Rabu, 04 Juli 2018

Tetes Bulan Maret 2018


Berputar-putar

 •   •  Dibaca normal 1 menit

Dalam kehidupan agama yang total sudah tak terasa ini seni apa hukum apa agama. Masalahnya sudah memusat: ini benar atau tidak, baik atau buruk, sampai ke pangkuan kekasih atau belum, sudah ada gejala tiba di ujung rindu atau belum. Kita suka berputar-puter dulu, menunggu rumah kebakaran baru berpikir tentang api. Itu pun kalau mau berpikir tentang api. Bisa jadi kampung kita makin ludes oleh api dan dendam, ternyata tetap tidak juga berpikir tentang bahaya api.

https://www.caknun.com/2018/berputar-putar/  
===============================

Mengubah Diri dan Dunia

 •   •  Dibaca normal 1 menit
Betapa pentingnya mengubah diri sebelum mengubah dunia. Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kesanggupannya. Kalau belum mampu mengubah diri sendiri, berarti belum berkewajiban mengubah yang di luar dirinya. Kalau mampu kita cuma mengubah sekeluarga, ya kita rem kerewelan terhadap skala sosial yang lebih luas.


https://www.caknun.com/2018/mengubah-diri-dan-dunia/
===================================

Dekrit Pembubaran Neraka

 •   •  Dibaca normal 1 menit
Bangsa Indonesia sedang ditelan oleh ikan hiu sejarahnya sendiri. Dan satu-satunya jalan yang pertama dan terpenting adalah kesanggupan untuk mengaku diri inni kuntu minadh dholimiin. Tapi yang kita rencanakan sekarang ini mungkin malah melahirkan dekrit pembubaran neraka, sehingga masa depan kita lapang dan merdeka. Pembubaran neraka artinya tradisi untuk menutupi kesalahan kita sendiri, melakukan manipulasi, mengumumkan bahwa kita yang benar dan yang memusuhi kita itu yang pasti salah

https://www.caknun.com/2018/dekrit-pembubaran-neraka/ 
===================================

Ciptakan Negeri Sendiri

 •   •  Dibaca normal 1 menit
Orang Indonesia itu pandai-pandai. Melihat rembulan sesaat, langsung menyimpulkan bahwa kepalanya lebih besar dari rembulan, hanya karena ia menaruh jari-jarinya di depan matanya, sehingga rembulan kalah besar dari jari-jarinya. Maka selama Indonesia belum mau dibantu, mari kita ciptakan negeri kesabaran kita sendiri, propinsi ketekunan, kabupaten kerja keras, kecamatan mandiri dan desa barokah kita sendiri. Sebuah desa yang barokah bisa lebih luas dari dunia, apalagi negara. Dan kalau mereka tetap tak mau memahami juga, biarkan saja. Ucapkan: salamun alaikum la nabtaghil jahilin. Salam kepadamu, aku tak punya waktu untuk melayani kebodohan.

https://www.caknun.com/2018/ciptakan-negeri-sendiri/   
===================================

Angkuh

 •   •  Dibaca normal 1 menit

Cahaya Tuhan kita halangi sendiri. Suara risalah kita curigai, hanya karena bahasanya berbeda dengan bahasa kita. Sabda kemuliaan kita singkirkan, firman kenegarawanan kita remehkan, hikmah-hikmah kita anak tirikan, rahasia obat penyembuhan penyakit bangsa kita kutuk-kutuk sendiri. Sedemikian angkuh cara kita berpikir seakan-akan kita sanggup menumbuhkan bulu alis sampai sepuluh sentimeter.

https://www.caknun.com/2018/angkuh/ 
=========================== 

Dialektika Penghancuran

 •   •  Dibaca normal 1 menit

Kalau pemerintah ngawur, rakyat akhirnya ngawur juga. Semakin ngawur pemerintah, semakin ngawur rakyat. Dan kalau rakyat semakin ngawur, maka pemerintah juga akan tidak terlalu tampak kalau meneruskan ngawur-nya. Demikianlah dialektika penghancuran bangsa Indonesia.

https://www.caknun.com/2018/dialektika-penghancuran/
=====================================

Dialektika Gerhana

 •   •  Dibaca normal 1 menit

Gerhana selalu merupakan kegelapan atau ancaman kegelapan. Matahari adalah lambang Tuhan, cahaya adalah rahmat nilai dan barokah rezeki-Nya; semakin gelap berarti semakin berjarak dengan Tuhan. Sementara kita rakyat adalah bumi, dan rembulan adalah rasul, nabi, para wali, ulama, pemimpin kemanusiaan, pemerintah, lembaga-lembaga sosial, pers, tata nilai kemasyarakatan, atau apa pun, yang mestinya mentransformasikan cahaya rahmat Tuhan itu agar menjadi manfaat bagi kehidupan seluruh manusia. Kalau yang terjadi adalah kegelapan, berarti ada kegagalan serius dalam proses pendidikan sejarah.

https://www.caknun.com/2018/dialektika-gerhana/ 
================================== 

Festival Kebenaran

 •   •  Dibaca normal 1 menit

Kita belum penah sanggup membuktikan satu saja kata kebenaran di mulut kita sendiri dengan perbuatan nyata, kita sudah merasa menjadi pejuang yang paling pejuang. Kemudian seiring dengan itu kita menumpuk ilmu, terus memfestivalkan kata kebenaran di bibir dan kepalan tangan kita, sehingga kita punya utang sangat banyak kepada nilai kebenaran yang kita ucap-ucapkan.

https://www.caknun.com/2018/festival-kebenaran/
================================

Puncak Kekalahan

 •   •  Dibaca normal 1 menit

Keengganan melakukan introspeksi diri biasanya berakibat fatal. Tatkala kita berkesempatan berkuasa, tak mampu melakukan perubahan menjadi lebih baik, kelakuan kita sama bahkan bisa lebih buruk dibanding penguasa yang dulu kita kritik habis-habisan. Ibaratnya, kepemimpinan si Harimau digantikan lagi oleh si Harimau yang baru, yang lebih garang lagi. Dengan demikian, keadaannya saling menerkam, saling menjegal, saling tikam, saling menjatuhkan–dan semua yang terlibat dalam perang sejarah semacam itu pasti mengalami kekalahan, meskipun bangunan terendah dari kekalahan itu merupakan kemenangan. Tapi puncaknya toh kekalahan.

https://www.caknun.com/2018/puncak-kekalahan/ 
================================

Angkuh yang Unik

 •   •  Dibaca normal 1 menit
Kita ini punya jenis keangkuhan yang unik. Kita belum mampu bertanggung jawab atas perut kita sendiri, pada saat yang sama kita sudah punya cita-cita memberi makan seluruh rakyat Indonesia.

https://www.caknun.com/2018/angkuh-yang-unik/
===============================

Tiga Dimensi Pemimpin

 •   •  Dibaca normal 1 menit
Wacana utama bagi setiap kepemimpinan melingkupi tiga dimensi: kebersihan hati, kecerdasan pikiran, serta keberanian mental. Jika pemimpin hanya memiliki kebersihan hati saja, misalnya tanpa didukung oleh kecerdasan intelektual dan keberanian mental, maka kepemimpinannya bisa gampang stagnan. Begitu pula sebaliknya. Jika pemimpin hanya memiliki kecerdasan intelektual belaka tanpa didukung oleh kebersihan hati dan keberanian mental, maka jadinya seperti menara gading alias monumen yang bukan hanya tanpa makna, tapi juga nggangguin kehidupan rakyatnya. Apalagi kalau pemimpin hanya memiliki keberanian tanpa kebersihan hati dan kecerdasan, maka akan menjadikan keadaan semakin kacau dan buruk.

https://www.caknun.com/2018/tiga-dimensi-pemimpin/
==================================

Sepakbola Kegelapan

 •   •  Dibaca normal 1 menit
Ada pejabat, terkadang presiden, yang perilaku dan kinerjanya sering kacau antara posisi sebagai pemain dengan sebagai wasit. Atau di saat lain ia menjadi kiper dan ketika kemasukan bola malah tertawa-tawa. Kalah 5-0 malah sesumbar. Tidak bisa memasukkan bola malah tidak malu minta minum dan snack paling banyak. Penonton sudah ribut, frustasi karena membiayai sepakbola tapi permainan kacau, malah yang bersangkutan cekikikan kegelian. Itulah namanya sepakbola kegelapan.

https://www.caknun.com/2018/sepakbola-kegelapan/ 
==================================

Kerendahan Hati

 •   •  Dibaca normal 1 menit
Hal paling mendasar yang dibutuhkan adalah sikap rendah hati terhadap kebenaran sejati. Tidak ada orang yang tidak rendah hati yang di akhir ronde hidupnya mencapai kemenangan, meskipun pada ronde-ronde sebelumnya ia bisa merajalela. Kerendahan hati adalah pintu terlebar menuju atau memasuki keluasan ilmu.

https://www.caknun.com/2018/kerendahan-hati/
================================== 

Kebenaran Sejati

 •   •  Dibaca normal 1 menit

Petinju yang sombong sehingga meremehkan lawannya sangat dekat dengan adegan terjengkang knock out oleh lawannya. Orang yang berpakaian kesombongan dalam pergaulan akan terpuruk dalam kehinaan. Penguasa yang hatinya angkuh, merasa paling tahu, malas mendengarkan, akan pasti mengakhiri kekuasaannya dengan malu dan kesengsaraan. Kebenaran sejati terletak di dalam kesadaran bahwa yang kita ketahui hanya beberapa, sedangkan yang tidak kita ketahui tak terhingga jumlahnya.

https://www.caknun.com/2018/kebenaran-sejati/ 
===============================

Keterbatasan Ilmu

 •   •  Dibaca normal 1 menit
Sumber inspirasi kebenaran sejati bersifat sangat cakrawala, bagai langit dan ketakterbatasan ruang angkasa. Ia bisa ditempuh dengan kecerdasan, imajinasi, eksplorasi, investigasi, inovasi dan invensi. Tapi jelas busurnya adalah kesadaran tentang keterbatasan ilmu manusia itu sendiri. Yang penting ada keperwiraan manusia untuk merasa tidak tahu, untuk sadar ia penuh kekurangan, sehingga ia menunduk dan memohon kepada yang sejati.

https://www.caknun.com/2018/keterbatasan-ilmu/ 
================================ 

Benarnya Orang Banyak

 •   •  Dibaca normal 1 menit

Apakah orang banyak pasti benar? Benarnya orang banyak itu banyak kelemahan dan sama sekali tidak mengandung jaminan keselamatan di antara para pelakunya, bahkan pun bagi pelaku diktatorisme mayoritas itu sendiri. Benarnya orang banyak harus disangga oleh banyak faktor lain; kematangan budaya, tegaknya akal dan kejujuran, pendidikan yang memadai, kedewasaan mental kolektif dan lain sebagainya. Demokrasi tidak bisa berdiri sendiri. Demokrasi adalah ilmu yang belum dewasa dan pengetahuan yang masih timpang terhadap kenyataan manusia.

https://www.caknun.com/2018/benarnya-orang-banyak/
====================================

Benarnya Sendiri

 •   •  Dibaca normal 1 menit

Orang yang berlaku berdasarkan benarnya sendiri, pasti mengganggu orang lain, menyiksa lingkungannya, merusak tatanan hidup bersama, dan pada akhirnya pasti akan menghancurkan diri si pelakunya sendiri. Benarnya sendiri berlaku dari soal-soal rumah tangga sampai ke manifestasi-manifestasinya dalam skala sosial yang lebih luas berupa otoritarianisme, diktatorisme, anarkisme, dan bahkan pada banyak hal berlaku pada monarkhisme atau teokrasi. Benarnya sendiri melahirkan Fir’aun-Fir’aun besar dalam skala negara dan dunia, serta memproduksi Fir’aun-Fir’aun kecil di rumah tangga, di lingkaran pergaulan, di organisasi, bahkan di warung dan gardu.

https://www.caknun.com/2018/benarnya-sendiri/ 
===============================

Materi

 •   •  Dibaca normal 1 menit
Manusia bukan hanya membutuhkan materi, tapi dirinya juga memuat materi, bahkan ia terdiri atas materi. Namun perjuangan manusia adalah meningkatkan derajatnya agar lebih tinggi beberapa tingkat dari hakikat materi. Ia menang karena menguasai materi, bukan dikuasai.

https://www.caknun.com/2018/materi/ 
=========================

Menggali Jawaban

 •   •  Dibaca normal 1 menit
Manusia menggali jawaban dari pertanyaan yang dihadirkan Allah kepadanya melalui manusia lain. Seorang kuli bengkel motor belajar dari setiap kerusakan motor. Universitas manusia adalah problemnya. Di sisi itu semua ada rumus: Kalau Tuhan mengamanatkan problem, Ia menyertakan fasilitas atau rezekinya, berupa apapun. Sebaliknya, kalau Allah memberikan gagasan, ia juga menyertakan masalah yang harus dicari sehingga jawaban gagasan itu bisa diterapkan. Atau kalau Tuhan memberikan fasilitas atau rezeki, tentu ada amanat di sisi-Nya yang harus diselesaikan.

https://www.caknun.com/2018/menggali-jawaban/ 
================================

Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Raji’un

 •   •  Dibaca normal 1 menit
 Inna lillahi wa inna ialihi roji’un adalah suatu kalimat ilmu sangat prinsipil yang oleh kebudayaan umat lebih dipakai untuk menyentuh tema kematian, padahal ia adalah peta utama teokosmologi atau kosmo-ekologi yang membuat seorang beriman menjadi benar-benar seorang beriman. Ia adalah suatu filosofi yang mengubah konsep dan kesadaran hidup linear menjadi siklikal. Linear adalah perjalanan hidup lurus dari A ke B, dari kehidupan menuju kematian. Siklikal adalah perjalanan dari A ke A, dari kehidupan menuju kehidupan di mana depan dan belakang bersifat relatif, di mana waktu dilintasi seluruh sisinya dan digenggam oleh kebesaran dan keutamaan manusia.

 https://www.caknun.com/2018/inna-lillahi-wa-inna-ilaihi-rajiun/
==========================================

Festival Keberlebihan

 •   •  Dibaca normal 1 menit
Tradisi kita adalah tradisi berlebihan, sehingga yang kita produksi adalah juga festival keberlebihan permanen. Curiga berlebihan, su`udhan berlebihan, melotot dan menuding berlebihan, nafsu pemilikan berlebihan, nafsu berkuasa berlebihan, hipokrisi berlebihan, dan kejam yang berlebihan.

 https://www.caknun.com/2018/festival-keberlebihan/
==================================  

Sakti Tanpa Senjata

 •   •  Dibaca normal 1 menit
Tatkala orang penuh gerak dalam diam, merdeka tanpa bermaharajalela, menjadi kaya tanpa menguasai, memukul tanpa menggunakan gerak, ia pun sakti tanpa aji, menang tanpa merendahkan. Sebab orang menjadi sakti setelah meletakkan senjata, orang menjadi kaya sesudah mengalahkan harta benda, orang menjadi merdeka sesudah menghempaskan nafsunya. Ia sampai kepada yang inti. Ia menggapai yang sejati. Yang sejati itu tak kelihatan. Yang kelihatan itu tak kelihatan, ketika nanti berakhir kesementaraan.

https://www.caknun.com/2018/sakti-tanpa-senjata/
=================================

‘Abdan ‘Abdiyya

 •   •  Dibaca normal 1 menit
Manusia Zaman Now ini menunjukkan watak utamanya adalah “Mulkan-malika”. Ingin jadi raja, penguasa, politik maupun ekonomi. Sangat sedikit yang “’Abdan-‘abdiyya”, hamba yang menghamba, pelayan yang melayani. Yang karena ia hamba dan pelayan, maka ia menghamba dan melayani. Yang karena ia menghamba dan melayani, maka ia hamba dan pelayan.

https://www.caknun.com/2018/abdan-abdiyya/ 
==============================

Menyembunyikan dan Menyatakan Kebenaran

 •   •  Dibaca normal 1 menit




=============================================

Kitab di-Pisang-kan

 •   •  Dibaca normal 1 menit
 Para leluhur masa silam menitipkan “Pisang” dan “Kitab”. Para pewaris zaman tidak mampu memahami kemerdekaan untuk mengolah Pisang agar menjadi berkah bersama. Para pelaku peradaban juga kehilangan kejujuran hati dan kesungguhan berpikir sehingga Kitab-kitab akhirnya menjadi sumber pertentangan. Pisang adalah dunia jasad, materialism, konsumsi dan kenyamanan keduniaan. Pisang mengalahkan rohani, nilai, energi dan cahaya keTuhanan. Bahkan Kitab di-Pisang-kan.

https://www.caknun.com/2018/kitab-di-pisang-kan/ 
=============================

Hubungan Kelabaan

 •   •  Dibaca normal 1 menit
Orang-orang mengeksploitasi kehadirannya di bumi hanya untuk menikmatinya, seperti anjing rakus yang mencaplok sepotong roti tanpa peduli tangan yang mengulurkannya. Kita sukar berterima kasih dan hanya pandai berdagang. Sehingga kalau toh berterima kasih juga kepada Yang Mpunya hidup, kita juga minta ganti ruginya. Kita mendambakan sorga. Kita senantiasa menginginkan laba, sehingga sifat hubungan kita dengan Tuhan hubungan kelabaan juga.

https://www.caknun.com/2018/hubungan-kelabaan/ 
==============================

Mati dalam Keadaan Hidup

 •   •  Dibaca normal 1 menit
Hidup ialah mempelajari hidup yang sebenarnya. Jangan kamu mati dalam keadaan sekarat. Matilah dalam keadaan hidup.

https://www.caknun.com/2018/mati-dalam-keadaan-hidup/ 
==================================

Menyangga Kebenaran

 •   •  Dibaca normal 1 menit
Engkau teriakkan–“Yang benar adalah benar, yang salah adalah salah”. Biar saudara atau golonganmu sendiri, kalau salah tetap engkau salahkan. Biar kelompok yang memusuhimu, kalau mereka benar tetap engkau benarkan. Pertanyaannya sederhana: Berapa tahun engkau sanggup menyangga kebenaran pernyataanmu itu di dalam berbagai pengalaman hidup yang sangat menyeretmu ke nilai yang sebaliknya?

https://www.caknun.com/2018/menyangga-kebenaran/ 
===============================

Membatasi Keajaiban-Nya

 •   •  Dibaca normal 1 menit
Allah sanggup berbuat apa saja. Allah Mahamampu membuat segala keajaiban, namun Ia membatasi keajaiban-Nya demi keterbatasan manusia. Allah mengajarkan logika kepada manusia, sebagai garis batas terjauh dari yang ia mampu menggagasnya. Nalar dan akal sehat. Rasionalitas dalam berbagai lapisan kosmos. Dan itulah tanda utama kemanusiaan atau makhluk yang dijadikannya mandataris bagi pengelolaan alam semesta.

https://www.caknun.com/2018/membatasi-keajaiban-nya/
=================================

Prestasi Monyet

 •   •  Dibaca normal 1 menit
 Kita memang merasa perlu mengucapkan terima kasih kepada para monyet, yang mau bertahan dan berkorban sebagai monyet, agar kita memperoleh jatah untuk menjadi manusia. Lepas bahwa sebagai manusia lantas perilaku kita malah bisa lebih monyet dibanding monyet sebagaimana kebiasaan dalam dunia politik atau bisnis. Coba bandingkan misalnya tingkat prestasi kecurangan manusia dengan monyet. Juga tingkat keserakahan dan lain sebagainya. Hanya di bidang musik, olah raga dan mode pakaian saja manusia pasti lebih bagus dibanding monyet.

https://www.caknun.com/2018/prestasi-monyet/ 
===========================

Membohongi Tuhan dengan Kekhusyukan

 •   •  Dibaca normal 1 menit
 Orang berdiri khusuk dan bersedekap. Mulutnya mengucapkan: hanya kepadamu aku menyembah dan hanya kepadamu aku meminta pertolongan. Padahal tidak demikian. Orang itu tidak hanya kepada Tuhan menyembah. Wong jelas tiap hari dia menyembah para priyayi, para priyagung, para tumenggung dan adipati. Minta tolongnya juga lebih banyak tidak kepada Tuhan. Ia lebih banyak tergantung kepada atasannya dibanding kepada Tuhan. Meskipun dia tidak menyatakan, tapi terbukti jelas dalam perilaku dia bahwa yang nomor satu bagi hidupnya bukan Tuhan, melainkan penguasa-penguasa lokal dalam hidupnya. Entah penguasa politik, atau penguasa ekonomi.

https://www.caknun.com/2018/membohongi-tuhan-dengan-kekhusyukan/ 
==========================================

Jangan Protes dan Tetap Cari Makan Sendiri

 •   •  Dibaca normal 1 menit
Ada sistem kenegaraan yang bunyi pidatonya begini: “Saudara-saudara hendaknya jangan banyak cakap, tak usah mengkritik, diam saja, yang penting makan minum kalian kita jamin, perumahan, listrik, air minum dan gas kita sediakan”.
Ada sistem lain yang terbalik prinsipnya: “Silakan mengkritik, silakan memprotes, tapi makan cari sendiri-sendiri”.
Saya tahu Anda adalah rakyat yang hidup di negeri yang mengharmonisasikan dua prinsip itu. Anda tidak usah banyak bicara, tak usah membantah, tak perlu protes-protes karena toh makan dan kesejahteraan hidup Anda harus Anda jamin sendiri.

 https://www.caknun.com/2018/jangan-protes-asal-cari-makan-sendiri/
=========================================

Anjing dan Neraka

 •   •  Dibaca normal 1 menit

Nilai budaya tidak sama dengan nilai firman Allah. Menurut agama, anjing bahkan tidak punya urusan dengan neraka sebagaimana manusia sangat potensial masuk neraka. Artinya, anjing tidak punya potensialitas untuk terjatuh ke derajat rendah sebagaimana manusia memiliki kemungkinan itu. Manusia bisa asfala safilin–itu lebih rendah dari segala binatang.

https://www.caknun.com/2018/anjing-dan-neraka/ 
=============================

Inilah Aku

 •   •  Dibaca normal 1 menit





Antara Muhammad dengan Manusianya

 •   •  Dibaca normal 1 menit
 Di sekolah dan universitas di mana manusia digiring ramai-ramai untuk belajar, tidak ada kuliah pembelajaran yang membedakan antara diri dengan kehadiran. Antara diri-sejati dengan alat-hadir. Antara truk dengan muatannya. Jangankan yang jauh-jauh seperti memilah antara lukisan dengan warna dan guratannya. Antara puisi dengan kata dan susunannya. Apalagi kalau lebih jauh. Menemukan renggangan antara Muhammad dengan manusianya, dengan kenabiannya, dengan kerasulannya, dengan ka-mahbub-an dan ke-habib-annya, serta berbagai koordinat dan silang hakikat lainnya. Sedangkan antara apa bagaimana Nabi dengan siapa kenapa di mana Rasul saja tidak diurus dengan cukup tekun oleh kebanyakan manusia.

https://www.caknun.com/2018/antara-muhammad-dengan-manusianya/ 
=========================================

Saling Mengamankan

 •   •  Dibaca normal 1 menit

Saudara-saudara saya Cina di seluruh dunia, di sini maupun di sana, para pengurus NKRI. Mohon berkenan menerima cinta dan peneguhan paugeran hidup untuk saling mengamankan di antara kita sebagai sesama makhluk ciptaan Tuhan.
Kalau saya anti-Cina, anti-Barat atau anti makhluk apapun, termasuk Setan dan Iblis–berarti saya durhaka kepada Tuhan dan melanggar Agama saya. Bahkan kalau saya anti tlethong Sapi atau uwuh dan larahan, saya melecehkan Maha Sangkan Paran kita semua. Iblis dan tlethong Sapi ada atas rencana dan perkenan Tuhan. Kita berkewajiban menyikapi dan mengelolanya berdasarkan tuntunan Penciptanya.
Saya hadir untuk turut menjamin bahwa di antara kita semua di Yogya, Indonesia dan seluruh Bumi, tidak ada ancaman terhadap nyawa, martabat dan harta benda. Tidak ada penggerogotan, tidak ada tipu daya untuk nafsu kepemilikan, tidak ada arus Adigang Adigung Adiguna yang di-package dengan bungkus jargon-jargon indah, yang di-branding dengan idiom anti-diskriminasi, anti-rasisme dan apapun, yang dimanipulasi untuk mencapai ambisi penguasaan dan kepemilikan tanpa ukuran.
Sumber: Merawat Sejarah Keistimewaan Yogya untuk Kedaulatan NKRI

https://www.caknun.com/2018/saling-mengamankan/
===============================

Tuhan Harus Punya Nama?

 •   •  Dibaca normal 1 menit  
Ummat manusia yang selama peradaban mutakhir di abad 21 ini merasa diri mereka adalah makhluk paling maju, paling pandai, paling sukses, paling hebat dan tertinggi pencapaiannya–memaksa Tuhan harus punya nama. Meyakini bahwa yang disepakati untuk disebut Tuhan itu punya kebutuhan untuk bernama. Tuhan diidentifikasi dan didaftar dengan kewajiban untuk ada namanya. Seolah-olah yang mereka sebut Tuhan itu adalah bagian dari sosialitas manusia. Bagian dari komunitas, bebrayan dan paugeran manusia. Tuhan diletakkan di bangku dan kursi paling depan, dengan kewajiban dan hak sebagaimana para makhluk. Kebanyakan manusia berpendapat bahwa yang mereka sebut Tuhan itu membutuhkan nama dan wajib patuh kepada tatanan budaya manusia dan taat kepada struktur berpikir manusia.
Sumber: Berendah Hati Kepada Cahaya

  https://www.caknun.com/2018/tuhan-harus-punya-nama/
================================= 



  • Muhammad Ainun Nadjib
Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) melakukan dekonstruksi pemahaman nilai, pola komunikasi, metoda perhubungan kultural, pendidikan cara berpikir, serta pengupayaan solusi masalah masyarakat.



  • Emha Ainun Nadjib
Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) menelusuri alam(default)nya manusia dan kehidupan, mengijtihadi (mengkhalifahi)(mengkreatifi)(custom, carangan) budidaya sosial (dari ulat-kepompong-kupu hingga politik dan peradaban) agar memasuki masa depan yang segelombang dengan yang dirancang dan diwujudkan oleh Maha Pengqadla dan Pengqadar.

=================================

Posting & Share by Yaddie Jossmart
 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar