Menanggung
Dari 4030 titik peristiwa massal cinta Indonesia bersama Kiai Kanjeng dan puluhan ribu yang saya keliling sendiri–belum tentu 2 atau 3 diberitakan.
Saya berdoa kepada Tuhan:
“Ya Allah lindungilah mimbar bebas kerakyatan kami. Ya Allah mohon public freedom communication bersama 10-30 ribu sesama rakyat kami hampir tiap malam, Engkau hindarkan dari pemberitaan media massa. Dengan alasan yang kalau aku mengungkapkannya, mereka tak kan kuat mendengar dan menanggungnya”.
Tuhan Indonesiaku
Wahai Tuhan aku menemukan-Mu di setiap debu Indonesiaku
Wahai Tuhan aku menemukan Indonesia di setiap huruf firman-Mu
Wahai Tuhan aku menemukan Indonesia di setiap huruf firman-Mu
Wahai Tuhan Engkau temukankah Indonesia di setiap nafasku
Wahai Tuhan Engkau temukankah diri-Mu di setiap detak jantungku
Wahai Tuhan Engkau temukankah diri-Mu di setiap detak jantungku
https://www.caknun.com/2018/tuhan-indonesiaku/
====================================
Menjijikkan
Katanya supaya saya jangan menambah jumlah hal-hal yang logikanya rendah dan yang menjijikkan di Indonesia.
https://www.caknun.com/2018/menjijikkan/
==========================
Memberi
Saya diwajibkan agar selalu “memberi bagian” dari yang ada pada saya kepada Indonesia.
Maka saya tulis buku “Indonesia, Bagian dari Desa Saya” pada 1979. Dan saya mematuhi itu sampai hari ini.
Meskipun membaca jadwal undangan-undangan ke saya saja sudah lelah dan bosan–tetapi kelelahan dan rasa bosan itu dilarang menyertai saya ketika melaksanakannya.
Bahkan berkeliling bersama KiaiKanjeng sampai titik 4022-4030 berturut-turut di berbagai wilayah hingga Bululawang tadi malam, sakit juga tidak diperkenankan turut serta.
https://www.caknun.com/2018/memberi/
===============================
10 Juta
Ke mana aja selama ini? Apakah mereka pikir sedang hidup di sistem Demokrasi, Negara Kejujuran, Media Obyektivitas dan Politik Waras?
Sejak 22 Mei 1998 saya mentalak para penghina manusia, pelècèh masyarakat dan penindas bangsa itu.
https://www.caknun.com/2018/10-juta/
=============================
Terkabul
Kalau damai, rukun, Bhinneka Tunggal Ika, Islami, tidak dimuat. Kalau buruk, bentrok, bertengkar, tawur, konflik, jahiliyah, dimuat.
Sudah lama doa media itu saya amini: ”amin ya Robbal ‘alamin”.
Yang cari kebaikan, dianugerahi kebaikan.
Yang cari keburukan, ditimpa keburukan.
Dengan irama dan progresi ukuran model Allah, Ia semakin mengabulkan doa itu.
https://www.caknun.com/2018/terkabul/
===================================
Menanggung
Dari 4030 titik peristiwa massal cinta Indonesia bersama Kiai Kanjeng dan puluhan ribu yang saya keliling sendiri–belum tentu 2 atau 3 diberitakan.
Saya berdoa kepada Tuhan:
“Ya Allah lindungilah mimbar bebas kerakyatan kami. Ya Allah mohon public freedom communication bersama 10-30 ribu sesama rakyat kami hampir tiap malam, Engkau hindarkan dari pemberitaan media massa. Dengan alasan yang kalau aku mengungkapkannya, mereka tak kan kuat mendengar dan menanggungnya”.
https://www.caknun.com/2018/menanggung/
=================================
Cacat
Massa kumpul 2-3 kali kecewa tidak diberitakan, karena mereka bersangka baik kepada media.
Ribuan kali hampir tiap malam saya kumpul dengan massa, justru berharap jangan sampai diberitakan.
Sebab pertama, kami mencari solusi, bukan nambah masalah.
Kedua, 4 perangkat Demokrasi sudah terlanjur rusak, termasuk media. Indonesia salah kedadèn, Negara dan konstitusinya taqlid buta, ilmu pengetahuannya cacat, para pelakunya setengah-setengah dan lamis.
Maka, ketiga, yang saya sentuh “manusia”-nya, untuk kepemimpinan esok hari.
https://www.caknun.com/2018/cacat/
=================
Bayi
Syukur kepada Allah yang pada 22 Mei 1998 mengusirku dari sawah garapanku dan memaksaku untuk membuang cangkulku.
Aku dilarang bertanya : bagaimana makan minum anak-anak, istri dan semua keluargaku?
Aku pergi menelusuri jalan sunyi yang Ia tuntunkan. Di kiri kanan berderet kandang-kandang peternakan.
Ulaika kal an’am, bal hum adholl.
Kemudian kutemukan bayi tergeletak di tepi jalan. Kuambil, kugendong dan kurawat sampai hari ini.
Bayi itu bernama “M”.
https://www.caknun.com/2018/bayi/
===============================
Intan
Tuhan kasih limpahan rejeki, para pengurus tanah ini meresponnya dengan kerakusan dalam kebodohan.
Tuhan kasih rahmat, konsep dan ideologi mereka membangunnya jadi pemancing adzab.
Tuhan kasih Agama yang begitu, indah, Negeri yang permai, manusia-manusia insan kamil, ilmu yang mencakrawala: para pemimpin Negeri ini
menjadikannya bahan permusuhan, pertengkaran, penghinaan dan penghancuran.
https://www.caknun.com/2018/intan/
==============================
Asing
Yang kutelusuri adalah jalan sunyi. Tetapi setiap wilayah kiri kanan yang kulewati lebih sunyi lagi.
Para penduduk tinggal di daerah yang mereka sangat asing, belum mengerti segala sesuatu yang semestinya mereka mengerti.
Namanya modernitas, Negara, politik, Demokrasi, Kedaulatan dan kebebasan, terutama monster mengerikan yang bernama Globalisasi.
Dan sudah 73 tahun tak ada yang membekali mereka, menuntun dan melatih mereka.
https://www.caknun.com/2018/asing/
=================
Para penduduk tinggal di daerah yang mereka sangat asing, belum mengerti segala sesuatu yang semestinya mereka mengerti.
Namanya modernitas, Negara, politik, Demokrasi, Kedaulatan dan kebebasan, terutama monster mengerikan yang bernama Globalisasi.
Dan sudah 73 tahun tak ada yang membekali mereka, menuntun dan melatih mereka.
https://www.caknun.com/2018/asing/
=================
Tidak Tega
Mereka berebut lahan di tanah kehidupan, berebut buah di ladang penghidupan, berebut sawah di kampung kesempatan.
Aku berdiri termangu-mangu menatap mereka dari tepian.
Ada yang menggamit pundakku, “Kenapa kau tak ikut berebut?”
Aku kaget dan spontan menjawab: “Aku buruh di rumah pemilik sawah ladang itu, aku pembantu rumahtangganya”.
“Kenapa kau berdiri bengong di sini?”
“Beberapa kali aku berteriak kepada mereka bahwa sawah ladang itu bukan mereka punya, namun tak ada yang mau mendengarnya. Terkadang mau kuusir mereka, tapi hatiku tidak tega…”
https://www.caknun.com/2018/tidak-tega/
=================================
Lapar dan Takut
Tak punya sawah ladang, tapi aku kaya raya (sepadan dengan syukurku kepada-Nya).
Tak berkuasa, tapi aku sangat merdeka (tak terikat dan dibawahi kecuali oleh-Nya).
Tak punya kehebatan, tapi langkahku tak bisa dihalangi oleh siapapun saja (karena hakikinya bukan aku yang melangkah).
Keajaiban bertubi-tubi melimpah dan memayungi hidupku.
Karena ada yang menjamin: Ath’amahum min ju’ wa amanahum min khouf.
Dengan semua yang bersamaku, aku dimerdekakan dari lapar dan takut. Sebab hidup kami telanjang bulat dari pakaian-pakaian dunia untuk falya’budu Robba hadzal bayt.
https://www.caknun.com/2018/lapar-dan-takut/
===============================
Ringan
Aku tidak terikat tanggung jawab hal-hal kenegaraan, pemerintahan, birokrasi, pembangunan, ilmu dan pengetahuan serta kaya miskinnya bangsa Indonesia.
Aku tidak mas`ul hal iman, taqwa, moral, karakter, baik buruknya manusia, bangsa Indonesia dan masyarakat dunia.
Aku juga merdeka dari tanggungjawab atas akibat buruk dari teknologi, kebudayaan dan peradaban ummat manusia.
Sebab aku manusia biasa, rakyat kecil, dan tidak dimandati apa-apa oleh kehidupan di dunia.
https://www.caknun.com/2018/ringan/
=================================
Nikmat
Hidupku nikmat. Asalkan setia berkeluarga, tidak mencuri, tidak menyakiti. menghina atau membunuh manusia–maka aku merdeka, aku menjadi Muslim : menyelamatkan diri dan keluargaku di depan Tuhan.
https://www.caknun.com/2018/nikmat/
================================
Kursi
Orang-orang di sekitarku berebut kursi dengan segala cara. Kursi menjadi agama dan kitab suci mereka. Sehingga diperebutkan meskipun harus dengan baku hina, saling memfitnah, dan selalu mencari kenikmatan melalui kehancuran saudaranya sesama manusia.
Kalau aku bersedih, rasanya kurang bertaqwa. Kalau tak bersedih, rasanya kurang mencintai mereka.
Kalau aku tertawa, rasanya aku menghina. Apalagi kalau sampai mentertawakan mereka, aku menjadi manusia durhaka.
https://www.caknun.com/2018/kursi/
==============================
Gembira
Lapangan forumku gembira. Alun-alun silaturahmiku gembira. Massa Sinau Bareng-ku gembira.
Aku dicerca, dihina, diabaikan, diremehkan, disingkirkan, difitnah, di-bully—itu semua bahanku untuk gembira.
Kesedihan, kesengsaraan, kemiskinan, tekanan masalah dan duka derita—semua itu kuolah jadi gembira.
Gembiraku dan gembira kami semua adalah gembira yang kami hitung dan kami rasakan Tuhan menyukainya.
https://www.caknun.com/2018/gembira/
=================================
Serakah
Itu akan membuatku mampus di hadapan Allah, Munkar Nakir, Raqib Atid dan Malik.
Aku hidup di dua keabadian, di salah satu dari empat Sorga. Di dunia hanya sejenak, menempuh testing masuk Sorga. Aku tak mau bodoh dan mubadzir menyia-nyiakan waktu yang amat singkat.
https://www.caknun.com/2018/serakah/
======
Rakus
Aku mau kekayaan Sembilan Naga kuambil alih. Tapi itu konyol dan dungu: aku hanya perlu makan dua piring sehari, tidur cukup dengan satu kasur.
Keserakahan tidak terletak di jabatan dan kekayaan, melainkan berupa kanker ganas di dalam kalbu.
Aku orang yang sangat rakus, tetapi kerakusan tidak bisa diaplikasi, kecuali membakar hidupku dengan api dari dalam jiwaku sendiri.
Maka kuputuskan menjadi ‘abdan ‘abdiyya saja menjadi rakyat kecil dan orang biasa yang hidup cukup dengan satu pekerjaan: mengabdi, menyayangi, mengamankan dan menggembirakan.
https://www.caknun.com/2018/rakus/
======================
Tersinggung
Keterlaluan. Mosok saya merasa tersinggung oleh firman Allah SWT ini: “Mereka seperti binatang ternak, bahkan lebih hina dari itu”
Siapa yang dimaksud “mereka” itu? Kenapa Tuhan nggak tunjuk hidung saja. Jangan dipikir saya tidak ngerti bahwa maksud dan sasaran-Nya adalah saya.
https://www.caknun.com/2018/tersinggung/
=====================
Sakit Hati
Padahal tokoh jahiliyah itu sudah meninggal dahulu kala sebelum Indonesiaku lahir. Kenapa masih mengiang-ngiang dan berdengung-dengung hingga sekarang?
Kenapa masih yuwaswisu fi shuduri bangsa Indonesia sampai hari ini? Dan Allah terus saja mengutuk: “Binasalah tangan Abu Lahab! Dan ia akan benar-benar binasa!”
Sungguh aku sakit hati. Kenapa tidak terang-terangan saja menyebut namaku?
https://www.caknun.com/2018/sakit-hati/
=============================
Guru
“Daripada saya berguru kepada Bapak tanpa mengerti bagaimana cara belajar, lebih baik saya berguru kepada kambing dengan mengerti cara mencari ilmu”
Aku bersyukur dan bahagia luar biasa.
https://www.caknun.com/2018/guru/
============================
Bunuh Diri
Demokrasi meletakkan kebenaran publik atau kedaulatan rakyat alias “benarnya orang banyak” sebagai kebenaran tertinggi. Karena sampai abad 21 ini manusia tidak berselera untuk memahami “benar yang
sejati”.
Dan mereka antara tahu dan tak tahu bahwa sejatinya mereka sedang melakukan sejarah bunuh diri.
https://www.caknun.com/2018/bunuh-diri/
=====================
Subversi
Sebab sudah bersemi pohon baru hasil subversi dari langit. Pohon masa depan yang segar. Sekarang sudah kembang dan siap berbuah di masa depan yang tidak jauh.
Kembang segar itu kata Allah: “Kaum yang baru, yang Aku cintai dan mereka mencintai-Ku, yang penuh kasih sayang kepada sesamanya, serta tidak tegaan hati kepada yang berbeda dari mereka.“
https://www.caknun.com/2018/subversi/
======================
Ancaman
Padahal manusia sangat lemah, tidak bisa menciptakan dirinya sendiri, tidak bisa memilih hidup sebagai siapa, tidak tahu jumlah helai bulu-bulu di tubuhnya, tidak punya ilmu tentang mati dan tidak mempelajarinya, bahkan tidak tanya-tanya kepada inisiatornya.
Manusia bahkan tidak mampu menyelamatkan diri dari ancaman yang diciptakannya sendiri.
https://www.caknun.com/2018/ancaman/
================================
Dianiaya
Sampai hari ini pekerjaan utama ummat manusia di Bumi adalah dibohongi, dikuasai dan dianiaya oleh sejumlah orang di antara mereka.
https://www.caknun.com/2018/dianiaya/
===================
Hukum
Dalam Islam, syariat mahdlah adalah kewajiban dan larangan Allah yang dipaksakan kepada manusia. Ia berposisi petunjuk Tuhan, karena manusia tidak mungkin sanggup mengetahui dan merumuskannya.
Beda dengan ibadah mu’amalah yang manusia diberi hak untuk menginisiatifinya, sejauh tidak menyentuh pagar syariat mahdlah.
Kasus sistemiknya mirip antara Negara dengan Islam. Cuma bedanya, syariat mahdlah
dibentangkan karena Tuhan mengerti persis apa yang menyelamatkan dan mencelakakan manusia. Sedangkan dalam Negara, hukum diterapkan sebatas pengetahuan yang relatif dan tanpa jaminan terhadap keselamatan warga atau rakyat.
https://www.caknun.com/2018/hukum/
===========================
Cinta
Manusia diikat oleh pasal-pasal, materai transaksi, stempel perjanjian dan tali-temali ketat.
Di Maiyah manusia saling aman dan mengamankan, menyelamatkan dan tolong-menolong.
Mereka adalah kerumunan al-mutahabbina fillah, sayang-menyayangi, saling mempersaudarai dan mempersaudarakan, atas hulu- hilir cinta dan mencintai Tuhan, beserta semua Kekasih-Nya. Maka Maiyah tidak menjadi padatan institusi. Warganya saling memerdekakan.
Tapi bukankah Maiyah terikat oleh padatan Negara dan Dunia?
Orang Maiyah belajar dan berlatih jarak dan presisi dalam keseimbangan dan penyeimbangan.
https://www.caknun.com/2018/cinta/
=====================
Kaya Raya
Aku sangat kaya raya, tanpa aku pernah mencari kekayaan, memburu
kekuasaan, mengejar kemasyhuran atau mengincar keduniaan apapun. Justru
Allah menganugerahiku semua yang tak kukejar itu.
Allah bukan hanya Maha Dermawan, Maha Penyayang, Maha Pengasih dan Maha Pelimpah Kekayaan. Sifat Allah bukan hanya 99, melainkan Tak Terhingga, yang saling dialektis dan saling berlaku satu sama lainnya.
Bahwa definisimu tentang kekayaan berbeda atau bahkan bertentangan dengan ukuranku, itu masalah kita masing-masing dengan Allah.
Pikiranmu yang lurus dan datar, menyangka bahwa kalau tidak jadda maka tidak wajada. Bahkan man jadda tidak otomatis wajada. Ada rahasia yang tak kau buka.
https://www.caknun.com/2018/kaya-raya/
===========================
Faqir
Sebab tidak ada apapun dalam hidupku yang milikku. Bahkan diri dan hidupku ini pun milik-Nya. Lebih “parah” lagi: aslinya, hakikinya, sejatinya, aku ini tiada.
Dan karena sejatinya aku tiada, maka aku tidak mau memasuki medan perang kaya-miskin, kuasa-jelata, hebat-remeh, pintar-bodoh, kuat-lemah, masyhur atau tersembunyi.
Yang kurawat hanya cinta, asal-usul Allah menciptakan kehidupan ini semua.
https://www.caknun.com/2018/faqir/
===========================
Tokoh
Misalnya kalau ada entah orang tersesat dari mana yang menokohkanku, atau menganggap aku tokoh.
Sebab di Negeri ini sangat banyak orang ditokohkan tanpa pengetahuan yang jelas, tanpa pertimbangan yang matang, tanpa alasan faktual dan historis yang memadai dan jujur.
Orang ditokoh-tokohkan berdasarkan mitologi, khayalan, anggapan, rumor, hoax budaya, isu, prasangka, atau kepentingan golongan yang dipaksakan, atau manipulasi dan dusta.
Itu menciptakan dilema kebangsaan yang serius. Kalau dibenahi menuju kebenaran, akan menyakitkan sejumlah pihak dan membuat pertengkaran. Tapi kalau dibiarkan, sejarah akan terus berlangsung dalam dusta, dismanajemen berbagai urusan kebangsaan, karena fakta-faktanya salah dan manipulatif.
https://www.caknun.com/2018/tokoh/
=========================
Klaim
Tak pernah kau bayangkan sebesar, sebanyak dan separah itu
kebohongan, klaim dan manipulasi, yang termuat di ruang sejarah Negara
dan bangsa ini sejak sebelum dan sesudah Kemerdekaan.
Ada yang karena ketidaktelitian atas apa-apa yang terjadi. Atau kesembronoan terhadap presisi fakta. Kesengajaan menghapus eksistensi golongan lain. Atau kedengkian antar kelompok atau aliran, monopoli jasa, atau memang bersumber dari jiwa yang jahat.
Dilema bangsa ini harus memilih antara pertengkaran demi kebenaran, atau membiarkan kebohongan demi keselamatan bersama.
https://www.caknun.com/2018/klaim/
=======================
Bubar
Bertahanlah menyimpan muatan sejarah tentang palsunya kepemimpinan dan ketokohan dalam sejarah.
Atau salah kedaden berdirinya Negerimu, ketidaktepatan filosofi dan konstitusinya, silang sengkarut kepemilikan harta kekayaan tanah air yang kaya raya ini.
Serta sejumlah duka dan tragedi lainnya dalam kehidupan bangsamu. Bertahanlah entah sampai kapan.
Sebab kalau sampai bocor, takkan tega hatimu merasakan betapa luka hati rakyat. Betapa akan sangat parah permusuhan dan pertengkaran yang ditimbulkannya.
Bahkan tidak mustahil akan bubar: perjanjian yang ini diakhiri, dibangun perjanjian baru.
https://www.caknun.com/2018/bubar/
==========================
Cerdas
Manusia penduduk Bumi sekarang sudah mencapai puncak kecerdasannya. Kreativitas. Innovasi. Invensi. Fenomenologi. Ijtihad (eksplorasi). Bid’ah (menemukan dan melakukan sesuatu yang tak ada dan tak pernah sebelumnya). Kasyful hijab (menguak berbagai rahasia). Algoritma canggih dan muhasabah dan tajdid.
Semua dilangsungkan oleh kehebatan manusia sampai tingkat Revolusi Industri 4.0 yang ngedap-edapi. Dahsyat, menggetarkan, dan menjungkirbalikkan banyak peta dan bangunan..
Kecerdasan individual maupun kolektif manusia makhluk bungsu ciptaan Allah Swt itu, membuat Planet Bumi bersinar cemerlang, penuh kegagahan dan kemewahan.
Pada saat yang sama tidak masalah bagi mereka bahwa pembelajaran interaksi mereka dengan Asal-Muasal Sang Maha Sangkan Paran dan Ujung Cakrawala kehidupan, yakni Qul huwallohu Ahad–sampai hari ini tidak pernah naik kelas dari Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah. Masih jauh dari Kesarjanaan Hidup, padahal sudah kehilangan otentitas dan kesucian kanak-kanaknya.
https://www.caknun.com/2018/cerdas/
========================
Semua dilangsungkan oleh kehebatan manusia sampai tingkat Revolusi Industri 4.0 yang ngedap-edapi. Dahsyat, menggetarkan, dan menjungkirbalikkan banyak peta dan bangunan..
Kecerdasan individual maupun kolektif manusia makhluk bungsu ciptaan Allah Swt itu, membuat Planet Bumi bersinar cemerlang, penuh kegagahan dan kemewahan.
Pada saat yang sama tidak masalah bagi mereka bahwa pembelajaran interaksi mereka dengan Asal-Muasal Sang Maha Sangkan Paran dan Ujung Cakrawala kehidupan, yakni Qul huwallohu Ahad–sampai hari ini tidak pernah naik kelas dari Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah. Masih jauh dari Kesarjanaan Hidup, padahal sudah kehilangan otentitas dan kesucian kanak-kanaknya.
https://www.caknun.com/2018/cerdas/
========================
Mursyid
Mursyidku adalah orang yang dari Kakek generasi ke-4, kuburan
Buyutnya itu sudah memisahkan diri dari komplek makam nasab sebelumnya
yang tiap saat diziarahi ribuan orang.
Kakeknya tidak bisa mengelak dikuburkan di area terpisah itu, tetapi sebelumnya berhasil menguburkan Bapaknya di tepi sungai yang jauh dari kemewahan sebuah makam.
Dalam peradaban Jawa dikenal turunan sampai 18 tingkat. Bapak Ibu, Kakek Nenek, Buyut, Canggah, Wareng, Udheg-udheg, Gantung Siwur, Gropak Senthe, Debog Bosok, Galih Asem, Gropak Waton, Cendheng, Giyeng, Cumpleng, Ampleng, Menyaman, Menya-menya, Trah Tumerah.
Bapaknya kasih catatan sampai ke-36 dari nasab mereka, tetapi ia diperintah untuk merahasiakannya.
https://www.caknun.com/2018/mursyid/
=====================
Kakeknya tidak bisa mengelak dikuburkan di area terpisah itu, tetapi sebelumnya berhasil menguburkan Bapaknya di tepi sungai yang jauh dari kemewahan sebuah makam.
Dalam peradaban Jawa dikenal turunan sampai 18 tingkat. Bapak Ibu, Kakek Nenek, Buyut, Canggah, Wareng, Udheg-udheg, Gantung Siwur, Gropak Senthe, Debog Bosok, Galih Asem, Gropak Waton, Cendheng, Giyeng, Cumpleng, Ampleng, Menyaman, Menya-menya, Trah Tumerah.
Bapaknya kasih catatan sampai ke-36 dari nasab mereka, tetapi ia diperintah untuk merahasiakannya.
https://www.caknun.com/2018/mursyid/
=====================
Otentisitas
Mursyid itu, di zaman ketika Bapaknya meninggal, belum parah gejala kapitalisme nasab. Misalnya memakai gelar berdasar turunan ini itu sebagai identitas utamanya. Nenek moyang dijual untuk cari pengaruh, modal dan kekuasaan. Pasang gambar nenek moyang, atau namanya, atau gelar yang mencerminkan seseorang keturunan siapa.
Dengan demikian masyarakat manusia menghormatinya, Setan takut kepadanya, toh kaum Jin tidak punya alat produksi untuk meng-counter atau mengkritisinya.
Maka Buyut, Kakek dan Bapaknya si Mursyid ini tidak mau anak cucunya menjalani hidup tidak dengan otentisitas dirinya sendiri.
https://www.caknun.com/2018/otentisitas/
============================
Takhayul
Mursyidku itu turun-temurun dilarang mengejar kursi dalam tatanan dunia, apalagi memperebutkannya.
Atau mengejar semacam kendaraan sejarah, untuk bersaing dengan orang lain. Itulah perjanjian pribadinya sebelum lahir.
Persaingan Mursyidku hanya melawan dirinya sendiri, memerangi nafsunya, mengendalikan kemauannya.
Tidak boleh minta-minta kecuali kepada Maha Pemilik Saham.
Ia juga wajib bersabar dan arif terhadap banyak orang yang begitu lahir sudah didudukkan di kursi warisan nenek moyangnya.
Branding dan label nasab itu membuatnya bisa lulus sejarah tanpa ujian.
Manusia sangat lemah, terlalu mudah kagum dan dikelabui oleh mitologi dan takhayul.
https://www.caknun.com/2018/takhayul/
===========================
REFORMASI PEMIMPIN 1-75
=============================
Allah mengajarkan “lakum dinukum waliyadin“.
Kalau bagimu begitu itu demokrasi, silahkan jalani. Bagiku ini yang demokrasi.
Kalau bagimu begitu itu Presiden, silahkan dijunjung. Bagiku ini yang Presiden.
Kalau bagimu Pemimpin itu begitu, patuhilah. Bagiku yang begini ini Pemimpin.
Kalau bagimu Negara adalah yang begitu, silahkan tempuh. Bagiku, Negara itu begini.
Kalau bagimu sukses dan kemajuan itu begitu, nikmatilah. Bagiku begini ini sukses dan kemajuan.
Kalau bagimu itu Agama, peluklah dengan mesra. Bagiku, ini yang Agama.
https://www.caknun.com/2018/pemimpin-1/
=========================
Tidak mudah memahami Keluarga Indonesia.
Dulu bilang Jasmerah: hormati keteladanan nenek moyang.
Para penerusnya bilang: “Kami hanya mengikuti apa yang kami dapatkan dari bapak kami.”
Kemudian ada tamu. Keluarga Indonesia semua kagum dan jatuh cinta.
Lama-lama si tamu bukan sekadar menguasai rumah Keluarga Indonesia. Bahkan seluruh tata nilai, tujuan hidup, perilaku budaya dan peradabannya mengacu dan patuh kepada tamu itu.
Tetapi terakhir Keluarga Indonesia melahirkan bayi.
Setelah mulai dewasa ia berkata: “Kebenaran tentang masa depan Indonesia terletak di dalam perenungan kami tentang nasib anak-cucu.”
Jelas anak itu bukan produk dari pendidikan Keluarga Indonesia yang sedang berlangsung.
https://www.caknun.com/2018/pemimpin-2/
===========================
Atau mengejar semacam kendaraan sejarah, untuk bersaing dengan orang lain. Itulah perjanjian pribadinya sebelum lahir.
Persaingan Mursyidku hanya melawan dirinya sendiri, memerangi nafsunya, mengendalikan kemauannya.
Tidak boleh minta-minta kecuali kepada Maha Pemilik Saham.
Ia juga wajib bersabar dan arif terhadap banyak orang yang begitu lahir sudah didudukkan di kursi warisan nenek moyangnya.
Branding dan label nasab itu membuatnya bisa lulus sejarah tanpa ujian.
Manusia sangat lemah, terlalu mudah kagum dan dikelabui oleh mitologi dan takhayul.
https://www.caknun.com/2018/takhayul/
===========================
REFORMASI PEMIMPIN 1-75
=============================
Pemimpin-1
Kalau bagimu begitu itu demokrasi, silahkan jalani. Bagiku ini yang demokrasi.
Kalau bagimu begitu itu Presiden, silahkan dijunjung. Bagiku ini yang Presiden.
Kalau bagimu Pemimpin itu begitu, patuhilah. Bagiku yang begini ini Pemimpin.
Kalau bagimu Negara adalah yang begitu, silahkan tempuh. Bagiku, Negara itu begini.
Kalau bagimu sukses dan kemajuan itu begitu, nikmatilah. Bagiku begini ini sukses dan kemajuan.
Kalau bagimu itu Agama, peluklah dengan mesra. Bagiku, ini yang Agama.
https://www.caknun.com/2018/pemimpin-1/
=========================
Pemimpin-2
Tidak mudah memahami Keluarga Indonesia.
Dulu bilang Jasmerah: hormati keteladanan nenek moyang.
Para penerusnya bilang: “Kami hanya mengikuti apa yang kami dapatkan dari bapak kami.”
Kemudian ada tamu. Keluarga Indonesia semua kagum dan jatuh cinta.
Lama-lama si tamu bukan sekadar menguasai rumah Keluarga Indonesia. Bahkan seluruh tata nilai, tujuan hidup, perilaku budaya dan peradabannya mengacu dan patuh kepada tamu itu.
Tetapi terakhir Keluarga Indonesia melahirkan bayi.
Setelah mulai dewasa ia berkata: “Kebenaran tentang masa depan Indonesia terletak di dalam perenungan kami tentang nasib anak-cucu.”
Jelas anak itu bukan produk dari pendidikan Keluarga Indonesia yang sedang berlangsung.
https://www.caknun.com/2018/pemimpin-2/
===========================
Pemimpin-3
Di dalam dada Pemimpin Indonesia tidak terdapat dirinya, golongannya, kepentingan subjektifnya.
Skala berpikir Pemimpin Indonesia seluas dunia, karena amanat yang dipanggulnya adalah tepat dan bijaksana menemukan dan membangun Indonesia di tengah dunia.
Ruangan cinta di dalam diri Pemimpin Indonesia memuai sampai lebih luas dari alam semesta. Dunianya terletak di akhirat. Kininya bermuatan kemarin dan masa depan. Kesementaraan duniawinya dijalani di dalam gagasan keabadian.
Di dalam ruang cinta Pemimpin Indonesia hanya ada dua penghuni: Rakyat dan Tuhan.
https://www.caknun.com/2018/pemimpin-3/
==============================
Pemimpin-4
“La takhof wala tahzan innalloha ma’ana”
Jangan takut dan jangan sedih, Tuhan bersama kita.
Pemimpin Indonesia tidak takut kehilangan jabatannya, karena ia tidak pernah mengejarnya, dan menjadi pemimpin atau apapun di dunia bukanlah keinginannya.
Pemimpin Indonesia tidak bersedih tidak menjadi pemimpin. Karena kegembiraannya adalah menjadi apapun yang Allah menghendakinya. Atau tidak menjadi apapun sepanjang Allah meridlainya.
Pemimpin Indonesia tidak bertugas sendirian. Ia bekerja bersama Allah dan para karyawan-Nya yang tampak maupun yang tak kasat mata.
Ia memimpin Indonesia karena tugas dari-Nya. Siapapun yang memusuhi atau mencelakakannya, bukan urusannya, melainkan berperkara dengan-Nya.
https://www.caknun.com/2018/pemimpin-4/
============================
Pemimpin-5
Mereka terbukti sudah melakukan sangat banyak hal yang aku tak mampu melakukannya.
Kalau melihat gedung-gedung tinggi, mal-mal, perumahan mewah, aku minder rasanya. Sungguh hebat manusia.
Dan yang bagiku ghaib adalah pengusaha-pengusaha kakap, Konglomerat, Sembilan Naga, para Presiden, Menteri-menteri dan Wakil-wakil rakyat.
Bagiku mereka makhluk unggul. Manusia ajaib. Berani menjadi, melakukan dan mempertanggungjawabkan syubhat dan multi-komplikasi ma’ashy itu semua di hadapan Allah Swt.
https://www.caknun.com/2018/pemimpin-5/
=========================
Pemimpin-6
Dajjal sudah sangat berkuasa di bumi. Akan hancur Negara yang tidak mau mematuhinya, digerogotinya, dibikin tergantung sandang pangan papannya, bahkan memakai mata uangnya.
Dajjal berwajah campuran antara manusia, malaikat, Iblis, setan, bahkan Ya’juj Ma’juj. Hanya Mekah dan Madinah yang Dajjal tak mampu menyentuhnya.
Dulu suatu bangsa minta tolong kepada Nabi Zulkarnain melindunginya dari Ya’juj Ma’juj, dibentengi dengan tembok cor tembaga. Sekarang bangsa terkaya justru memohon dengan bangga agar Dajjal menjadikannya Gundik.
Akan tetapi Indonesia yang benar-benar Indonesia tidak bisa disentuh oleh Dajjal. Karena Mekah Madinah bukan di Saudi Arabia kecuali hanya simbolnya. Sedangkan nyawa dan fakta quwwah keduanya bersemayam di dalam dada dan kepala Pemimpin dan rakyat sejati Indonesia.
https://www.caknun.com/2018/pemimpin-6/
=========================
Pemimpin-7
Seperti padi, semakin berisi semakin menunduk. Demikianlah bangsa Indonesia: rendah hati, andhap asor, tawadldlu’.
Jangan sampai ketahuan kalau kita kaya raya, maka kita berlagak bersikap jadi pengemis.
Dunia jangan tahu kita hebat, kuat dan unggul. Maka kita harus tampil bodoh, lemah dan inferior.
Seluruh dunia terjebak oleh canggihnya samaran dan akting kita.
Di Indonesia bagian atas, mobil mewah disebut gerobak. Menawari tamu “Mampir di gubuk saya ya” maksudnya rumah mengalahkan Istana Nabi Sulaiman.
Di bagian bawah dibalik: Rakyat menyebut gerobaknya adalah mobil, gubuknya adalah Istana.
https://www.caknun.com/2018/pemimpin-7/
============================
Pemimpin-8
Amat tua usia peradabannya, berlimpah kekayaan nilai sejarah dan
kandungan tanah airnya: seluruh penghuni bumi suka rela membungkukkan
badan di hadapan Indonesia.
Ia Garuda Perkasa, gagah namun lembut dan penuh kasih sayang–semua Negeri di dunia rindu dipermaisurikan olehnya.
Ia Ibu Pertiwi cantik jelita, namun teguh cintanya dan setia–semua Negara di dunia jatuh hati untuk dipersandingkan dengannya.
Tetapi Indonesia sudah bosan pada kehebatannya. Maka ia gemar mencoreng wajahnya sendiri. Ia Dewa berakting hamba sahaya. Ia konglomerat berlagak pengemis. Ia Pendekar bergaya banci. Malaikat yang menyamar jadi Iblis.
https://www.caknun.com/2018/pemimpin-8/
============================
Ia Garuda Perkasa, gagah namun lembut dan penuh kasih sayang–semua Negeri di dunia rindu dipermaisurikan olehnya.
Ia Ibu Pertiwi cantik jelita, namun teguh cintanya dan setia–semua Negara di dunia jatuh hati untuk dipersandingkan dengannya.
Tetapi Indonesia sudah bosan pada kehebatannya. Maka ia gemar mencoreng wajahnya sendiri. Ia Dewa berakting hamba sahaya. Ia konglomerat berlagak pengemis. Ia Pendekar bergaya banci. Malaikat yang menyamar jadi Iblis.
https://www.caknun.com/2018/pemimpin-8/
============================
Pemimpin-9
Aku sedang terbang jauh dari negeri tempat magangku. Ketika termangu duduk di keremangan, aku ditegur:
“Apa sebenarnya yang kau lakukan di negeri yang kebanyakan penduduknya berjalan ke arah yang berbeda, bahkan berlawanan dengan perjalananmu”
“Apa kau tidak takut melihat tujuan hidup mereka, obsesi dan nafsu mereka. Bagaimana hatimu bisa tahan padahal kau tak sependapat dengan prinsip dan ukuran-ukuran hidup mereka. Betapa susahnya hidupmu mencari sela-sela agar tidak bertabrakan dengan arus besar pembangunan hidup mereka”
“Kau simpan dengan rapi pengetahuanmu tantang benar salah, baik buruk, sukses gagal, yang bertentangan mereka. Belum lagi ilmu kenyang dan lapar, mulia dan hina, bumi dan langit, dunia dan akhirat, Tuhan dan tuhan-tuhan. Sebenarnya apa tugasmu yang pasti mustahil tercapai itu?”
Kujawab itu tidak mustahil sama sekali, bahkan tercapai dengan penuh kebahagian dan serasa mukjizat. Tugasku adalah mencintai mereka.
https://www.caknun.com/2018/pemimpin-9/
=============================
Salah satu ketakjubanku dalam kehidupan adalah kepada orang yang berani menjadi Presiden Indonesia.
Negara yang separuh teks proklamasinya tidak jelas juntrungannya.
Negara yang sejak awal berdirinya, urusan harta benda dan keuangan-nya serabutan, ruwet dan silang sengkarut.
Jangankan lagi sangkan paran sejarah yang ditempuhnya. Peta filosofi dan terminologi berpikirnya. Keracunan Negara dengan Pemerintahnya.
Serta banyak hal yang menyangkut hal-hal mendasar dan fundamental tentang kemanusia-Indonesiaan, kebudayaan dan peradaban yang dicita-citakannya.
Satu-satunya kejelasan yang kupahami hanyalah ambisi pribadi dan kejahiliyahan terhadap hakikat hidup dan Tuhan. Padahal sudah punya Pancasila.
https://www.caknun.com/2018/pemimpin-10/
=====================================
“Apa sebenarnya yang kau lakukan di negeri yang kebanyakan penduduknya berjalan ke arah yang berbeda, bahkan berlawanan dengan perjalananmu”
“Apa kau tidak takut melihat tujuan hidup mereka, obsesi dan nafsu mereka. Bagaimana hatimu bisa tahan padahal kau tak sependapat dengan prinsip dan ukuran-ukuran hidup mereka. Betapa susahnya hidupmu mencari sela-sela agar tidak bertabrakan dengan arus besar pembangunan hidup mereka”
“Kau simpan dengan rapi pengetahuanmu tantang benar salah, baik buruk, sukses gagal, yang bertentangan mereka. Belum lagi ilmu kenyang dan lapar, mulia dan hina, bumi dan langit, dunia dan akhirat, Tuhan dan tuhan-tuhan. Sebenarnya apa tugasmu yang pasti mustahil tercapai itu?”
Kujawab itu tidak mustahil sama sekali, bahkan tercapai dengan penuh kebahagian dan serasa mukjizat. Tugasku adalah mencintai mereka.
https://www.caknun.com/2018/pemimpin-9/
=============================
Pemimpin-10
Salah satu ketakjubanku dalam kehidupan adalah kepada orang yang berani menjadi Presiden Indonesia.
Negara yang separuh teks proklamasinya tidak jelas juntrungannya.
Negara yang sejak awal berdirinya, urusan harta benda dan keuangan-nya serabutan, ruwet dan silang sengkarut.
Jangankan lagi sangkan paran sejarah yang ditempuhnya. Peta filosofi dan terminologi berpikirnya. Keracunan Negara dengan Pemerintahnya.
Serta banyak hal yang menyangkut hal-hal mendasar dan fundamental tentang kemanusia-Indonesiaan, kebudayaan dan peradaban yang dicita-citakannya.
Satu-satunya kejelasan yang kupahami hanyalah ambisi pribadi dan kejahiliyahan terhadap hakikat hidup dan Tuhan. Padahal sudah punya Pancasila.
https://www.caknun.com/2018/pemimpin-10/
SAMBUNG KE REFORMASI BULAN JANUARI 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar