Yang di Hadapan-Ku Ini
(Makhluk Manusia, 11)
![]() |
Yang dihadapan-ku ini |
Juntrungan berpikirnya makhluk manusia
Mengolah alam sampai puncak kecanggihan
Kemudian mereka pandangi dan nikmati
Beribu jenis pencapaian itu
Puncak-puncak teknologi
Kehebatan, kemewahan, kemudahan
Otomatisasi hampir total
Efektivisasi, efisiensi
Alam semesta di genggaman tangannya
Bumi mengecil seujung jari
Yakin ilmunya menembus langit tertinggi
Mereka resmikan pembangunan dan sofistikasi
Kemudian lupa melihat ke dalam diri
Di ruang jiwanya terdapat lubang hampa
Yang ukurannya seribu alam semesta
Di tengah keremangan malam hari
Tuhan bertanya dari balik sepi:
“Siapa engkau yang di hadapan-Ku ini?”
Makhluk manusia terperangah
Tak pernah ia bersekolah untuk memahami
Bahwa yang bertanya itu adalah dirinya sendiri
Idulfithri 1439-H
https://www.caknun.com/2018/yang-di-hadapan-ku-ini/
=======================================
Sesekali Terucap Nama-Mu
(Makhluk Manusia, 12)
![]() |
Sesekali Terucap Nama-Mu |
Aku sedang menyaksikan la’ibun wa lahwun-Mu
Seluruh penghuni bumi sedang berpesta sepak bola
Tanpa seorang pun menonton-Mu di sana
Bola bergulir, menerobos, melambung
Sepenuhnya disorong oleh Qadla-Mu
Ke mana saja bola mengarah, menuju dan kembali
Semata-mata diseret oleh Qadar-Mu
Berapa derajat sudut sepatu di kakinya
Pada titik mana dari bulatan misteri bola
Yang membuat seorang manusia
Bisa memastikan gol ke gawang lawannya
Seorang Ronaldo tak sanggup memastikan
Bola penalty masuk ke lubang gawang
Yang sedemikan luasnya
Tak juga Zico, Messi, Beckham atau Baggio
Wahai Engkau tampil di mana-mana
Di setiap bagian dari lapangan dan layar teve
Anugerahkanlah mata kepada jutaan penonton
Kepada semua yang ada di lapangan
Kepada wasit, komentator dan siapapun saja
Pinjamkan mripat-Mu kepada mereka
Agar sesekali terucap nama-Mu
Dari mulut mereka”
Idulfithri 1439-H
https://www.caknun.com/2018/sesekali-terucap-nama-mu/
======================================
Buang Muka dan Memunggungiku
(Makhluk Manusia, 13)
![]() |
Buang Muka Dan Memunggungiku |
Sementara siang malam tak henti aku memikirkan-Mu
Tentulah bukan memikirkan Maha Dzat dan eksistensi-Mu
Melainkan menggelisahkan nasibku di hadapan-Mu
Aku gugup apakah Engkau tidak marah kepadaku
Sebab manusia makin gila dan aku tak bisa apa-apa
Aku cemas apakah pantas kuperoleh ampunan-Mu
Peradaban makin liar dan buas bukan kepalang
Dan tak satu jawaban pun yang aku bisa tawarkan
Tak sampai ridha-Mu yang kuantu-antu
Tak juga anugerah sorga yang kutunggu-tunggu
Hatiku sangat menderita membayangkan amarah-Mu
Hingga bermuka masam tatkala kita bertemu
Atau bahkan Engkau buang muka dan memunggungiku
Idulfithri 1439-H
https://www.caknun.com/2018/buang-muka-dan-memunggungiku/
==========================================
Sertakan Aku di Kerumunan Itu
(Makhluk Manusia, 14)
•
•
Dibaca normal 1 menit
Tetes![]() |
Sertakan Aku di Kerumunan Itu |
Tanpa pernah kuizinkan ia memasuki hatiku
Semua fatamorgana dan tipuan-tipuan itu
Kuletakkan dengan rasa jijik
Di tangan kiriku
Kutempuh kehidupan puasa sepanjang usia
Jiwaku menyepi di tengah riuh rendah itu
Lantas ketika tiba senjakala semesta
Dunia mendesakku ke penghujung penghancuran
Garda mutakhir teknologi perusakan
Fenomenologi dinamis model-model pembunuhan
Amat tajam, genius dan cerdas
Dalam hal melampiaskan pembangunan
Yang hilirnya selalu adalah kebobrokan
Ya Allah sebagaimana kebiasaan penciptaan-Mu
Andaikan segera Engkau bikin manusia hibrida baru lagi
Dengan Kun-Mu segera fayakun menunggu hari
Tidaklah akan mengagetkan jiwa ini
Bahkan sudah terasa di getaran hati
Ya Allah Engkau sertakankah aku di kerumunan itu
Sebab jika tidak, sirna peluangku
Untuk mencintai-Mu
Idulfithri 1439-H
https://www.caknun.com/2018/sertakan-aku-di-kerumunan-itu/
==========================================
Ke Pusat Kehampaan Semesta
(Makhluk Manusia, 15)
![]() |
TETES, Ke Pusat Kehampaan Semesta |
Kenapa Engkau tekan-tekankan padaku
Hal kesabaran itu
Kau cekokkan ke tenggorokanku
Kebuasan hidup makhluk-makhluk itu
Kau campakkan hingga ketelingsut hidupku
Di tumpukan sampah-sampah dan ludah busuk
Zaman yang memuakkan
Peradaban yang menjijikkan
Karya para ahsani taqwim
Yang meng-asfala-safilin-kan diri mereka sendiri
Kesabaran berapa Nabi
Keikhlasan berapa Rasul
Yang mesti kuhimpun dalam sesak jiwa
Agar aku sanggup tidak memuntahkannya
Agar aku tahan untuk tidak meludahkannya
Serta membuangnya ke black-hole
Di pusat kehampaan semesta
Idulfithri 1439-H
https://www.caknun.com/2018/ke-pusat-kehampaan-semesta/
========================================
Alif Pun Tak Sampai
(Makhluk Manusia, 16)
![]() |
TETES, Alif Pun Tak Sampai |
Kenapa Engkau berendah hati kepada manusia
Sehingga makhluk-Mu ini keliru menempuh jalannya
Sebab tertipu oleh pandangan hidupnya
Serta terjebak oleh ilmu dan pengetahuannya
Wahai Maha Alif wahai Maha Ya`
Wahai Maha Segala huruf
Wahai yang Maha tak terjangkau oleh segala huruf
Wahai Maha Ya` tanpa Alif
Wahai Maha Alif tanpa Ya`
Wahai yang Alif-Mu adalah Ya`
Wahai yang Ya`-Mu adalah Alif
Wahai yang Alif-Mu adalah segalanya
Wahai yang segalanya adalah Alif-Mu
Wahai Maha Tunggal namun semuanya
Wahai semuanya namun Maha Tunggal
Kami semua manusia Makhluk-Mu
Hanyalah huruf patah-patah
Hanyalah patahan-patahan huruf
Negara dan Peradaban kami tak kunjung huruf
Alif pun tak sampai
Tetapi takabur sampai mati
Idulfithri 1439-H
https://www.caknun.com/2018/alif-pun-tak-sampai/
=====================================
Doa Ketabahan
(Makhluk Manusia, 17)
Wahai Maha Pemimpin perluaslah
Samudera kesabaran di dalam jiwaku
Demi amanat-Mu untuk terus menggendong
Bumi yang semakin diliputi oleh kebusukan
Wahai Maha Sutradara Agung perdalamlah
Lubuk kesabaran di ruang terdalam dadaku
Tambahkan dan himpun sulthan-Mu
Karena instruksi cinta tak berbatas
Untuk menelan dan merahasiakan
Muatan amat berat zaman yang semakin memuakkan
Yang kalau Perwira Musytari tak Engkau kirimkan
Dan beliau Syakhlatus Syamsi tak Engkau perbantukan
Tidaklah akan mungkin tertanggungkan
Oleh jiwaku yang kerdil dan penuh kecengengan
Wahai Maha Penggenggam segala rahasia
Sesungguhnya ngeri hatiku melihat ke depan
Setapak lagi tiba di puncak kejahiliyahan
Makhluk manusia menyempurnakan
Kebutaan dan kebodohan
Tanpa kakiku boleh berlari
Atau diri ini kusembunyikan
Idulfithri 1439-H
https://www.caknun.com/2018/doa-ketabahan/
====================================
Marodlussufla
(Makhluk Manusia, 18)
•
•
Dibaca normal 1 menit
TetesSalah satu anakku lama sekali hilang
Diculik oleh suatu gerombolan
Kalau siang entah diapakan
Kalau malam entah dibagaimanakan
Anakku itu mutiara dari Tuhan
Intan berlian cahayanya cemerlang
Kandungan dzatnya tak alang kepalang
Ia mozaik hampir seluruh ide ciptaan
Yang kelahirannya ditetapkan oleh Tuhan
Dengan penuh kegembiraan dan multifirman
Tapi tatkala akhirnya kutemukan
Setelah 73 tahun hilang
Di langit wajahnya tak kulihat bintang
Rembulan kembar di kepala dan dadanya
Tenggelam disembunyikan oleh kegelapan
Atas dirinya ia kehilangan kepercayaan
Mengidap maradlus-sufla
Penyakit kerendahan
Sorot matanya pun penuh keanehan
Buta tapi jalang
Tangannya cacat dan kakinya pincang
Serak suaraku memanggil-manggil namanya
Rupanya ia sudah lama lupa siapa dirinya
Aku cemas dengan hati rasa ditikam
Melihatnya melangkah berjalan menuju jurang
Wahai Tuhan berilah aku perkenan
Untuk meringkusnya, memiting lehernya
Mengikat kaki dan tangannya
Kucungkil matanya untuk kugantikan
Dengan bola mata pinjaman dari-Mu
Yang kusimpan di genggaman tangan kanan
Kuseret paksa anakku tercinta
Ke jalanan yang Engkau bentangkan
Melalu tanazzul dari amr dan irodah-Mu
Yang terang benderang
Namun anakku tak melihatnya
Karena terlalu lama ia kehilangan penglihatan
Idulfithri 1439-H
https://www.caknun.com/2018/marodlussufla/
================================================
Ashabul Khiro`
(Makhluk Manusia, 19)
•
•
Dibaca normal 1 menit
TetesAku berdiri tawajjuh
Aku rukuk tamaniyyat
Duduk iftikar
Sujud takasyuf
Tahiyat namimah
Maunya menghadap Allah
Atau diperkenani oleh Baginda Jibril
Dahsyat kalau dimuwajjahi Kanjeng Nabi
Tapi yang datang Jin
Tidak jahat tidak kejam
Cuma nyamperin beberapa saat
Dengan senyum agak mengejek:
“Katanya beriman, kok galau?
Katanya berislam, kok sedih?
Katanya bertaqwa, kok resah gelisah?
Katanya i’tisham di tali Allah
Kok tiap hari ketakutan?”
O dasar Jin. Tidak intelektual
Tidak analitis strategis
Juga tidak lengkap ilmunya
Tidak matang pengalamannya
Nggak ngerti gimana rasanya
Hidup bersama Ashabul Khiro`
Idulfithri 1439-H
https://www.caknun.com/2018/ashabul-khiro/
=======================================
Berdiri di Pojokan
(Makhluk Manusia, 20)
•
•
Dibaca normal 1 menit
TetesRumah agung alam semesta
Allah pemilik dan maha tuan rumahnya
Aku penjaga pintu luar jauh di depan
Mempersilakan makhluk siapa saja
Tak perduli jin atau setan
Demi memenuhi kewajiban pengabdian
Serta hak perubahan dan pertobatan
Allah suruh aku tinggal di sebuah kamar
Sepetak ruang remang-remang
Yang harus kurahasiakan
Untuk mengawasiku Tuhan taruh utusan
Berdiri di pojokan
Sepanjang zaman
Aku duduk di kursi kewaspadaan
Menghadap meja kehati-hatian
Ranjangku ketidaklenaan
Tapi belum pernah kugeletakkan badan
Sebab jasadku tak pernah beranjak
Dari tugas menjaga pintu depan
Tamu-tamuku sendiri yang datang
Kutemui di tepi jalan
Yang mau berkunjung ke bilikku
Tak kan pernah kuizinkan
Sebab mustahil siapapun bisa tahan
Ditimpa tatapan wajah utusan Tuhan
Yang menjaga dan mengawasi
Dari pojokan ruang
Sepanjang kurun dan zaman
Idulfithri 1439-H
https://www.caknun.com/2018/berdiri-di-pojokan/
==========================================
Rumah Tak Berpintu
(Makhluk Manusia, 21)
Rumahku tak berpintu, tanpa jendela
Tak ada lubang biar sedzarrah
Tiang utama di titik pusat rumahku
Adalah keremangan menjulur ke langit
Dan menembus ke bawah gua rahasia
Tampak seperti sesosok pertapa suci
Puluhan abad lamanya ia berdiri
Telapak kakinya menyatu dengan lantai
Lantainya seakan-akan bumi
Di bawah pijakan kakinya terdapat lorong
Yang memanjang tak terukur jaraknya
Menuju induk alam dan pusat semesta
Kutemboki rumahku dengan baja
Yang tidak kutambang dari bumi
Kulapisi dengan pedang-pedang berduri
Tak bisa dimasuki oleh udara dan bakteri
Tak ada kuman, kotoran, tahinya tahi
Yang muncrat menciprat ke sana kemari
Dari mulut dan anus para pemakan bangkai
Penghuni utama zaman Ekstrem Jahiliyah ini
Idulfithri 1439-H
https://www.caknun.com/2018/rumah-tak-berpintu/
==============================================
Di Luar Dinding
(Makhluk Manusia, 22)
•
•
Dibaca normal 1 menit
TetesAku tinggal di luar dinding rumahku sendiri
Tak pernah sempat ia kumasuki
Siang malam aku berputar mengelilingi
Menjaganya dari wabah penyakit
Serta ribuan jenis bandit dan pencuri
Yang berhamburan dari seluruh penjuru negeri
Adapun tiga diriku yang lain
Berlari ke sana kemari tanpa henti
Menyusuri semua jalanan, gunung dan sungai
Menyisir cakrawala dengan hati sunyi
Mengumpulkan keramaian menyampaikan sepi
Diriku yang satu tak melewati tanah kecuali ditanami
Diriku yang lain membawa obat darah dan hati
Diriku yang lain lagi berperang, berantem, berkelahi
Menghimpun kemenangan sejati
Tanpa ada yang mengetahui
Kecuali diriku yang tinggal di rumah rahasia kami
Yang mengkristalkannya menjadi sesaji
Kepada Diri Sejati
Idulfithri 1439-H
https://www.caknun.com/2018/di-luar-dinding/
===========================================
Semau-mau Ilahi Rabbi
(Makhluk Manusia, 23)
Kubuang ke besok pagi
Semua puisi yang telah kutulis ini
Sebab tamu derita kali ini
Benar-benar tak bisa kupahami
Aku tidur karena tak mengerti
Bagaimana menjawab semua ini
Aku terlempar dan terkatung-katung
Di padang tak bertepi
Terbang tanpa bobot
Ke langit misteri kuasa Ilahi
Aku berduka tak terperi
Aku menderita untuk Nevi
Bagaimana ia tempuh detik demi detik
Menjalani kelumpuhan hati mulai saat ini
Bukan soal Bu Eni Untari
Ia sudah menjelma Bidadari surgawi
Tetapi akan meledak atau lumpuhkah musik kami
Di perjalanan Maiyah ke sana kemari
Hatiku sengsara untuk Indra Sjafri
Sekadar takjil satu gol
Sesudah ribuan jenis puasa kami jalani
Sesudah bangsa kami terpuruk tak henti
Sekadar setetes air harga diri
Di depan wajah bangsa penghina kami
Ya Allah, Engkau jawab dengan teka-teki
Inna shalati wa nusuki ma mahyaya wa mamati
Semau-mau-Mu wahai Ilahi Robbi
Idulfithri 1439-H
https://www.caknun.com/2018/semau-mau-ilahi-rabbi/
===========================================
Tohpati Tohnyawa
(Makhluk Manusia, 24)
•
•
Dibaca normal 1 menit
TetesTiga diri pengembaraku
Sering kusuruh pulang
Supaya tak jadi terasing
Dari diri pertapaku di rumah
Agar tetap hafal dedaunan sejati
Yang bukan seperti di permukaan bumi
Bebuahan dan kembang warna-warni
Yang tak kasat mata
Yang bukan makanan pancaindera
Supaya mereka memandang dengan mripat baka
Cahaya memancar tak henti-hentinya
Sampai waktu pun merunduk padanya
Juga agar jangan sampai tak eling dan tak waspada
Bahwa di bawah akar pohon suci sang pertapa
Terdapat lorong langsung ke pusat semesta
Di mana Diri Sejati bersinggasana
Yang kuabdi dengan tohpati tohnyawa
Tanpa satu sekon pun dari usiaku tersisa
Idulfithri 1439-H
https://www.caknun.com/2018/tohpati-tohnyawa/
=================================================
Bukan dengan Resep atau Kiat, Apalagi Instan
• • Dibaca normal 1 menit Tetes
Keadaan ummat manusia, masyarakat dan Negara sangat tidak
sederhana sebagaimana yang kebanyakan orang membayangkannya. Sehingga
menyangka kalau ada kerusakan-kerusakan, mereka mengharapkan ada kiat
yang sederhana, ada resep yang jelas dan padat.
Jangan berpikir bahwa keadaan ini bisa diatasi seperti kita menyembuhkan masuk angin dengan sebotol kecil cairan obat, atau memasak sayur dengan racikan bahan-bahan yang sederhana, tertentu dan mudah dihitung.
Perubahan zaman dan sejarah, apalagi di Negara yang sudah kehilangan Patok Negoro-nya, dengan rakyat yang sudah tidak memiliki patrap nilai, takaran perubahannya bukan melalui resep atau kiat, apalagi yang instan.
Jangan berpikir bahwa keadaan ini bisa diatasi seperti kita menyembuhkan masuk angin dengan sebotol kecil cairan obat, atau memasak sayur dengan racikan bahan-bahan yang sederhana, tertentu dan mudah dihitung.
Perubahan zaman dan sejarah, apalagi di Negara yang sudah kehilangan Patok Negoro-nya, dengan rakyat yang sudah tidak memiliki patrap nilai, takaran perubahannya bukan melalui resep atau kiat, apalagi yang instan.
https://www.caknun.com/2018/bukan-dengan-resep-atau-kiat-apalagi-instan/
==============================================
Berhenti Pada Mati
(Makhluk Manusia, 25)
Wahai Maha Diri Sejati
Berpuluh-puluh abad sudah berlari
Aku tak kunjung kenal diri
Diri yang selama ini coba kukenali
Selalu belum tentu diri
Bukan Engkau yang azali
Yang ternyata benar-benar kami cari
Kami tempuh peradaban tak tahu diri
Bangunan-bangunan hidup kami hanya dhonny
Sembahyang mata kuda kami sebut rohani
Universitas kami cacat tinggal sepertiga diri
Terlanjur hampir seabad bikin Negara
Melampiaskan nafsu dan menguras bumi
Membangun sistem perampokan
Atas hak milik anak cucu sendiri
Dan puncak prestasi ilmu kami
Adalah menyangka hidup berhenti pada mati
Setiba di kuburan baru mulai
Jiwa gemetar, terlambat merasa ngeri
Aduhai kami makhluk sok jagoan pemberani
Idulfithri 1439-H
https://www.caknun.com/2018/berhenti-pada-mati/
====================================
Kecuali Engkau yang Mendengarkan
(Makhluk Manusia, 26)
•
•
Dibaca normal 1 menit
TetesDalam bebrayan antara sesama kami manusia
Selama kerjasama dengan manusia makhluk istimewa
Meskipun didasari cinta dan dimulai dengan niat mulia
Huruf-huruf yang kami tata sangat susah menjadi kata
Kata yang kami susun gagal membangun makna
Dan makna tak berhasil sampai sebagai dirinya
Ketika makna dimaknai ia terpecah menjadi beribu makna
Tatkala seribu makna itu dipersatukan
Hasilnya tak ada yang sama dengan satupun dari seribu
Sehingga akhirnya seluas-luas ruang kehidupan
Dihabiskan manusia untuk kebencian dan perang
Dengan mesiu, pedang maupun teknologi kemunafikan
65 tahun sudah aku mencobanya tanpa putus asa
Tapi kini sebisa mungkin mulut kubungkam
Kecuali Engkau dan kekasih-Mu yang mendengarkan
Idulfithri 1439-H
https://www.caknun.com/2018/kecuali-engkau-yang-mendengarkan/
============================================
Kutelan dengan Samuderaku
(Makhluk Manusia, 27)
Kuhamparkan samudera
Tak di bumi
Melainkan di kedalaman dada
Matahari mandi sepanjang hari
Rembulan berkaca
Merias diri di malam sunyi
Bumi sakit berkepanjangan
Muntah sampah dan kebusukan
Berabad-abad lamanya
Kutelan dengan samuderaku
Kuendapkan jadi mutiara
Kupersembahkan buat anak cucuku
Idulfithri 1439-H
https://www.caknun.com/2018/kutelan-dengan-samuderaku/
==============================================
Menempuh Daur
• • Dibaca normal 1 menit Teteshttps://www.caknun.com/2018/menempuh-daur/
=====================================
Sorga Sudah Sangat Dekat
(Makhluk Manusia, 28)

Diculik ke tempat tersembunyi
Sebagaimana demikian setiap kali
Ruang waktu yang tak kumengerti
Sang Paduka membisikkan
Bahwa sorga sudah sangat dekat
Tapi akhirat masih lama
Jangan pandang dengan matematika
“Kalau memang perjalananmu
Adalah menempuh rindu dan derita
Siangkan malammu, malamkan siangmu
Agar Kuperkenankan jadi manusia berikutnya”
Idulfithri 1439-H
https://www.caknun.com/2018/sorga-sudah-sangat-dekat/
======================================
Sudah Bukan Milik Mereka Lagi
• • Dibaca normal 1 menit Tetes
Kalau melihat keadaan sehari-hari, di jalan-jalan, kampung-kampung
dan di mana saja, semuanya seakan serba normal, baik-baik saja. Orang
senyum-senyum di sana sini. Banyak wajah sengsara karena berbagai
kesulitan, tapi mereka selalu sanggup menaklukkan penderitaan di dalam
diri mereka.
Padahal harta benda Negeri ini sudah semakin bukan milik mereka lagi. Padahal martabat kebangsaan mereka sudah semakin terkikis. Robot Penjaga Pintu Kedaulatan sangat patuh dan rajin membukakan pintu lebar untuk berbagai jenis Pasukan dari luar, untuk dipersilakan melakukan penguasaan, penjajahan, penipuan, dan perampokan semau-mau mereka.
Padahal harta benda Negeri ini sudah semakin bukan milik mereka lagi. Padahal martabat kebangsaan mereka sudah semakin terkikis. Robot Penjaga Pintu Kedaulatan sangat patuh dan rajin membukakan pintu lebar untuk berbagai jenis Pasukan dari luar, untuk dipersilakan melakukan penguasaan, penjajahan, penipuan, dan perampokan semau-mau mereka.
https://www.caknun.com/2018/sudah-bukan-milik-mereka-lagi/
=================================================
Satu Tak Terhingga
(Makhluk Manusia, 29)
•
•
Dibaca normal 1 menit
TetesWahai Engkau yang takkan pernah kutahu
Yang Maha Tak Bernama, yang tak siapapun
Punya arah untuk memanggil-Nya
Namun Engkau mengaku Allah kepadaku
Demi mempermudah pengejawantahan cinta dan rindu
Kalau dari sembilan puluh sembilan titipan-Mu
Hanya mampu kusampaikan seperseribu kali satu
Mohon janganlah Engkau murka karena itu
Sebab sesekali telah Engkau kuakkan rahasia dari balik tabir itu
Bahwa setiap angka berjumlah tak terhingga
Bahwa setiap jumlah niscaya Satu belaka
Sementara untuk menjadi satu pun aku tiada
Sebab aku, ia, kami, mereka, serta segala gegap gempita
Hanyalah animasi-Mu belaka
Idulfithri 1439-H
https://www.caknun.com/2018/satu-tak-terhingga/
==========================================
Dari Balik Dinding Kamar
(Makhluk Manusia, 30)
•
•
Dibaca normal 1 menit
TetesDi masa kecilku dulu Tuhan datang
Minta ditemani dan diantarkan
Bertamu ke rumah para tetangga
Satu persatu kami ketuk pintu mereka
Kini tatkala kujalani senja
Tak terhitung lagi berapa jumlahnya
Rata-rata mereka semua di seantero dunia
Menolak kedatangan kami berdua
Dari balik dinding kamar-kamar mereka
Tanpa kulihat wajah mereka bersuara
“Kami tidak punya waktu untuk sia-sia
Jangan bawa kepada kami fatamorgana
Mampuslah sendiri kalian semua
Dengan tuhan kalian yang maha esa
Bukankah tuhan itu sendiri menyatakannya
Bahwa ia menciptakan makhluk manusia
Tanpa diberi peralatan yang seksama
Untuk mampu mengenalnya
Manusia hanya merasakan gejalanya
Hanya merasakan kehadirannya
Tapi mustahil mengenal dirinya
Tan kinoyo opo, tan kinoyo sopo
Laisa kamitslihi syaiun
Wa lam yakun lahu kufuan ahad“
Maka sejak Habil di hari-hari pertama
Hingga segala peradaban merajalela
Manusia berebut menciptakan tuhannya
Setiap orang bersama kelompoknya
Meniscayakan dan mempertahankannya
Manusia bermusuhan satu dengan lainnya
Kebencian dan pertentangan tiada habisnya
Tuhan tersenyum dan menyorong mereka
Diserap dan ditelan oleh lubang hitamnya
Sambil menyembunyikan cahaya
Di balik punggungnya
Idulfithri 1439-H
https://www.caknun.com/2018/dari-balik-dinding-kamar/
========================================
Aku Gila
(Makhluk Manusia, 31)
•
•
Dibaca normal 1 menit
Tetes Aku gila pujian
Aku gila harta benda
Aku maniak kekayaan
Aku selalu lapar pengakuan
Dan aku sungguh mati rasa
Kalau tak memperoleh penghormatan
Aku tidur sepersepuluh waktu
Kulakoni sangat banyak jenis puasa
Sejak kanak-kanakku
Kupeluk tiga ribu manusia tiap malam
Aku menanam cinta di seantero negeri
Tanganku berlumpur sawah
Kubiarkan hidungku menghisap
Kotoran dan sampah dunia
Racun-racun kutenggak
Beribu orang menancapkan pedang
Ke dadaku, dan kubenamkan sendiri
Hidupku berkubang najis dunia
Karena tak sehari tak semalam pun
Pernah kutinggalkan penghuninya
Tetapi hatiku hampa dari kehidupan
Yang kucari adalah pujian, harta benda
Kekayaan dan penghormatan
Dari-Mu, wahai Kekasihku
Hanya dari-Mu
Kalau ada yang lain yang memujiku
Mencium tangan dan memeluk jasadku
Tentulah itu karena mereka menyangka
Ini adalah aku
Idulfithri 1439-H
https://www.caknun.com/2018/aku-gila/
=====================================
Tak Kunjung Mengenalku
(Makhluk Manusia, 32)
•
•
Dibaca normal 1 menit
TetesAku berlindung kepada-Mu
Wahai Maha Pengayom manusia
Aku melayang-layang di kehampaan
Animasi performa zaman
Yang bahannya adalah kebodohan
Aku terlempar ke beribu penjuru cakrawala
Dibuang dan dibenturkan ke tembok-tembok
Yang ternyata adalah kekosongan
Ummat manusia berpegangan pada tali
Padahal sebenarnya bukan tali
Orang berduyun-duyun menuju arah
Sementara barat timur utara selatan
Bukanlah arah yang bisa jadi tujuan
Aku bergandengan tangan, berangkulan
Berhimpun dengan kaum-Mu yang baru
Tetapi mereka tak kunjung mengenalku
Mereka sangka aku padahal bukan
Mereka pikir bukan padahal aku
Betapa juga mungkin memakrifati-Mu
Aku berlindung kepada-Mu
Wahai Maharaja dan Dzat perlindungan sejati
Dari silau dunia dan bias penghuninya
Yang gagal memilah-milah
Antara dzat dan benda
Antara nafsu dan cinta
Antara Tuhan, Malaikat, Dewa, Nabi
Dengan diri mereka sendiri
Antara firman-Mu yang suci
Dengan cipratan ludah mereka sendiri
Idulfithri 1439-H
https://www.caknun.com/2018/tak-kunjung-mengenalku/
==========================================
Rahasia Keputusan-Nya
• • Dibaca normal 1 menit Tetes
Tidak ada apapun yang bisa terjadi dalam kehidupan manusia kecuali
atas tiga keputusan-Nya: memerintahkannya, mengizinkannya atau
membiarkannya, atau bahkan mendorong ketersesatannya. Masalah manusia
terletak pada pencarian yang terus-menerus untuk memahami kapan Allah
memerintahkan sesuatu atasnya, kapan mengizinkan insiatif manusia, serta
kapan membiarkan perilaku manusia meskipun sedhalim dan sekejam apapun.
Apa saja alasan dan asal-usul Allah sehingga mentakdirkan atau memerintahkan. Apa saja kondisi perilaku manusia sehingga diizinkan untuk melakukan sesuatu. Serta apa saja faktor-faktor yang terdapat pada kebudayaan, politik atau peradaban manusia, yang membuat Allah membiarkan kekejaman manusia atas sesamanya. Tentu bukan membiarkan dalam arti meridhai kekejaman itu: itu soal irama, waktu, strategi, penundaan atau entah apa rahasia-Nya.
https://www.caknun.com/2018/rahasia-keputusan-nya/
=============================================
Apa saja alasan dan asal-usul Allah sehingga mentakdirkan atau memerintahkan. Apa saja kondisi perilaku manusia sehingga diizinkan untuk melakukan sesuatu. Serta apa saja faktor-faktor yang terdapat pada kebudayaan, politik atau peradaban manusia, yang membuat Allah membiarkan kekejaman manusia atas sesamanya. Tentu bukan membiarkan dalam arti meridhai kekejaman itu: itu soal irama, waktu, strategi, penundaan atau entah apa rahasia-Nya.
https://www.caknun.com/2018/rahasia-keputusan-nya/
=============================================
Bersyukur dan Takut
• • Dibaca normal 1 menit Tetes![]() |
Bersyukur dan takut |
Ia hanya sesekali berpapasan dengan bayang-bayangku
Terkadang ia menyapaku, tapi salah panggil apa dan siapa diriku
Ada saat aku ingin memperkenalkan diriku, tapi selalu ragu
Akhirnya kubatalkan, karena aku tidak menemukan bahwa ia sungguh-sungguh mau berkenalan denganku
Aku bersyukur Indonesia tidak mengenalku
Sebab aku sungguh takut kepadanya
Aku ngeri berurusan dengannya
Aku cemas kalau berada di dekatnya
Aku terlalu gerah oleh udaranya
Aku tak sanggup menghirup baunya
Aku gemetar mendengar suara hatinya
Aku tak berani ditikam oleh pedang kebutaannya
Aku mengambil jarak sangat jauh dari perangai mentalnya
Aku bersembunyi dari kegaiban akal dan logikanya
Aku resah mohon Tuhan jangan suruh aku mengurusinya
#SGKN201901
https://www.caknun.com/2018/bersyukur-dan-takut/
===================================================
Nabi Paling Akhir
• • Dibaca normal 1 menit Tetes![]() |
Nabi Paling Akhir |
Maafkanlah sebebal ini hati dan pikiranku
Sungguh tak kutahu yang mengalir adalah firman
Cahaya Kau pancarkan di kegelapan malam
Ya Allah ternyata sesudah Nabi terakhir
Yang Kau lahirkan di Tanah padang pasir
Telah pula Engkau turunkan Nabi paling akhir
Di Nusantara, negeri sungai-sungai mengalir
Orang-orang menjunjungnya
Melebihi Muhammad ataupun Baginda Jibril
Orang-orang membelanya bertaruh nyawa dan harga diri
Melebihi dan mengungguli maqam-Mu sendiri
Ya Allah tetapi mustahil aku bergeser dari titik kakiku berpijak
Sepuluh kali hidup dan mati takkan membuatku berpindah kiblat
Telah kutempuh pengembaraan berabad-abad
Diterbangkan oleh syahadatain kepada-Mu dan Muhammad
#SGKN201901, 02
https://www.caknun.com/2018/nabi-paling-akhir/
=====================================
Satria Pamungkas
• • Dibaca normal 1 menit Tetes![]() |
Satria Pamungkas |
Takkan sampai orang mempersembahkan sepenuh diri
Sampai pun para Ulama berwirid Ya Matinu Ya Qowiy
Inna shalati wa nusuki wa mahyaya wa mamati
Siapa selain utusan-Mu wahai penyuluh dan penyesat hati
Yang dicintai dengan sedia menyerahkan seluruh diri
Yang dipuja-puji sebagai Satria Pamungkas zaman ini
Satu pribadi kumpulan karakter semua Nabi-nabi
Kalau bukan duta-Mu sendiri wahai Rabbinnas wal’alam
Keburukannya takkan kau ganti menjadi kebaikan
Dari Hari ke Hari yubaddilullahu sayyi`atihim hasanat
Khianat dan kedhaliman Kau ubah menjadi nikmat
Bagaikan kekasih-Mu Muhammad itu sendiri
Hadir kembali blusukan ke kampung-kampung kami
Para Jamaah menyorongnya ke depan agar ngimami
Aku sembunyi sebab atas kotor hidupku ini aku tahu diri
#SGKN201901, 03
https://www.caknun.com/2018/satria-pamungkas/
=========================================
LANJUTKAN
BERSAMBUNG KE "TETES" BULAN AGUSTUS 2018
- Muhammad Ainun Nadjib
- Emha Ainun Nadjib
===============================================
Posting & Share by Yaddie Jossmart
Tidak ada komentar:
Posting Komentar