Rabu, 13 Februari 2019

-Reformasi NKRI Oktober 2018

Penguasa Samar-Samar


Indonesia dikuasai oleh setiap Pemerintahnya hanya pada sejumlah hardware, lalu lintas materialisme serta kejiwaan sebagian manusianya.

Tetapi selebihnya berada di tangan Allah, para Malaikat-Nya, yang diremehkan oleh kebanyakan manusia modern. Di bawah payung syafaat Rasul-Nya, yang ditertawakan oleh penduduk Zaman Now. Serta sejumlah petugas, penjaga, peronda, yang manusia makin tidak bisa melihatnya. Atau paling jauh merasakannya secara samar-samar.

Parameter-parameter dunia banyak sekali kecélé. Min haitsu la yahtasib. Bahkanpun jatuhnya setetes embun.

(Mbah Nun bersama Masyarakat Maiyah)

https://www.caknun.com/2018/penguasa-samar-samar/ 
 =========================


Tak Pernah Kalah



Kadang bosan melihat orang yang menang perlombaan lima tahunan, lantas gugup dan cemas jangan sampai tidak menang pada lima tahun berikutnya. Sehingga melakukan apapun benar salah baik buruk halal haram hina jahat, agar jangan sampai kalah.

Tiap hari saya berjumpa dengan orang yang sepanjang hidupnya tak pernah kalah, istiqamah menghindari menang, dan menjaga jangan sampai ada orang yang merasa dikalahkan olehnya.

(Mbah Nun bersama Masyarakat Maiyah)


https://www.caknun.com/2018/tak-pernah-kalah/
==========

Tidak Mempelajari Bencana



Gempa sangat menakutkan semua orang. Peta potensi gempa di tanah air sangat menggelisahkan semua penduduk Indonesia. Dan tatkala terjadi di suatu wilayah, ia berkembang menjadi mengerikan dan sangat menyedihkan.

Tapi kalau gempa disebut bencana, siapa pelakunya? Siapa yang mencelakakan manusia? Siapa yang mendholimi, menyakiti dan menyelenggarakan pembunuhan massal di bumi? Kenapa?

Para Ilmuwan semakin canggih mempelajari gempa, tetapi tidak pernah mempelajari bencana.

(Mbah Nun bersama Masyarakat Maiyah)

 https://www.caknun.com/2018/tidak-mempelajari-bencana/

====================

Gempa Atas Diri Sendiri


Di tiga wilayah mekanisme (sunnah) alam menyelenggarakan gempa yang menjadi bencana bagi manusia. Ini ada rute nalarnya untuk kita pahami.

Kemudian di wilayah lain ada manusia menyelenggarakan gempa atas dirinya sendiri, yang menjadi bencana bagi bangunan yang ditempatinya.
Ini sukar ditemukan alur logisnya untuk memahami, kecuali bingkainya adalah keanehan jiwa.

Andaikan “giliran” berikutnya Tuhan yang menyelenggarakan sesuatu (shoihatan wahidah, teriakan keras atau wamakarallah), pilihan kita hanya tawakkal.
(Mbah Nun bersama Masyarakat Maiyah)

https://www.caknun.com/2018/gempa-atas-diri-sendiri/ 

 ===================

Kentongan Titir


Kalau kentongan di gardu desa ditabuh per 1X, tanda ada pembunuhan. Per 2X Maling. Per 3X Rumah kebakaran. Per 4X banjir bandang, lindu atau bencana alam lainnya. Per 5X ada pencurian Lembu, Kerbau atau hewan lain. Kalau Doro Muluk, 1.7.1 keadaan aman.

Siapa saja yang dekat Gardu atau Cakruk, kalau mendengar teriakan “Banjir bandaaang…banjir bandaaaang…”, atau “Maliiing…maliiing…”, langsung menabuh kentongan. Tidak perlu konfirmasi, check and recheck. Sebab, momentum sangat penting dalam situasi darurat untuk secepatnya penduduk mengantisipasi atau menyelamatkan diri.

Di zaman modern yang berperadaban rasional, jangan langsung tabuh kentongan. Sebab kalau ternyata teriakan itu bohong, penabuh kentongan akan dikenai pasal penyebaran hoax atau ujaran kebencian. Siapa yang mempasalkan penabuh kentongan? Bisa jadi si peneriak “Banjir bandaaaaang…” itu sendiri.

(Mbah Nun borsama Masyarakat Maiyah)

https://www.caknun.com/2018/kentongan-titir/ 

===========

Bencana Sejarah

 •   •  Dibaca normal 1 menit
Setiap orang punya kekonyolannya sendiri-sendiri: itu bagian dari keindahan ciptaan Tuhan.
Wajar juga bahwa ada manusia tidak pantas menempati suatu tempat, tidak proporsional, tidak ekspert, tidak berkelayakan dari sudut apapun.

Yang tidak wajar, bahkan ajaib, di Indonesia: adalah orang konyol tapi dipuji, orang tidak layak tapi dipuja, orang tidak mampu tapi dinabikan, pembohong dimalaikatkan, the wrong man in the wrong place tapi dijunjung sebagai Imam Mahdi, titisan Allah dan Ratu Adil.

Sungguh bangsa ini sedang mengalami bencana sejarah.

(Mbah Nun bersama Masyarakat Maiyah)

https://www.caknun.com/2018/bencana-sejarah/ 
================

A’udzu Bika Min Media Maya

Di antara semesta alam yang Engkau ciptakan, apakah termasuk Media Maya?
Aku tidak percaya itu bagian dari ciptaan-Mu, wahai Maha Pengasih.
Ataukah itu adalah akibat liar dari kemerdekaan yang Engkau hamparkan bagi manusia?

Ataukah Engkau sengaja memperlihatkan segala yang tersembunyi dari manusia? Kebusukan hati, kekejaman perasaan, akal yang sepotong- sepotong, pikiran yang terkeping-keping, ketidak-seimbangan mental dan kerendahan jiwa.

Wahai Maha Penyayang, sungguh hamba berlindung kepada-Mu dari Media Maya.

(Mbah Nun bersama Masyarakat Maiyah)

https://www.caknun.com/2018/audzu-bika-min-media-maya/

========================

Yang di Atas dan Yang di Bawah


Cobalah uji di mesin akalmu dan laboratorium pengalamanmu.
Bahwa yang berlangsung di Negeri ini bukan soal Capres siapa, parpol apa, pihak mana, agama dan golongan sini atau sana, preman atau Ulama, intelektual atau pengusaha, Harimau atau Naga.

Melainkan hakikinya adalah :
Orang-orang culas di atas mempermainkan orang-orang polos di bawah.
Orang-orang serakah di atas menipu orang-orang naif di bawah.
Orang-orang takabur di atas merendahkan orang-orang lugu di bawah.
Orang-orang munafik di atas memperdaya orang-orang sederhana di bawah.
(Mbah Nun bersama Masyarakat Maiyah)
https://www.caknun.com/2018/yang-di-atas-dan-yang-di-bawah/ 
================================


Kemenangan Nur Muhammad


Pada 7.10.2018 saya shalat hajat dengan mewiridkan 3 firman-Nya. Mohon agar Nur Muhammad jangan diuji untuk tidak menang dan mengungguli Ghor al-Mutakabbir.

Ini soal martabat ahsanu taqwim, dzurriyatul Adam, ahlu baitillah wa baldatihi. Bukankah semua bilang “menghina satu manusia adalah menghina seluruh ummat manusia”?

Kalau tak maqbul, hatiku pasti terguncang, berubah pandangan hidupku, sehingga banyak hal mungkin akan kuhancurkan. Apalagi si mutakabbir itu sampai pernah sesumbar “Yesus pun akan saya tendang pantatnya”.

Ternyata Allah memperkenankan, meskipun hanya di sejengkal waktu, tabbat yadahu, wa ja’alnal aghlala fi ‘unuqilladzina kafaru. Rear naked choke, bahkan cukup di dagunya, tak perlu dicekik lehernya. Remeh dan receh.

Setelah itu ricuh, karena diricuhi martabatnya: Nur “qotilu fisabilillah alladzina yuqotilunakum”. Si mutakabbir untung karena tak sampai “tohpati”. Kemudian, ayo silakan para rasis kasih hukuman.

Mohon izin, tak siapapun perlu memahami ini, asal mengistiqamahi-Nya. Toh terdengar suara dari langit: “He, jangan GR. Allah memenangkan Nur Muhammad belum tentu karena shalat dan doa mu”.
(Mbah Nun)
https://www.caknun.com/2018/kemenangan-nur-muhammad/ 
================ 

===================================================
1-45 SYARAT MENJADI PRESIDEN RI 
================================

Hak Milik Raja dan Sultan  (1 of 45)

(1-45 Syarat Jadi Presiden RI)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar