Rabu, 13 Februari 2019

Tetes Bulan Januari 2019

Bersama Kesulitan Ada Kemudahan (1)

 •   •  Dibaca normal 1 menit
Ada beberapa ungkapan yang populer di tengah masyarakat berkaitan dengan kesulitan dan kemudahan. Antara lain, “sesudah kesulitan ada kemudahan”, “habis gelap terbitlah terang”, “badai pasti berlalu”. Ungkapan-ungkapan bijak ini membantu banyak orang untuk tidak pesimis dalam menghadapi kesulitan dan tetap memiliki harapan untuk datangnya kemudahan.

Al-Qur`an sendiri memberikan rumus atau kaedah yang lebih dahsyat, sebagaimana dinyatakan dalam surat Al-Insyirah: “Fainna ma’al ‘usri yusra, inna ma’al ‘usri yusra” (Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, dan sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan). Rumus kehidupan dari Al-Qur`an ini menegaskan bahwa “bersama kesulitan ada kemudahan”, bukan “sesudah kesulitan ada kemudahan”. “Di dalam kesulitan ada kemudahan, di dalam gelap ada cahaya”. Kesulitan yang dihadapi oleh seseorang bisa jadi justru merupakan jalan untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik.

Dalam penerapannya, rumus atau kaidah kehidupan ini diperkuat dengan kaidah lain dalam Al-Qur`an, surat Al-Baqarah 216: “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”. Kaidah ini diperjelas lagi maknanya dalam ayat 19 surat An-Nisa` 19: “Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak”.

https://www.caknun.com/2019/bersama-kesulitan-ada-kemudahan-1/
==========================

Bersama Kesulitan Ada Kemudahan (2)

 •   •  Dibaca normal 1 menit
Rumus “inna ma’al ‘usri yusra” ini ternyata tidak hanya berlaku dalam kehidupan manusia, melainkan juga dalam segenap ciptaan Allah di alam semesta. Ambil contoh lalat. Pernahkah mendengar Nabi bersabda, “Jika ada seekor lalat terjatuh pada minuman kalian, maka tenggelamkan, kemudian angkatlah (lalat itu dari minuman tersebut), karena pada satu sayapnya ada penyakit dan pada sayap lainnya terdapat obat” (HR Al-Bukhari).

Ada yang berpendapat bahwa hadis ini “jorok”. Dalam persepsi umum, lalat adalah binatang kotor, suka makan yang kotor-kotor, hinggap di tempat yang kotor, dan pasti akan menebar kotoran dan penyakit. Secara ilmiah telah dibuktikan bahwa lalat hidup di sampah dan limbah yang mengandung sejumlah besar bakteri, virus, dan berbagai mikroba lainnya.

Namun harus dipahami bahwa hadis ini bukanlah perintah, melainkan sebuah jalan keluar. Dalam keadaan tidak ada lagi yang bisa diminum, padahal harus minum, maka cara demikian bisa dilakukan. Karena hal itu disampaikan oleh Nabi, maka tidak mungkin akan menimbulkan suatu bahaya. Di sinilah tugas ilmuwan muslim untuk melakukan penelitian terhadap pernyataan Beliau bahwa “satu sayapnya ada penyakit dan pada sayap lainnya terdapat obat”.

https://www.caknun.com/2019/bersama-kesulitan-ada-kemudahan-2/ 
========================== 

Siapa Sengkuni?

 •   •  Dibaca normal 1 menit

Apa Sengkuni? Adalah darah kotor di dalam diri setiap manusia. Kanker ganas di dalam darah setiap kumpulan Masyarakat dan Negara manusia.

Siapa Sengkuni? Jawabannya: Siapa yang di dalam dirinya tidak ada bakteri Sengkuni? Apa ada politisi yang bukan Sengkuni?

Para Sengkuni yang mengendalikan Negara saling menuding Sengkuni satu sama lain. Itulah Kesadaran 2019 bangsa Indonesia.

https://www.caknun.com/2019/siapa-sengkuni/ 
======================

Sengkuni:

 •   •  Dibaca normal 1 menit

“Wahai kalian yang berkuasa di zaman ini. Kalian pernah mengalami penderitaan apa sehingga kalian tega memutilasi nasib rakyat kalian sendiri?”

“Wahai kalian yang beristana di pantatnya Pulau Jawa, kalian pernah mengalami kesengsaraan apa sehingga kalian tega menindas, menipu dan memperhinakan rakyat kalian sendiri?”


 https://www.caknun.com/2019/h-4-sengkuni2019/

  

===================

Sengkuni:

 •   •  Dibaca normal 1 menit

“Atas dasar sejarah penderitaan apa sampai kalian melakukan korupsi dalam jumlah sebanyak itu? Apa alasan kalian untuk berbuat jahat? Apa latar belakang kesengsaraan sejarah kalian sehingga kalian mencuri harta rakyat sampai bertumpuk-tumpuk?”  

“Bahkan kalian sengaja membiarkan Negeri kalian rusak. Kalian sengaja tidak memperbaiki fondasi bangunan Negeri kalian yang rapuh, karena dengan itu kalian menjadi mudah mencuri di dalamnya. Kalian terus merawat kebusukan moral, hukum yang tebang pilih, kekuasaan yang timpang, karena kalian mendapat keuntungan permanen dari keadaan itu.”

 https://www.caknun.com/2019/h-3-sengkuni2019/
=================== 

Sengkuni:

 •   •  Dibaca normal 1 menit
“Kalian memelihara kebodohan rakyat, ketidaksiapan bernegara, memanipulasi Agama dan mengkerdilkan anak-anak kalian sendiri Karena di atas keadaan itulah kalian menjadi sangat mudah menguasai rakyat kalian.”

“Kalian tidak miskin, sehingga kalian bisa menjadi Pemimpin. Kalian tidak pernah menderita, sehingga kalian bisa membayar biaya untuk menjadi penguasa. Bahkan kalian bisa sekolah sampai tingkat tinggi, sehingga kalian bisa menjadi politisi. Atas alasan apa kalian bisa menjahati rakyat yang kalian kelabuhi untuk memilih kalian sendiri?”

 ttps://www.caknun.com/2019/h-2-sengkuni2019/

=========================


Sengkuni:

 •   •  Dibaca normal 1 menit

“Saya jahat karena ditindas. Saya jahat karena menderita. Itupun kejahatan yang saya lakukan sangat sedikit dibanding penderitaan saya. Sedangkan kalian jahat karena memang jiwa kalian bobrok.
Kalian kejam kepada rakyat kalian sendiri karena kepribadian kalian memang hina. Kalian membohongi dan menghancurkan nasib rakyat kalian sendiri, dan satu-satunya alasan kalian melakukan itu adalah karena kalian memang makhluk yang rendah.”

“Kalian rusak tanah air bangsa kalian, kalian tebangi pohon-pohon kekayaannya, untuk kalian jual kepada para penjajah. Satu-satunya alasan kenapa kalian semua ini menjahati rakyat, adalah karena jiwa kalian memang hina, karakter kalian bobrok, moral kalian busuk, dan mental kalian rendah serendah-rendahnya.”

https://www.caknun.com/2019/h-1-sengkuni2019/ 
===========================


Taqwa: Waspada Semampu Kita

 •   •  Dibaca normal 1 menit
Orang beriman yang menjalani hidup dengan ketaqwaan, adalah orang yang berhati-hati dan waspada
dalam segala langkah, di segala tempat dan waktu dalam kehidupannya, agar tidak menyebabkan
Allah marah, murka dan tidak ridla.

Ketika berbicara, menulis, menggunakan tangan, kaki, mata, dan telinga, ketika memilih makanan atau pakaian, ketika memilih teman atau pemimpin, ketika mengambil keputusan-keputusan dalam hidup; harus yakin bahwa apa yang dilakukannya disukai, diridlai, tidak dimurkai oleh Allah. Tentu saja sebatas kemampuan manusia, karena Allah sendiri mengatakan Ittaqullâha mastatha’tum (bertaqwalah kepada Allah semampu kalian).

Di tengah kehidupan dunia yang penuh syubhat, pencitraan, pengelabuhan, seperti sekarang ini, seyogianya kita meningkatkan ketaqwaan atau kewaspadaan.

https://www.caknun.com/2019/taqwa-waspada-semampu-kita/ 
=========================

Dunia Setetes Air

 •   •  Dibaca normal 1 menit  
Allah menawarkan pembebasan dari api neraka, dan kita bisa membelinya dengan iman dan jihad
(Ash-Shaf:10-11). Tapi barangkali tidak banyak orang di zaman sekarang yang tertarik kepada tawaran Allah, karena sorga akhirat itu nun jauh di sana dan tidak kasat mata. Sedangkan sorga dunia
ada di depan mata.

Tapi bagi orang yang sungguh-sungguh beriman, dunia ini hanyalah setetes air, sebagaimana Rasulullah mengatakan: “Bandingan dunia dan akhirat adalah, seperti ketika kamu celupkan jarimu ke lautan, kemudian kamu angkat jarimu, dan lihatlah, apa yang menetes dari jarimu dan kembali ke laut, itulah dunia”. (HR Muslim)

https://www.caknun.com/2019/dunia-setetes-air/ 
========================


Mengamalkan Al-Qur`an

 •   •  Dibaca normal 1 menit

Apalah artinya kehebatan tilawah Qur`an kalau berhenti pada tilawah. Apalah faedahnya hafal Qur`an kalau mandek pada hafalan. Apalah maknanya kekaguman pada keindahan Qur`an stop sampai pengkajian. Apalah gunanya berdebat tak berkesudahan tentang maksud suatu ayat kalau hanya berhenti pada berdebat. Apalah maslahatnya bersitegang berkepanjangan tentang penetapan
suatu hukum dari ayat Qur`an kalau hanya berhenti pada persitegangan.
kalau hanya kagum. Apalah manfaatnya kajian-kajian ilmiah Qur`an kalau hanya

Sebagai orang awam, apa yang bisa kita lakukan dengan Al-Qur`an? Jawabannya singkat: mengamalkannya. Menurut riwayat, para sahabat mempelajari Qur`an dengan cara sederhana, tidak muluk-muluk. Mereka membaca dan mempelajari satu rangkaian ayat kemudian mengamalkan apa yang harus diamalkan, baru kemudian beranjak ke ayat-ayat lainnya. Mereka tidak banyak bertanya tentang makna ayat-ayat mutasyabihat, karena ayat-ayat yang muhkamât sudah cukup menyita perhatian mereka.

https://www.caknun.com/2019/mengamalkan-al-quran/ 
============================ 



Al-Qur`an, Kebijaksanaan dan Kearifan

 •   •  Dibaca normal 1 menit

Al-Qur`an menginginkan sikap dan perilaku yang arif lagi bijaksana lebih dulu sebelum yang lainnya. Penegakan hukum, bagaimanapun, membutuhkan kebijaksanaan dan kearifan. Ketika ajaran agama didominasi oleh pendekatan hukum dan mengabaikan kebijaksanaan dan kearifan, maka kebaikan akan semakin jauh dari jangkauan. Ini ironis.

Bukankah agama diturunkan demi kebaikan? Lalu, mengapa atas nama agama justru kebaikan menjauh atau dijauhkan?
 https://www.caknun.com/2019/al-quran-kebijaksanaan-dan-kearifan/
=============
  

Akibat Indoktrinasi Penguasa Agama

 •   •  Dibaca normal 1 menit

Dalam Al-Qur`an, Tuhan sendiri menegaskan berulang kali bahwa karakteristik kehidupan adalah plural. Maka, lembaga keagamaan maupun otoritasnya hendaknya hanya berfungsi sebagai penyedia sarana dan prasarana yang diperlukan, seperti penyediaan tempat ibadah, petugas khutbah dan imam. Bukannya sebagai penguasa agama, yang berhak atas nama Tuhan dan menyeragamkan cara-cara beragama.

Tetapi, faktanya, lembaga-lembaga keagamaan dan otoritasnya justru melakukan indoktrinasi eksklusif untuk menanamkan klaim kebenaran hanya ada di pihaknya saja. Pokoknya, pihak lain sesat. Ini sangat mengganggu. Ini bisa jadi penyebab lahirnya sikap saling menyesatkan dan mengafirkan. Akibatnya, ayat-ayat suci terkesan saling bertentangan dan saling menyalahkan–yang pada akhirnya orang akan berkesimpulan tidak ada agama yang benar serta tidak ada itu kitab suci.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar