Pemimpin Gila (23 of 45)
(23-45 Syarat Jadi Presiden RI)
Tentang “bagaimana berpolitik tidak seperti kaum elite yang memimpin sekarang”–yang mereka sebut Democrazy: para pelaku kegilaan politik, yang hasil utamanya adalah memecah-belah rakyat.
Kata “gila” itu maksudnya idiom simbolik kultural ataukah benar-benar seperti yang dimaksudkan oleh ilmu pengetahuan, psikologi misalnya, dengan kebenaran akademiknya.
Kalau melihat penyelenggaranya, berarti gila dalam arti sebenarnya. Qoth’i. Bukan Dhonny, tafsir, interpretasi, analisis dan persepsi.
Jadi bangsa Indonesia akan memasuki tahun di mana mereka membayar biaya besar-besaran dan sibuk repot untuk memilih dua di antara empat orang gila.
(Mbah Nun bersama Masyarakat Maiyah)
https://www.caknun.com/2018/pemimpin-gila-2/
=============================
Qila Wa Qala Presiden (24 of 45)
(24-45 Syarat Jadi Presiden RI)
Berlangsunglah sebuah forum massal rakyat sinau bareng.
Workshop beberapa kelompok menemukan dan menyimpulkan bahwa di antara
segala apa saja dalam hidup ini, yang paling paling paling penting
adalah iman, taqwa, sabar, jujur dan ikhlas.
Mereka juga menemukan bahwa di semua Sekolah, Pesantren, Universitas, Perguruan Tinggi, Majelis Taklim, Kumpulan Tarikat, atau kerumunan-kerumunan di rumah-rumah Ibadah: tidak tersedia pelatihan lelaku untuk lima hal penting itu.
Tidak ada kelasnya, tidak ada mata kuliahnya, tidak ada workshopnya, tidak ada laboratoriumnya, tidak ada bengkelnya, tidak ada trainingnya.
Yang berlangsung hanya orang disuruh beriman, bertaqwa, bersabar, berjujur dan berikhlas. Tetapi tidak pelatihannya, metodologinya, tehnik pendadarannya.
Sebagai warganegara mereka juga harus memilih Presiden dan Wakilnya. Tetapi baik Presiden, Wakil maupun para pemilihnya, tidak pernah berlatih untuk berlaku sebagaimana kewajibannya.
Yang pasti diketahui hanyalah nama empat orang yang harus didua-orangkan, ditambah rerasanan massal, qila wa qala, katanya begini begitu, menurut itu kok begini, menurut ini kok begitu.
(Mbah Nun bersama Masyarakat Maiyah)
https://www.caknun.com/2018/qila-wa-qala-presiden/
=====================
Sampeyan mau jadi Presiden dan Wakil Presiden silahkan. Syaratnya tidak perlu plus, cukup asal tidak minus.
Tidak membangun ekonomi rakyat apa boleh buat, asal jangan menghancurkannya.
Tidak membangkitkan kesejahteraan, rakyat mencoba maklum, asal jangan bikin terpuruk penghidupan rakyat.
Tidak bisa mengamankan kehidupan, rakyat bisa aja mengalah, asal jangan malah bikin kisruh.
Tidak bisa mengatasi masalah sesekali bisa dimaafkan, asalkan jangan tambahi masalah.
Problem-problem bangsa semakin bertumpuk, rakyat bisa hanya mengelus dada, asal adanya Pak Presiden sendiri jangan malah jadi problem.
Negara dan perpolitikan nasional tidak sanggup mempersatukan rakyat, bisa dicari-cari alasan untuk dimaafkan — asal jangan justru menjadi pemecah belah kesatuan rakyat.
Sebab demikian itulah yang berlangsung hari-hari ini. Semua “jangan” itulah yang dilakukan oleh para penguasa Negara, politisi nasional, orang-orang pintar di strata elite dan menengah.
(Mbah Nun bersama Masyarakat Maiyah)
https://www.caknun.com/2018/presiden-pengisruh-rakyat/
=====================
Syarat pertama menjadi Presiden yang mudah dipahami oleh siapapun
tapi amat sukar dilakukan oleh pelakunya–adalah orang yang tidak
berambisi jadi Presiden.
Hulunya manusia ambisius adalah nafsu, hilirnya keserakahan. Di dalam dirinya penuh sesak oleh kobaran api kepentingan pribadinya sendiri. Jabatan adalah pakaiannya, Negara adalah perusahaannya, kekuasaan adalah pedangnya, dan rakyat hanyalah alas kaki kepentingannya.
Rakyat yang belum tahu tapi memilihnya karena merasa punya harapan, adalah rakyat yang tertipu. Rakyat yang sudah tahu tapi tetap memilihnya karena sudah buta matanya, adalah rakyat yang dungu.
Membangun bangsa kategori terakhir itulah memang program utama kaum politisi. Seluruh sistem politik, konstitusi dan aturannya khusus diperuntukkan bagi calon-calon yang ambisius, yang tega memfitnah dan menyingkirkan lainnya, serta yang tak punya harga diri dan budaya malu.
(Mbah Nun bersama Masyarakat Maiyah)
https://www.caknun.com/2018/presiden-rasa-malu/
==============================
Di dalam UUD 1945, Bab I Pasal 1, 3 ditetapkan bahwa “Negara Indonesia adalah Negara Hukum”.
Artinya, dalam Ilmu Maiyah: Indonesia ini Negaranya adalah Negara Hukum, warganya adalah Manusia Keadilan, dan tanah airnya adalah Tanah Air Nurani.
Tatanannya makro-mikronya: Tuhan (kalau memang ber-Pancasila) > Tanah Air > Rakyat > Negara > Pemerintah.
Strata supremasinya: Uluhiyah Tuhan > Mizan Kesemestaan > Nurani Kemanusiaan > Akal Keadilan > Rumusan Hukum.
Supremasi Hukum berlaku pada Gelembung-gelembung mikro pemerintahan.
Sesungguhnya saya sedang mencarikan argumentasi bahwa jargon NKRI “Supremasi Hukum” berasal dari pemahaman pengetahuan yang tidak lengkap, serta ilmu yang belum dewasa. Ini demi menutupi kekurangan Indonesia.
(Mbah Nun bersama Masyarakat Maiyah)
https://www.caknun.com/2018/tutupi-kekurangan-indonesia/
===================
Hakikinya Capres dan Cawapres tidaklah “memerlukan hukum”, karena mereka tak mungkin melanggar pagar hukum.
Bagaimana bisa?
Karena seharusnya Presiden adalah hamba Tuhan, manusia nurani, penyayang kemanusiaan, berakal keadilan.
Kepastian hukum adalah bagian otomatik dalam kepribadiannya. Itu yang membuat mereka dipercaya oleh rakyatnya.
Tetapi kalau yang memimpin menjalani kepatuhan hukum saja tidak bisa, maka hakikinya dia belum layak dikategorikan sebagai manusia, jauh dari kepantasan menjadi Presiden, apalagi Ahsanu Taqwim. Jangankan lagi Insan Kamil, strata kualitas kemanusiaan yang dipersyaratkan agar seseorang pantas memimpin.
(Mbah Nun bersama Masyarakat Maiyah)
https://www.caknun.com/2018/presiden-manusia-keadilan/
====================
Bapak Capres dan Cawapres hendaklah belajar sendiri-sendiri atau Sinau Bareng untuk mencapai kemampuan senantiasa berkata dan bertindak proporsional, tepat, akurat, dengan tingkat presisi setinggi mungkin.
Sebab yang akan Anda pimpin itu manusia, bukan benda, materi atau barang. Manusia adalah miniatur Tuhan, dengan kelengkapan dan keutuhan. Seluruh kandungan semesta ada pada manusia, sementara anasir utama kemanusiaan–misalnya hati, nurani, harga diri, akal, muru`ah, derajat, martabat dll–tidak dikandung oleh alam.
Hanya ahsanu taqwim manusia yang mampu membedakan antara wajah, pasuryan, rai, dapur, tampang atau prèjèngan.
Pemimpin bahkan wajib bisa meletakkan setiap kata itu pada presisi sosial, budaya, politik, psikologis, atmosfer dan nuansa.
Kata asu, dobol, diamput dll bisa saja menggembirakan dan menambah kemesraan: kalau diletakkan pada presisi kemanusiaan dan bebrayan yang tepat, yang memperhitungkan keseimbangan dan harmoni atau keselarasan.
(Mbah Nun bersama Masyarakat Maiyah)
https://www.caknun.com/2018/tampang-presiden/
====================
Betapa parahnya bangsa ini, memilih pemimpin tanpa wawasan.
Betapa malangnya bangsa ini, memilih Presiden tanpa pengetahuan.
Betapa semberononya bangsa ini, menempuh masa depan tanpa kewaspadaan.
Menjunjung idola tanpa ilmu, memuja-muja pembohong sebagai pahlawan.
Memberi penghormatan tanpa ketepatan, menghina tanpa perhitungan.
Terpesona kepada fatamorgana, terkesima oleh khayalannya sendiri yang fana.
Pengingkar janji dinabi-nabikan, munafik diratuadilkan.
Pengkhianat dimuhammad-muhammadkan, pendusta dimalaikat-malaikatkan.
Mempertengkarkan hal-hal yang tidak layak dipertengkarkan, mengubur sesuatu yang seharusnya dipersoalkan.
(Mbah Nun bersama Masyarakat Maiyah)
https://www.caknun.com/2018/presiden-parah/
====================
Bahkan andaikan mereka mampu memusnahkan saudaranya yang mereka musuhi itu, pasti juga sudah dilakukan.
(Mbah Nun bersama Masyarakat Maiyah)
https://www.caknun.com/2018/presiden-sorga-neraka/
==============
BERSAMBUNG KE REFORMASI BULAN DESEMBER 2018
Mereka juga menemukan bahwa di semua Sekolah, Pesantren, Universitas, Perguruan Tinggi, Majelis Taklim, Kumpulan Tarikat, atau kerumunan-kerumunan di rumah-rumah Ibadah: tidak tersedia pelatihan lelaku untuk lima hal penting itu.
Tidak ada kelasnya, tidak ada mata kuliahnya, tidak ada workshopnya, tidak ada laboratoriumnya, tidak ada bengkelnya, tidak ada trainingnya.
Yang berlangsung hanya orang disuruh beriman, bertaqwa, bersabar, berjujur dan berikhlas. Tetapi tidak pelatihannya, metodologinya, tehnik pendadarannya.
Sebagai warganegara mereka juga harus memilih Presiden dan Wakilnya. Tetapi baik Presiden, Wakil maupun para pemilihnya, tidak pernah berlatih untuk berlaku sebagaimana kewajibannya.
Yang pasti diketahui hanyalah nama empat orang yang harus didua-orangkan, ditambah rerasanan massal, qila wa qala, katanya begini begitu, menurut itu kok begini, menurut ini kok begitu.
(Mbah Nun bersama Masyarakat Maiyah)
https://www.caknun.com/2018/qila-wa-qala-presiden/
=====================
Presiden Pengisruh Rakyat (25 of 45)
(25-45 Syarat Jadi Presiden RI)
Sampeyan mau jadi Presiden dan Wakil Presiden silahkan. Syaratnya tidak perlu plus, cukup asal tidak minus.
Tidak membangun ekonomi rakyat apa boleh buat, asal jangan menghancurkannya.
Tidak membangkitkan kesejahteraan, rakyat mencoba maklum, asal jangan bikin terpuruk penghidupan rakyat.
Tidak bisa mengamankan kehidupan, rakyat bisa aja mengalah, asal jangan malah bikin kisruh.
Tidak bisa mengatasi masalah sesekali bisa dimaafkan, asalkan jangan tambahi masalah.
Problem-problem bangsa semakin bertumpuk, rakyat bisa hanya mengelus dada, asal adanya Pak Presiden sendiri jangan malah jadi problem.
Negara dan perpolitikan nasional tidak sanggup mempersatukan rakyat, bisa dicari-cari alasan untuk dimaafkan — asal jangan justru menjadi pemecah belah kesatuan rakyat.
Sebab demikian itulah yang berlangsung hari-hari ini. Semua “jangan” itulah yang dilakukan oleh para penguasa Negara, politisi nasional, orang-orang pintar di strata elite dan menengah.
(Mbah Nun bersama Masyarakat Maiyah)
https://www.caknun.com/2018/presiden-pengisruh-rakyat/
=====================
Presiden Rasa Malu (26 of 45)
(26-45 Syarat Jadi Presiden RI)
Hulunya manusia ambisius adalah nafsu, hilirnya keserakahan. Di dalam dirinya penuh sesak oleh kobaran api kepentingan pribadinya sendiri. Jabatan adalah pakaiannya, Negara adalah perusahaannya, kekuasaan adalah pedangnya, dan rakyat hanyalah alas kaki kepentingannya.
Rakyat yang belum tahu tapi memilihnya karena merasa punya harapan, adalah rakyat yang tertipu. Rakyat yang sudah tahu tapi tetap memilihnya karena sudah buta matanya, adalah rakyat yang dungu.
Membangun bangsa kategori terakhir itulah memang program utama kaum politisi. Seluruh sistem politik, konstitusi dan aturannya khusus diperuntukkan bagi calon-calon yang ambisius, yang tega memfitnah dan menyingkirkan lainnya, serta yang tak punya harga diri dan budaya malu.
(Mbah Nun bersama Masyarakat Maiyah)
https://www.caknun.com/2018/presiden-rasa-malu/
==============================
Tutupi Kekurangan Indonesia (27 of 45)
(27-45 Syarat Jadi Presiden RI)
Artinya, dalam Ilmu Maiyah: Indonesia ini Negaranya adalah Negara Hukum, warganya adalah Manusia Keadilan, dan tanah airnya adalah Tanah Air Nurani.
Tatanannya makro-mikronya: Tuhan (kalau memang ber-Pancasila) > Tanah Air > Rakyat > Negara > Pemerintah.
Strata supremasinya: Uluhiyah Tuhan > Mizan Kesemestaan > Nurani Kemanusiaan > Akal Keadilan > Rumusan Hukum.
Supremasi Hukum berlaku pada Gelembung-gelembung mikro pemerintahan.
Sesungguhnya saya sedang mencarikan argumentasi bahwa jargon NKRI “Supremasi Hukum” berasal dari pemahaman pengetahuan yang tidak lengkap, serta ilmu yang belum dewasa. Ini demi menutupi kekurangan Indonesia.
(Mbah Nun bersama Masyarakat Maiyah)
https://www.caknun.com/2018/tutupi-kekurangan-indonesia/
===================
Presiden Manusia Keadilan(28 of 45)
(28-45 Syarat Jadi Presiden RI)
Bagaimana bisa?
Karena seharusnya Presiden adalah hamba Tuhan, manusia nurani, penyayang kemanusiaan, berakal keadilan.
Kepastian hukum adalah bagian otomatik dalam kepribadiannya. Itu yang membuat mereka dipercaya oleh rakyatnya.
Tetapi kalau yang memimpin menjalani kepatuhan hukum saja tidak bisa, maka hakikinya dia belum layak dikategorikan sebagai manusia, jauh dari kepantasan menjadi Presiden, apalagi Ahsanu Taqwim. Jangankan lagi Insan Kamil, strata kualitas kemanusiaan yang dipersyaratkan agar seseorang pantas memimpin.
(Mbah Nun bersama Masyarakat Maiyah)
https://www.caknun.com/2018/presiden-manusia-keadilan/
====================
Tampang Presiden (29 of 45)
(29-45 Syarat Jadi Presiden RI)
Sebab yang akan Anda pimpin itu manusia, bukan benda, materi atau barang. Manusia adalah miniatur Tuhan, dengan kelengkapan dan keutuhan. Seluruh kandungan semesta ada pada manusia, sementara anasir utama kemanusiaan–misalnya hati, nurani, harga diri, akal, muru`ah, derajat, martabat dll–tidak dikandung oleh alam.
Hanya ahsanu taqwim manusia yang mampu membedakan antara wajah, pasuryan, rai, dapur, tampang atau prèjèngan.
Pemimpin bahkan wajib bisa meletakkan setiap kata itu pada presisi sosial, budaya, politik, psikologis, atmosfer dan nuansa.
Kata asu, dobol, diamput dll bisa saja menggembirakan dan menambah kemesraan: kalau diletakkan pada presisi kemanusiaan dan bebrayan yang tepat, yang memperhitungkan keseimbangan dan harmoni atau keselarasan.
(Mbah Nun bersama Masyarakat Maiyah)
https://www.caknun.com/2018/tampang-presiden/
====================
Presiden Parah (30 of 45)
(30-45 Syarat Jadi Presiden RI)
Betapa malangnya bangsa ini, memilih Presiden tanpa pengetahuan.
Betapa semberononya bangsa ini, menempuh masa depan tanpa kewaspadaan.
Menjunjung idola tanpa ilmu, memuja-muja pembohong sebagai pahlawan.
Memberi penghormatan tanpa ketepatan, menghina tanpa perhitungan.
Terpesona kepada fatamorgana, terkesima oleh khayalannya sendiri yang fana.
Pengingkar janji dinabi-nabikan, munafik diratuadilkan.
Pengkhianat dimuhammad-muhammadkan, pendusta dimalaikat-malaikatkan.
Mempertengkarkan hal-hal yang tidak layak dipertengkarkan, mengubur sesuatu yang seharusnya dipersoalkan.
(Mbah Nun bersama Masyarakat Maiyah)
https://www.caknun.com/2018/presiden-parah/
====================
Presiden Sorga Neraka (31 of 45)
(31-45 Syarat Jadi Presiden RI)
Calon rakyat Pak Capres dan Cawapres menginginkan komitmen bahwa demi
Pancasila bersama, mereka memohon Bapak berdua turut menuntun
perjalanan ke sorga dan menjaga jangan sampai kesasar masuk neraka.
Sebab tata nilai yang sedang berlangsung adalah orang-orang dipimpin membangun sorga secara neraka atau dengan jalan neraka. Atau apa yang selama ini diyakini sebagai sorga ternyata hakikinya adalah neraka.
Demikian pun sebaliknya.
Orang-orang bangga ketika seharusnya merasa hina, mereka merasa sukses tatkala melorot martabatnya.
Mereka memilih fana dari baka. Mengambil yang palsu, bukan yang sejati. Mereka menempuh kesementaraan, menolak keabadian.
Mereka memasuki kesempitan, menjauhi keluasan. Mereka menyembah tuhan-tuhan, dan melecehkan Tuhan.
Mereka membenci daging rezeki segar halal, dan memilih bangkai.
Mereka membuang saudaranya dengan dalih persaudaraan, mereka menghardik atas nama persatuan.
Mereka meneriakkan Bhinneka Tunggal Ika, pluralisme, keragaman, syu’uban wa qabail–tetapi mereka memaki, menghina, mengutuk, membuang, mengusir sesama manusia, sesama bangsa Indonesia.
Sebab tata nilai yang sedang berlangsung adalah orang-orang dipimpin membangun sorga secara neraka atau dengan jalan neraka. Atau apa yang selama ini diyakini sebagai sorga ternyata hakikinya adalah neraka.
Demikian pun sebaliknya.
Orang-orang bangga ketika seharusnya merasa hina, mereka merasa sukses tatkala melorot martabatnya.
Mereka memilih fana dari baka. Mengambil yang palsu, bukan yang sejati. Mereka menempuh kesementaraan, menolak keabadian.
Mereka memasuki kesempitan, menjauhi keluasan. Mereka menyembah tuhan-tuhan, dan melecehkan Tuhan.
Mereka membenci daging rezeki segar halal, dan memilih bangkai.
Mereka membuang saudaranya dengan dalih persaudaraan, mereka menghardik atas nama persatuan.
Mereka meneriakkan Bhinneka Tunggal Ika, pluralisme, keragaman, syu’uban wa qabail–tetapi mereka memaki, menghina, mengutuk, membuang, mengusir sesama manusia, sesama bangsa Indonesia.
Bahkan andaikan mereka mampu memusnahkan saudaranya yang mereka musuhi itu, pasti juga sudah dilakukan.
(Mbah Nun bersama Masyarakat Maiyah)
https://www.caknun.com/2018/presiden-sorga-neraka/
==============
Presiden Hoax (32 of 45)
(32-45 Syarat Jadi Presiden RI)
1.
Kejujuran diterapkan secara jujur. Misalnya seorang yang memenuhi berbagai persyaratan kwalitatif maupun kwantitatif untuk menjadi Pemimpin, diproses dan diangkat menjadi Pemimpin dengan cara yang benar dan baik.
2.
Kejujuran diterapkan secara bohong. Orang yang layak jadi Pemimpin, tapi diangkat secara curang atau bohong.
3.
Kebohongan diterapkan secara jujur. Tidak layak jadi pemimpin tapi menempuh dan ditempuh dengan memenuhi aturan-aturan yang berlaku.
4.
Kebohongan diterapkan secara bohong. Tidak pantas, tidak ekspert, tidak memenuhi syarat jadi Pemimpin, tapi memaksakan dan dipaksakan dengan segala cara sampai yang tidak halal dan penuh dusta untuk menjadi Pemimpin.
Hoax bukan hanya berita bohong, tapi juga pikiran tidak jujur, hati dengki dan bermusuhan, politik penguasaan sepihak, dan apa saja yang merusak kehidupan.
(Mbah Nun bersama Masyarakat Maiyah)
https://www.caknun.com/2018/presiden-hoax/
================
Kejujuran diterapkan secara jujur. Misalnya seorang yang memenuhi berbagai persyaratan kwalitatif maupun kwantitatif untuk menjadi Pemimpin, diproses dan diangkat menjadi Pemimpin dengan cara yang benar dan baik.
2.
Kejujuran diterapkan secara bohong. Orang yang layak jadi Pemimpin, tapi diangkat secara curang atau bohong.
3.
Kebohongan diterapkan secara jujur. Tidak layak jadi pemimpin tapi menempuh dan ditempuh dengan memenuhi aturan-aturan yang berlaku.
4.
Kebohongan diterapkan secara bohong. Tidak pantas, tidak ekspert, tidak memenuhi syarat jadi Pemimpin, tapi memaksakan dan dipaksakan dengan segala cara sampai yang tidak halal dan penuh dusta untuk menjadi Pemimpin.
Hoax bukan hanya berita bohong, tapi juga pikiran tidak jujur, hati dengki dan bermusuhan, politik penguasaan sepihak, dan apa saja yang merusak kehidupan.
(Mbah Nun bersama Masyarakat Maiyah)
https://www.caknun.com/2018/presiden-hoax/
================
Presiden Ajaib (33 of 45)
(33-45 Syarat Jadi Presiden RI)
Para makhluk yang tinggal di keajaiban langit, malah menemukan ada
yang sangat ajaib di bumi. Ialah orang di bumi yang mati-matian ingin
jadi Presiden, atau mempertahankan jabatan Presidennya.
Presiden memanggul gunung tanggung jawab keadaan se-Negara, dari perekonomian nasional hingga sebuah lubang di jalanan. Padahal mengangkut batu pertanggungjawaban dirinya sendiri saja belum tentu sanggup.
Maka di pandangan awam, ada empat kemungkinan orang macam itu: nekat, bunuh diri, gila, atau dungu.
Allah sendiri menginformasikan: ”Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh”
(Mbah Nun bersama Masyarakat Maiyah)
https://www.caknun.com/2018/presiden-ajaib/
=================
Presiden memanggul gunung tanggung jawab keadaan se-Negara, dari perekonomian nasional hingga sebuah lubang di jalanan. Padahal mengangkut batu pertanggungjawaban dirinya sendiri saja belum tentu sanggup.
Maka di pandangan awam, ada empat kemungkinan orang macam itu: nekat, bunuh diri, gila, atau dungu.
Allah sendiri menginformasikan: ”Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh”
(Mbah Nun bersama Masyarakat Maiyah)
https://www.caknun.com/2018/presiden-ajaib/
=================
Presiden Aturan (34 of 45)
(34-45 Syarat Jadi Presiden RI)
“Lho kalau berjuang jadi Presiden itu dianggap perilaku ajaib, terus gimana dong?”
“Kalau sudah terlanjur bikin Negara ya harus ada Kepala Negaranya, entah Presiden atau apa namanya”
“Katanya mencalonkan diri jadi Presiden itu nekat, bunuh diri, gila atau dungu?”
“Ya jangan jadi Presiden karena ambisi dan ingin, apalagi bernafsu. Sebab resikonya Tuhan tidak ikut campur, tidak peduli, tidak menolong”
“Terus gimana caranya supaya ada Presiden?”
“Jangan mencalonkan diri”
“Kan aturannya harus mencalonkan diri”
“Manusia berhak memperhitungkan kembali manfaat mudarat, untuk memutuskan akan mengubah aturan bikinannya atau tidak”.
(Mbah Nun bersama Masyarakat Maiyah)
https://www.caknun.com/2018/presiden-aturan/
============
“Kalau sudah terlanjur bikin Negara ya harus ada Kepala Negaranya, entah Presiden atau apa namanya”
“Katanya mencalonkan diri jadi Presiden itu nekat, bunuh diri, gila atau dungu?”
“Ya jangan jadi Presiden karena ambisi dan ingin, apalagi bernafsu. Sebab resikonya Tuhan tidak ikut campur, tidak peduli, tidak menolong”
“Terus gimana caranya supaya ada Presiden?”
“Jangan mencalonkan diri”
“Kan aturannya harus mencalonkan diri”
“Manusia berhak memperhitungkan kembali manfaat mudarat, untuk memutuskan akan mengubah aturan bikinannya atau tidak”.
(Mbah Nun bersama Masyarakat Maiyah)
https://www.caknun.com/2018/presiden-aturan/
============
Presiden Daulat (35 of 45)
(35-45 Syarat Jadi Presiden RI)
Kalau ada orang menawarkan diri jadi Imam shalat, para makmum tidak akan memilihnya, atau minimal tidak meridlainya jadi Imam.
Kalau ada orang mencalonkan diri jadi Pemimpin, masyarakat yang masih punya tawadlu, harga diri dan rasa malu: bisa merasakan bahwa itu orang sok hebat, merasa unggul dan tidak punya kerendahan hati.
Kalau untuk punya Presiden caranya harus dengan membuka pendaftaran pencalonan — maka mudah-mudahan masih ada kemungkinan bahwa seseorang menjadi Presiden karena didaulat secara otentik dan murni oleh rakyat.
Bagaimana caranya? Mekanismenya? Prosedurnya?
Ada. Tergantung mau belajar atau tidak.
(Mbah Nun bersama Masyarakat Maiyah)
https://www.caknun.com/2018/presiden-daulat/
======================
Kalau ada orang mencalonkan diri jadi Pemimpin, masyarakat yang masih punya tawadlu, harga diri dan rasa malu: bisa merasakan bahwa itu orang sok hebat, merasa unggul dan tidak punya kerendahan hati.
Kalau untuk punya Presiden caranya harus dengan membuka pendaftaran pencalonan — maka mudah-mudahan masih ada kemungkinan bahwa seseorang menjadi Presiden karena didaulat secara otentik dan murni oleh rakyat.
Bagaimana caranya? Mekanismenya? Prosedurnya?
Ada. Tergantung mau belajar atau tidak.
(Mbah Nun bersama Masyarakat Maiyah)
https://www.caknun.com/2018/presiden-daulat/
======================
Presiden Pancasila (36 of 45)
(36-45 Syarat Jadi Presiden RI)
Karena semua manusia, tanah, air, darat, laut, sungai, gunung,
tambang dan apa saja adalah hak milik Allah–maka Presiden yang memimpin
Negara logisnya ya atas perintah Allah.
Presiden ikhlas memimpin karena diperintah oleh Tuhan, sehingga wajib menjalankannya.
Menjadi Presiden itu bukan terutama soal hak, tapi kewajiban mengabdi. Kalau Tuhan yang perintah dan mewajibkan, Ia men-support, memfasilitasi, membimbing dan melindungi”
“Bagaimana tahu atau memastikan bahwa itu perintah Tuhan?”
“Lho katanya Pancasila. Tiang utamanya kan Ketuhanan Yang Maha Esa. Lha selama 73 tahun ini bagaimana pergaulannya dengan Tuhan?”
(Mbah Nun bersama Masyarakat Maiyah)
https://www.caknun.com/2018/presiden-pancasila/
==================
Saya tidak berani berposisi dan bersikap Parpol atau Ormas atau Golongan apapun. Sebab jadinya yang tidak segolongan dengan saya menjadi “orang lain”.
Maunya saya satu hati bersama semua Saudara-saudara se-Indonesia.
https://www.caknun.com/2018/orang-lain/
Presiden ikhlas memimpin karena diperintah oleh Tuhan, sehingga wajib menjalankannya.
Menjadi Presiden itu bukan terutama soal hak, tapi kewajiban mengabdi. Kalau Tuhan yang perintah dan mewajibkan, Ia men-support, memfasilitasi, membimbing dan melindungi”
“Bagaimana tahu atau memastikan bahwa itu perintah Tuhan?”
“Lho katanya Pancasila. Tiang utamanya kan Ketuhanan Yang Maha Esa. Lha selama 73 tahun ini bagaimana pergaulannya dengan Tuhan?”
(Mbah Nun bersama Masyarakat Maiyah)
https://www.caknun.com/2018/presiden-pancasila/
==================
Presiden Dipilihkan (37 of 45)
(37-45 Syarat Jadi Presiden RI)
Pada umumnya rakyat Indonesia sangat pandai menjalani hidup. Mandiri. Kerja keras. Tangguh. Iguh dan ubet-nya ranking-1 dunia.
Penghidupan mereka tidak terlalu tergantung pada baik buruknya Pemerintah.
Mungkin itulah sebabnya mereka tidak pernah terdidik untuk pandai bagaimana memilih Presiden.
Bahkan bagaimana sebaiknya tata cara memproses pemilihan Presiden mereka juga tidak peduli-peduli amat.
Mereka tidak pernah benar-benar memilih Presiden di antara ratusan juta pendidik. Capres Cawapres-nya dipilihkan 3-4 dari 250 juta oleh hasil transaksi Parpol-parpol, mereka rela-rela saja.
Yang gaduh, ribut dan terus bertengkar adalah sebagian rakyat yang tidak mandiri, sehingga nempel untuk bekerja di gerbong Capres Cawapres.
(Mbah Nun bersama Masyarakat Maiyah)
https://www.caknun.com/2018/presiden-dipilihkan/
=======================
Penghidupan mereka tidak terlalu tergantung pada baik buruknya Pemerintah.
Mungkin itulah sebabnya mereka tidak pernah terdidik untuk pandai bagaimana memilih Presiden.
Bahkan bagaimana sebaiknya tata cara memproses pemilihan Presiden mereka juga tidak peduli-peduli amat.
Mereka tidak pernah benar-benar memilih Presiden di antara ratusan juta pendidik. Capres Cawapres-nya dipilihkan 3-4 dari 250 juta oleh hasil transaksi Parpol-parpol, mereka rela-rela saja.
Yang gaduh, ribut dan terus bertengkar adalah sebagian rakyat yang tidak mandiri, sehingga nempel untuk bekerja di gerbong Capres Cawapres.
(Mbah Nun bersama Masyarakat Maiyah)
https://www.caknun.com/2018/presiden-dipilihkan/
=======================
Presiden Ridla (38 of 45)
(38-45 Syarat Jadi Presiden RI)
Secara umum rakyat dan bangsa Indonesia memang belum punya
pengetahuan dan kemampuan yang mencukupi tentang bagaimana kehidupan
ber-Negara.
Tidak mengerti beda dan pilah antara Negara dengan Pemerintah. Misalnya tidak tahu kalau BUMN itu bukan BUMP, ASN bukan ASP, TNI dan Polri bukan aparat Pemerintah melainkan perangkat Negara. Juga MK, KY, KPK dll tidak terletak di struktur Pemerintahan.
Oleh para penguasa, ketidaktahuan dan ketidakmampuan itu dipelihara dengan baik, dirawat dengan canggih dan dijaga secara strategis untuk jangan sampai berubah.
Mungkin Tuhan pencipta rakyat Indonesia yang pada suatu hari nanti menunjukkan bahwa Ia tidak ridla atas pembodohan akut itu.
(Mbah Nun bersama Masyarakat Maiyah)
https://www.caknun.com/2018/presiden-ridla/
====================
======================
Tidak mengerti beda dan pilah antara Negara dengan Pemerintah. Misalnya tidak tahu kalau BUMN itu bukan BUMP, ASN bukan ASP, TNI dan Polri bukan aparat Pemerintah melainkan perangkat Negara. Juga MK, KY, KPK dll tidak terletak di struktur Pemerintahan.
Oleh para penguasa, ketidaktahuan dan ketidakmampuan itu dipelihara dengan baik, dirawat dengan canggih dan dijaga secara strategis untuk jangan sampai berubah.
Mungkin Tuhan pencipta rakyat Indonesia yang pada suatu hari nanti menunjukkan bahwa Ia tidak ridla atas pembodohan akut itu.
(Mbah Nun bersama Masyarakat Maiyah)
https://www.caknun.com/2018/presiden-ridla/
====================
Presiden Penggede (39 of 45)
(39-45 Syarat Jadi Presiden RI)
Demokrasi memerlukan rakyat dengan tingkat pengetahuan, ilmu dan kualitas intelektual dan budaya yang memadai.
Kalau manusia tidak punya perspektif pandang, sehingga tidak belajar memetakan sejatinya apa dan mana Pencipta kehidupan, apa dan mana alam semesta, tanah air, rakyat, warga, Negara, pemerintah — maka Presiden dianggap Penggede.
Maka menjadi Presiden adalah prestasi tertinggi, karena potensial untuk digede-gedekan, dituhankan, dianggap memegang pusat simpul segala kekuasaan. Hal tanggung jawab dan dosa, itu sekunder.
Penggede itu 50% mitos. Kalau Penggede meninggal, mitosnya 100% pahlawan yang 100% benar. “Sewilayah dengan Tuhan dan Nabi”. Can do no wrong.
Maka kesalahan sejarah di masa silam tak bisa diperbaiki, karena terkait dengan almarhum Penggede yang tidak mungkin salah.
(Mbah Nun bersama Masyarakat Maiyah)
https://www.caknun.com/2018/presiden-penggede/
==================
Kalau manusia tidak punya perspektif pandang, sehingga tidak belajar memetakan sejatinya apa dan mana Pencipta kehidupan, apa dan mana alam semesta, tanah air, rakyat, warga, Negara, pemerintah — maka Presiden dianggap Penggede.
Maka menjadi Presiden adalah prestasi tertinggi, karena potensial untuk digede-gedekan, dituhankan, dianggap memegang pusat simpul segala kekuasaan. Hal tanggung jawab dan dosa, itu sekunder.
Penggede itu 50% mitos. Kalau Penggede meninggal, mitosnya 100% pahlawan yang 100% benar. “Sewilayah dengan Tuhan dan Nabi”. Can do no wrong.
Maka kesalahan sejarah di masa silam tak bisa diperbaiki, karena terkait dengan almarhum Penggede yang tidak mungkin salah.
(Mbah Nun bersama Masyarakat Maiyah)
https://www.caknun.com/2018/presiden-penggede/
==================
Presiden Loyang (40 of 45)
(40-45 Syarat Jadi Presiden RI)
Kalau para cendekiawan di antara rakyat saja memperdebatkan kripik
sebagai ketela, mempertengkarkan nasi pada ranah padi, atau bermusuhan
karena tidak mampu memilah konteks mana kapas mana benang mana kain mana
pakaian — bagaimana mungkin mereka semua layak memilih Presiden.
Yang dipilih kemungkinan besar adalah Presiden Kerikil karena disangka Mutiara. Presiden Loyang karena dikira Emas. Presiden Kripik yang diyakini sebagai Ketela.
Karena tidak mampu meletakkan di koordinat mana letak manusia, Nabi, pepohonan, ketuhanan, ratu adil, satriyo piningit, mutiara, akik dan tahi ayam.
Kata “tahi ayam” juga bisa dianggap penghinaan oleh orang yang tidak mengerti bahwa tlethong sapi atau bahkan tinjanya sendiri adalah pintu ilmu dan jalan kesadaran menuju keagungan qadla qadar Sang Maha Beliau.
(Mbah Nun bersama Masyarakat Maiyah)
https://www.caknun.com/2018/presiden-loyang/
===============
Tapi manusia dan kemanusiaan tidak menjadi fokus kemajuan. Manusia semakin tidak mampu memahami manusia. Yang disebut manusia hanya faktor teknisnya, tampilan casing-nya, performa topeng sosialnya, bahkan tingkat produktivitas materiilnya.
Kalau ada orang kaya, disebut sukses. Kalau jadi Presiden, disimpulkan itu puncak pencapaian karier.
Kalau rajin beribadah, disebut saleh. Kalau pakai surban, itu Kiai. Kalau fasih mengucapkan firman, itu Ustadz. Kalau tangannya nenteng tasbih, itu Syekh alim. Kalau namanya pakai KH, itu Ulama. Kalau Sarjana, itu ilmuwan. Kalau Doktor, itu ekspert.
Mereka cari pemimpin, yang dipilih Presiden.
(Mbah Nun bersama Masyarakat Maiyah)
https://www.caknun.com/2018/presiden-tampilan/
=====================
https://www.caknun.com/2018/indonesia-dunia/ Yang dipilih kemungkinan besar adalah Presiden Kerikil karena disangka Mutiara. Presiden Loyang karena dikira Emas. Presiden Kripik yang diyakini sebagai Ketela.
Karena tidak mampu meletakkan di koordinat mana letak manusia, Nabi, pepohonan, ketuhanan, ratu adil, satriyo piningit, mutiara, akik dan tahi ayam.
Kata “tahi ayam” juga bisa dianggap penghinaan oleh orang yang tidak mengerti bahwa tlethong sapi atau bahkan tinjanya sendiri adalah pintu ilmu dan jalan kesadaran menuju keagungan qadla qadar Sang Maha Beliau.
(Mbah Nun bersama Masyarakat Maiyah)
https://www.caknun.com/2018/presiden-loyang/
===============
Pseudo-Presiden (41 of 45)
(41-45 Syarat Jadi Presiden RI)
Primer disekunderkan. Sekunder diprimerkan. Madzhab diagamakan. Ormas
diaqidahkan. Pemerintah dimalaikatkan. Presiden dituhankan. Aturan
manusia dilauhil-mahfudhkan.
Syariat diijtihadkan. Ijtihad disyariatkan. Qoth’iy di-dhonny-kan. Dhonny di-qoth’iy-kan.
Kebencian dipercintakan, cinta diperbencikan. Wajib dimakruhkan, haram disunnahkan, halal dipermusuhkan. Matematika diperdemokrasikan, demokrasi diperniagakan. Betapa parahnya bangsa ini, tidak belajar sudut pandang. Tidak sinau bareng sisi pandang, resolusi pandang, jarak pandang. Kaki dikepalakan, pantat diwajahkan, wajah dibokongkan.
Bangsa yang para cerdik pandainya saja dilanda ketidaklengkapan ilmu, ketidakutuhan pandangan dan ketidaktepatan pengetahuan seperti itu maka produknya hampir mustahil kalau bukan Pseudo-Presiden.
(Mbah Nun bersama Masyarakat Maiyah)
https://www.caknun.com/2018/pseudo-presiden/
=================
Di Abad 21, dengan industri 4.0, teknologi supra dan ilmu matahari
terbit dari Barat, manusianya merasa paling hebat di antara ummat
manusia sepanjang zaman.Syariat diijtihadkan. Ijtihad disyariatkan. Qoth’iy di-dhonny-kan. Dhonny di-qoth’iy-kan.
Kebencian dipercintakan, cinta diperbencikan. Wajib dimakruhkan, haram disunnahkan, halal dipermusuhkan. Matematika diperdemokrasikan, demokrasi diperniagakan. Betapa parahnya bangsa ini, tidak belajar sudut pandang. Tidak sinau bareng sisi pandang, resolusi pandang, jarak pandang. Kaki dikepalakan, pantat diwajahkan, wajah dibokongkan.
Bangsa yang para cerdik pandainya saja dilanda ketidaklengkapan ilmu, ketidakutuhan pandangan dan ketidaktepatan pengetahuan seperti itu maka produknya hampir mustahil kalau bukan Pseudo-Presiden.
(Mbah Nun bersama Masyarakat Maiyah)
https://www.caknun.com/2018/pseudo-presiden/
=================
Presiden Keseimbangan (42 of 45)
(42-45 Syarat Jadi Presiden RI)
Kalau hak tidak dijunjung dalam keseimbangan dengan kewajiban. Kalau kewajiban tidak dipahami dari benih, akar dan sanad-matan.
Kalau keinginan dimerdeka-merdekakan. Kalau kemerdekaan tidak dibimbing oleh hakekat batasan-batasan. Kalau kebutuhan tidak meregulasi nafsu dan keserakahan.
Maka yang berlangsung dalam budaya bernegara dan peradaban berbangsa adalah deret hitung kebodohan dan deret ukur dismanajemen.
Niat baik untuk mengatasi masalah, menghasilkan masalah baru. Kebenaran memproduksi kebatilan. Kebaikan melahirkan kemudaratan.
Jangankan memilih Presiden, menjaga badan dari kelebihan kolestrol, memelihara kesehatan dari asam urat, lemak jahat, disfungsi onderdil-onderdil jasad saja tak semakin bisa.
Jangankan lagi jiwanya, mentalnya, moralnya, harmoni psikologisnya, ketepatan perjodohan jasmani rohaninya.
Allah menuntun duduk iftirasy, hamba-Nya memilih duduk ongkang-ongkang. Tuhan menghamparkan daging segar, hamba-Nya memilih bangkai goreng.
(Mbah Nun bersama Masyarakat Maiyah)
https://www.caknun.com/2018/presiden-keseimbangan/
Kalau keinginan dimerdeka-merdekakan. Kalau kemerdekaan tidak dibimbing oleh hakekat batasan-batasan. Kalau kebutuhan tidak meregulasi nafsu dan keserakahan.
Maka yang berlangsung dalam budaya bernegara dan peradaban berbangsa adalah deret hitung kebodohan dan deret ukur dismanajemen.
Niat baik untuk mengatasi masalah, menghasilkan masalah baru. Kebenaran memproduksi kebatilan. Kebaikan melahirkan kemudaratan.
Jangankan memilih Presiden, menjaga badan dari kelebihan kolestrol, memelihara kesehatan dari asam urat, lemak jahat, disfungsi onderdil-onderdil jasad saja tak semakin bisa.
Jangankan lagi jiwanya, mentalnya, moralnya, harmoni psikologisnya, ketepatan perjodohan jasmani rohaninya.
Allah menuntun duduk iftirasy, hamba-Nya memilih duduk ongkang-ongkang. Tuhan menghamparkan daging segar, hamba-Nya memilih bangkai goreng.
(Mbah Nun bersama Masyarakat Maiyah)
https://www.caknun.com/2018/presiden-keseimbangan/
=================
Presiden Tampilan (43 of 45)
(43-45 Syarat Jadi Presiden RI)
Tapi manusia dan kemanusiaan tidak menjadi fokus kemajuan. Manusia semakin tidak mampu memahami manusia. Yang disebut manusia hanya faktor teknisnya, tampilan casing-nya, performa topeng sosialnya, bahkan tingkat produktivitas materiilnya.
Kalau ada orang kaya, disebut sukses. Kalau jadi Presiden, disimpulkan itu puncak pencapaian karier.
Kalau rajin beribadah, disebut saleh. Kalau pakai surban, itu Kiai. Kalau fasih mengucapkan firman, itu Ustadz. Kalau tangannya nenteng tasbih, itu Syekh alim. Kalau namanya pakai KH, itu Ulama. Kalau Sarjana, itu ilmuwan. Kalau Doktor, itu ekspert.
Mereka cari pemimpin, yang dipilih Presiden.
(Mbah Nun bersama Masyarakat Maiyah)
https://www.caknun.com/2018/presiden-tampilan/
=====================
Presiden HAM (44 of 45)
(44-45 Syarat Jadi Presiden RI)
Yang paling mendasar dan utama dari sifat durhaka manusia adalah
manusia berlaku seakan-akan manusia menciptakan dirinya sendiri.
Puncaknya manusia memproklamasikan “Hak Asasi Manusia”. Seolah-olah ia punya saham atas terciptanya sehelai rambutnya. Seolah-olah ia berinisiatif dan berkuasa atas detak jantung dan aliran darahnya. Seolah manusia sendirilah yang merancang hidup dan matinya.
Itu bukan hanya durhaka, tapi juga tidak rasional, tidak ilmiah, tak bernalar, seolah-olah ia tak punya akal. Memenggal hilir dari hulu. Menggelapkan asal-usul. Tidak setia kepada sebab akibat.
Kalau manusia terhadap dirinya sendiri saja bersikap tidak mendasar, tidak jujur dan tidak rasional—maka kalau memilih Presiden, mustahil yang dimaksud adalah benar-benar Presiden.
(Mbah Nun bersama Masyarakat Maiyah)
https://www.caknun.com/2018/presiden-ham/
==============
Sampai hari ini yang dimaksud kemajuan adalah struktur bangunan fisik, pembangunan materiil, kemegahan kasat mata alias Ilmu Katon. Bukan Peradaban Manusia.
Maka yang dilihat pada manusia hanyalah bagian meteriilnya. Berdasarkan kulit luarnya, identitasnya, ormasnya, parpolnya, profesinya, pakaiannya, madzhabnya, kategorinya, box-nya, kotaknya, tempurungnya, topeng kemegahan jasadiyahnya.
Peradaban primitif dan dekaden seperti itu belum mengenal fenomena Semar yang gembrot tapi ternyata Insan Kamil. Gareng mata juling yang adalah filosof. Petruk yang berhidung panjang adalah ilmuwan, Bagong yang buruk muka adalah pujangga, budayawan dan pakar komunikasi.
Peradaban Indonesia Zaman Now menyangka Punakawan adalah badut. Nggak paham Punakawan, apalagi Panakawan.
Yang dibutuhkan oleh bangsa agung Nusantara Raya adalah Presiden yang menyimpan disain besar Cetak Biru Peradaban Manusia untuk besok pagi. Meninggalkan Peradaban Maniak Materi, Peradaban Budak Industri, Peradaban Kekuasaan Hewani hari ini.
Presiden Indonesia harus Pemimpin dunia.
(Mbah Nun bersama Masyarakat Maiyah)
https://www.caknun.com/2018/presiden-pemimpin-dunia/
==========================================
Berjuang untuk Indonesia adalah berpikir Dunia. Saya menyayangi
dan mendekap Indonesia untuk memperindah dunia, sekaligus melindungi
Indonesia dari ancaman-ancaman dunia.
Saya melarang diri saya berpikir suku, golongan, kelompok, aliran, faksi, Parpol, Ormas atau yang lokal-lokal lainnya.
Puncaknya manusia memproklamasikan “Hak Asasi Manusia”. Seolah-olah ia punya saham atas terciptanya sehelai rambutnya. Seolah-olah ia berinisiatif dan berkuasa atas detak jantung dan aliran darahnya. Seolah manusia sendirilah yang merancang hidup dan matinya.
Itu bukan hanya durhaka, tapi juga tidak rasional, tidak ilmiah, tak bernalar, seolah-olah ia tak punya akal. Memenggal hilir dari hulu. Menggelapkan asal-usul. Tidak setia kepada sebab akibat.
Kalau manusia terhadap dirinya sendiri saja bersikap tidak mendasar, tidak jujur dan tidak rasional—maka kalau memilih Presiden, mustahil yang dimaksud adalah benar-benar Presiden.
(Mbah Nun bersama Masyarakat Maiyah)
https://www.caknun.com/2018/presiden-ham/
==============
Presiden Pemimpin Dunia (45 of 45)
(45-45 Syarat Jadi Presiden RI)
Sampai hari ini yang dimaksud kemajuan adalah struktur bangunan fisik, pembangunan materiil, kemegahan kasat mata alias Ilmu Katon. Bukan Peradaban Manusia.
Maka yang dilihat pada manusia hanyalah bagian meteriilnya. Berdasarkan kulit luarnya, identitasnya, ormasnya, parpolnya, profesinya, pakaiannya, madzhabnya, kategorinya, box-nya, kotaknya, tempurungnya, topeng kemegahan jasadiyahnya.
Peradaban primitif dan dekaden seperti itu belum mengenal fenomena Semar yang gembrot tapi ternyata Insan Kamil. Gareng mata juling yang adalah filosof. Petruk yang berhidung panjang adalah ilmuwan, Bagong yang buruk muka adalah pujangga, budayawan dan pakar komunikasi.
Peradaban Indonesia Zaman Now menyangka Punakawan adalah badut. Nggak paham Punakawan, apalagi Panakawan.
Yang dibutuhkan oleh bangsa agung Nusantara Raya adalah Presiden yang menyimpan disain besar Cetak Biru Peradaban Manusia untuk besok pagi. Meninggalkan Peradaban Maniak Materi, Peradaban Budak Industri, Peradaban Kekuasaan Hewani hari ini.
Presiden Indonesia harus Pemimpin dunia.
(Mbah Nun bersama Masyarakat Maiyah)
https://www.caknun.com/2018/presiden-pemimpin-dunia/
==========================================
Indonesia Dunia
Saya melarang diri saya berpikir suku, golongan, kelompok, aliran, faksi, Parpol, Ormas atau yang lokal-lokal lainnya.
======================
Orang Lain
Saya tidak berani berposisi dan bersikap Parpol atau Ormas atau Golongan apapun. Sebab jadinya yang tidak segolongan dengan saya menjadi “orang lain”.
Maunya saya satu hati bersama semua Saudara-saudara se-Indonesia.
https://www.caknun.com/2018/orang-lain/
BERSAMBUNG KE REFORMASI BULAN DESEMBER 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar