan yang sesuai dengan tugas pekerjaannya. Secara alamiah dan otodidak mereka adalah putra dari bangsa yang memang terampil dan punya pengalaman peradaban yang panjang dan tua”.

Semua mendengarkan dengan seksama. Jitul nyeletuk, “Para buruh Muslim dilindungi oleh Majikan-majikan Kafir ya Pakde….”

“Jangan usil dulu”, kata Brakodin, “Kedua, karena etos kerja mereka berbeda dengan para pekerja dari Negara-negara lain. Mereka tidak hanya sangat rajin bekerja, tapi juga dalam keadaan darurat, mereka mau dan ikhlas mengerjakan pekerjaan lain yang sebenarnya bukan bagiannya, tanpa menuntut imbalan. Perusahaan mana yang tidak riang gembira oleh karakter seperti itu?”

 
“Ketiga, sebagai manusia, mereka jauh lebih ramah, banyak tersenyum, pandai bergurau, dibanding para pekerja dari Negara-negara lain. Mereka adalah pekerja favorit di Negeri itu. Sesudah mereka baru anak-anak Vietnam, Filipina, India, Bangladesh, Dagestan, Azerbaijan, dan lain-lain. Kalau 50 ribu Mujahidin itu pergi dari Negeri itu, akan terjadi guncangan serius pada perekonomian mereka”.

“Mereka seolah-olah diajari langsung oleh Tuhan”, Tarmihim menyambung, “seolah-olah mereka mengalami langsung ‘allamal insana ma lam ya’lam….”. [1] (Al-’Alaq  5).

Jitul memotong, “Lho kok Pakde Tarmihim ikut-ikut menafsirkan. Seperti sudah khatam Iqra` saja. Nanti sesat lho Pakde….”.

[1]
عَلَّمَ الْإِنسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.



https://www.caknun.com/2017/dilindungi-majikan-kafir/

=Daur 005 Bainal Hisab wal Hisap



Daur-005

Bainal Hisab wal Hisap

 •   •  


“Begitu mereka bekerja di Negeri orang itu, Paspor mereka dipegang oleh Lembaga Tenaga Kerja yang mengurusi proses sehingga mereka bekerja di situ. Gaji mereka sepenuhnya diambil oleh Lembaga itu sampai jangka waktu yang menurut para Mujahidin ini terlalu rakus, mengandung pemerasan dan penghisapan”, Brakodin bercerita.

“Setiap pekerjaan kan memang dilaksanakan dengan transaksi, setiap transaksi ada aturan hisab atau hitungannya”, kata Junit.

“Tetapi hisab jangan sampai menjadi hisap….”, celetuk Jitul, “huruf ‘b’ dengan ‘p’ beda Iqra`nya”
“Kaum muda Mujahidin itu mendapat rizki yang sangat lumayan di Negeri orang, bisa lima sampai sepuluh kali lipat dibanding pendapatan jika mereka mengerjakan hal yang sama di Negara mereka sendiri”

“Itulah sebabnya mereka disebut Pahlawan Devisa”, sahut Sundusin.

“Itulah sebabnya juga mereka diperas, dihisap, diporoti, dilintahi, baik di Penampungan, maupun setiap mereka pulang ke tanah air. Baik oleh sejumlah petugas di Bandara, terkadang juga di kampungnya sendiri”

“Maaf ya Pakde”, Junit memotong, “Kalau hal itu membuat saya jadi ingat firman Tuhan ‘dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil…” [1] (Al-Baqarah: 188), apakah saya menyalahi aturan dan prinsip Tafsir?”

Tarmihim tertawa. “Pakdemu Brakodin itu baca Turutan saja ndak bisa-bisa sampai setua itu. Jangan ditanya soal Tafsir”

“Yang jelas anak-anak muda Mujahidin itu memilih tinggal di Negeri orang dalam posisi fisabilillah, karena kalau mereka pulang, sangat sulit prosesnya untuk kembali lagi bekerja di sana. Apalagi meski pekerja gelap, mereka dibutuhkan dan dilindungi oleh perusahaan-perusahaannya”.


[1]
وَلَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُم بَيْنَكُم بِالْبَاطِلِ
Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil

=Daur 004 Wewenang Ahli Tafsir

 


 Daur-004 (Daur II)


Wewenang Ahli Tafsir

 •   •  Dibaca normal 1 menit

“Kalau tidak salah Mbah Sot punya saudara yang anggota Majelis Umana’ yang tugasnya menjaga Bahasa Arab di dunia”, tiba-tiba terdengar suara Paklik Sundusin.

“Majelis Umana’?”, Seger bertanya.

“Itu semacam Dewan Bahasa Arab Dunia”, jawab Sundusin, “anggotanya Sembilan orang. Enam dari Negara-Negara Timur Tengah yang bahasa nasionalnya Bahasa Arab. Satu dari Afrika, satu dari Eropa, dan satu lagi dari Asia, ya kakaknya Mbah kalian Markesot itu”

“Hebat ya…”, Toling menyahut, “berarti beliau sangat menguasai Bahasa Arab. Mestinya Mbah Sot ya kecipratan….”

“Nanti dulu”, jawab Ndusin, “Menguasai Bahasa Arab tidak berarti memenuhi syarat untuk menjadi Ahli Tafsir Al-Qur`an. Ada banyak syarat untuk menafsirkan Qur`an. Tidak hanya menguasai Bahasa Arab”

“Tapi Mbah Sot kan juga sering mengemukakan ayat-ayat Qur`an”

“Itu tidak berarti Mbah Sot adalah Mufassirul-Qur`an. ‘Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya’. [1] (An-Nisa: 58). Iqra` jangan sembrono”.

“Begini”, Tarmihim memotong, “sebaiknya kita jangan terjebak untuk mendiskusikan tafsir Qur`an dan Ahli Tafsir. Kita semua tidak memenuhi syarat untuk itu. Yang berhak menafsirkan Al-Qur`an adalah Mufassir. Dan yang berwenang menilai Ahli Tafsir adalah para Ahli Tafsir itu sendiri. Dan kita sama sekali bukan beliau-beliau”.

“Tapi yang jelas anak-anak muda para pekerja yang Mujahidin itu”, kata Brakodin, “memilih fisabilillah bukan tidak ada alasannya. Semua pilihan ada sebab akibatnya. Mereka tidak punya niat mencampur-adukkan antara kebenaran dengan kebatilan”.

[1]
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَن تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَىٰ أَهْلِهَا
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya


 https://www.caknun.com/2017/wewenang-ahli-tafsir/

=Daur 003 Ancaman Untuk Sesat

 

 Daur-003  (Daur II)

Ancaman Untuk Sesat

 •   •  Dibaca normal 1 menit

Jitul, Seger, dan Toling nimbrung. Tak bisa dielakkan. “Jadi maksudnya fisabilillah itu tinggal di Negara orang tanpa visa izin tinggal. Penduduk gelap atau tidak legal di Negeri orang? Apakah itu tidak berarti mencampur-adukkan antara yang haq dengan yang batil, Pakde?”

Jitul tertawa. “Akhir-akhir ini Junit agak rajin buka-buka Al-Qur`an, Pakde”, katanya, “dia khawatir disalahkan Tuhan kalau mencampur-adukkan kebenaran dengan kebatilan….”.

Brakodin tersenyum. “Wah, hati-hati kalau baca Al-Qur`an, Nit. Baca hurufnya pakai mata, tapi baca kata-katanya kan pakai otak, untuk memahami maknanya harus pakai akal. Nanti jadi terjebak untuk menafsirkan. Padahal kamu kan bukan Ahli Tafsir”

“Siapa di antara kita yang Ahli Tafsir, Pakde?”, tanya Junit.

“Tidak ada”, jawab Brakodin.

“Mbah Sot?”

“Dia Ahli Taksir….”

“Jadi gimana kalau begitu?”

“Ya ndak gimana-gimana. Firman Tuhan ‘Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang haq itu, sedang kamu mengetahui’

[1] (Al-Baqarah: 42) itu kalau kita yang mencoba memahaminya pakai akal kemungkinan artinya bisa sangat luas, dinamis, dan relatif….”

“Serta mudah terpeleset ke jurang kesesatan”, Toling nimbrung.

“Waduh. Baca Qur`an itu malah terancam untuk tersesat ya…”, sahut Jitul. Padahal Iqra` saja pun baru meraba-raba.

“Kalau begitu di setiap kampung atau jamaah harus ada Ahli Tafsir. Jumlah Ahli Tafsir harus berjuta-juta dan merata keberadaannya”.


Kamis, 21 Februari 2019

-Reformasi NKRI Januari 2018


Pemimpin-11



Wahai Tuhan aku hidup di Negara di mana orang omong ngawur tentang Khilafah dan Syariah dan tak mau belajar.

Yang menginformasikan dan memaksakannya juga sembrono, merasa paling pintar sehingga tidak mau belajar.

Yang menolak dan melawannya juga sok hebat, merasa berkuasa dalam majhul jahilnya, sehingga tak mau kalah untuk juga tidak belajar.

Wahai Tuhan aku memohon perluasan kesabaran, pengkayaan kebijaksanaan, serta ketahanan hati untuk tidak melakukan sesuatu yang belum Engkau perbolehkan untuk dilakukan.

https://www.caknun.com/2019/pemimpin-11/ 
========================

Pemimpin-12