Sabtu, 21 Juli 2018

Tetes Bulan Juli 2018







Yang di Hadapan-Ku Ini

(Makhluk Manusia, 11)

 •   •  Dibaca normal 1 menit

tetes-emha-ainun-nadjib-caknun-mbahnun-yang-dihadapanku-ini-sinaubarengjoss
Yang dihadapan-ku ini
Bagaimana ini sebenarnya
Juntrungan berpikirnya makhluk manusia
Mengolah alam sampai puncak kecanggihan
Kemudian mereka pandangi dan nikmati
Beribu jenis pencapaian itu
Puncak-puncak teknologi
Kehebatan, kemewahan, kemudahan
Otomatisasi hampir total
Efektivisasi, efisiensi
Alam semesta di genggaman tangannya
Bumi mengecil seujung jari
Yakin ilmunya menembus langit tertinggi
Mereka resmikan pembangunan dan sofistikasi
Kemudian lupa melihat ke dalam diri
Di ruang jiwanya terdapat lubang hampa
Yang ukurannya seribu alam semesta
Di tengah keremangan malam hari
Tuhan bertanya dari balik sepi:
“Siapa engkau yang di hadapan-Ku ini?”
Makhluk manusia terperangah
Tak pernah ia bersekolah untuk memahami
Bahwa yang bertanya itu adalah dirinya sendiri

Idulfithri 1439-H

https://www.caknun.com/2018/yang-di-hadapan-ku-ini/ 
=======================================

Sesekali Terucap Nama-Mu

(Makhluk Manusia, 12)

 •   •  Dibaca normal 1 menit

tetes-emha-ainun-nadjib-caknun-mbahnun-sesekali-terucap-namamu-sinaubarengjoss
Sesekali Terucap Nama-Mu






Buang Muka dan Memunggungiku

(Makhluk Manusia, 13)

 •   •  Dibaca normal 1 menit

tetes-emha-ainun-nadjib-caknun-mbahnun-buang-muka-dan-memunggungiku-sinaubarengjoss
Buang Muka Dan Memunggungiku






Sertakan Aku di Kerumunan Itu

(Makhluk Manusia, 14)
 •   •  Dibaca normal 1 menit

tetes-emha-ainun-nadjib-caknun-mbahnun-sertakan-aku-di-kerumunan-itu-sinaubarengjoss
Sertakan Aku di Kerumunan Itu






Ke Pusat Kehampaan Semesta

(Makhluk Manusia, 15)

 •   •  Dibaca normal 1 menit

tetes-kepusat-kehampaan-semesta-makhluk-manusia15-caknun-mbahnun-juli2018-idulfitri-1439h-sinaubarengjoss
TETES, Ke Pusat Kehampaan Semesta







Alif Pun Tak Sampai

(Makhluk Manusia, 16)

 •   •  Dibaca normal 1 menit

tetes-alifpun-tak-sampai-idulfitri1539h-emha-ainun-nadjib-caknun-mbahnun-makhlukmanusia16-sinaubarengjoss
TETES, Alif Pun Tak Sampai







Doa Ketabahan

(Makhluk Manusia, 17)

 •   •  Dibaca normal 1 menit







Marodlussufla

(Makhluk Manusia, 18)
 •   •  Dibaca normal 1 menit







Ashabul Khiro`

(Makhluk Manusia, 19)
 •   •  Dibaca normal 1 menit







Berdiri di Pojokan

(Makhluk Manusia, 20)
 •   •  Dibaca normal 1 menit







Rumah Tak Berpintu

(Makhluk Manusia, 21)

 •   •  Dibaca normal 1 menit


Rumahku tak berpintu, tanpa jendela
Tak ada lubang biar sedzarrah
Tiang utama di titik pusat rumahku
Adalah keremangan menjulur ke langit
Dan menembus ke bawah gua rahasia
Tampak seperti sesosok pertapa suci
Puluhan abad lamanya ia berdiri
Telapak kakinya menyatu dengan lantai
Lantainya seakan-akan bumi
Di bawah pijakan kakinya terdapat lorong
Yang memanjang tak terukur jaraknya
Menuju induk alam dan pusat semesta
Kutemboki rumahku dengan baja
Yang tidak kutambang dari bumi
Kulapisi dengan pedang-pedang berduri
Tak bisa dimasuki oleh udara dan bakteri
Tak ada kuman, kotoran, tahinya tahi
Yang muncrat menciprat ke sana kemari
Dari mulut dan anus para pemakan bangkai
Penghuni utama zaman Ekstrem Jahiliyah ini

Idulfithri 1439-H

https://www.caknun.com/2018/rumah-tak-berpintu/
============================================== 

Di Luar Dinding

(Makhluk Manusia, 22)
 •   •  Dibaca normal 1 menit








Semau-mau Ilahi Rabbi

(Makhluk Manusia, 23)

 •   •  Dibaca normal 1 menit

Kubuang ke besok pagi
Semua puisi yang telah kutulis ini
Sebab tamu derita kali ini
Benar-benar tak bisa kupahami
Aku tidur karena tak mengerti
Bagaimana menjawab semua ini
Aku terlempar dan terkatung-katung
Di padang tak bertepi
Terbang tanpa bobot
Ke langit misteri kuasa Ilahi
Aku berduka tak terperi
Aku menderita untuk Nevi
Bagaimana ia tempuh detik demi detik
Menjalani kelumpuhan hati mulai saat ini
Bukan soal Bu Eni Untari
Ia sudah menjelma Bidadari surgawi
Tetapi akan meledak atau lumpuhkah musik kami
Di perjalanan Maiyah ke sana kemari
Hatiku sengsara untuk Indra Sjafri
Sekadar takjil satu gol
Sesudah ribuan jenis puasa kami jalani
Sesudah bangsa kami terpuruk tak henti
Sekadar setetes air harga diri
Di depan wajah bangsa penghina kami
Ya Allah, Engkau jawab dengan teka-teki
Inna shalati wa nusuki ma mahyaya wa mamati
Semau-mau-Mu wahai Ilahi Robbi

Idulfithri 1439-H

https://www.caknun.com/2018/semau-mau-ilahi-rabbi/
===========================================

Tohpati Tohnyawa

(Makhluk Manusia, 24)
 •   •  Dibaca normal 1 menit

Tiga diri pengembaraku
Sering kusuruh pulang
Supaya tak jadi terasing
Dari diri pertapaku di rumah
Agar tetap hafal dedaunan sejati
Yang bukan seperti di permukaan bumi
Bebuahan dan kembang warna-warni
Yang tak kasat mata
Yang bukan makanan pancaindera
Supaya mereka memandang dengan mripat baka
Cahaya memancar tak henti-hentinya
Sampai waktu pun merunduk padanya
Juga agar jangan sampai tak eling dan tak waspada
Bahwa di bawah akar pohon suci sang pertapa
Terdapat lorong langsung ke pusat semesta
Di mana Diri Sejati bersinggasana
Yang kuabdi dengan tohpati tohnyawa
Tanpa satu sekon pun dari usiaku tersisa

Idulfithri 1439-H

https://www.caknun.com/2018/tohpati-tohnyawa/
=================================================

Bukan dengan Resep atau Kiat, Apalagi Instan

 •   •  Dibaca normal 1 menit

Keadaan ummat manusia, masyarakat dan Negara sangat tidak sederhana sebagaimana yang kebanyakan orang membayangkannya. Sehingga menyangka kalau ada kerusakan-kerusakan, mereka mengharapkan ada kiat yang sederhana, ada resep yang jelas dan padat.
Jangan berpikir bahwa keadaan ini bisa diatasi seperti kita menyembuhkan masuk angin dengan sebotol kecil cairan obat, atau memasak sayur dengan racikan bahan-bahan yang sederhana, tertentu dan mudah dihitung.
Perubahan zaman dan sejarah, apalagi di Negara yang sudah kehilangan Patok Negoro-nya, dengan rakyat yang sudah tidak memiliki patrap nilai, takaran perubahannya bukan melalui resep atau kiat, apalagi yang instan.

https://www.caknun.com/2018/bukan-dengan-resep-atau-kiat-apalagi-instan/ 

==============================================

Berhenti Pada Mati

(Makhluk Manusia, 25)

 •   •  Dibaca normal 1 menit







Kecuali Engkau yang Mendengarkan

(Makhluk Manusia, 26)
 •   •  Dibaca normal 1 menit







Kutelan dengan Samuderaku

(Makhluk Manusia, 27)

 •   •  Dibaca normal 1 menit













Menempuh Daur

 •   •  Dibaca normal 1 menit





Sorga Sudah Sangat Dekat

(Makhluk Manusia, 28)

 •   •  Dibaca normal 1 menit

Tengah malam aku ditimbali
Diculik ke tempat tersembunyi
Sebagaimana demikian setiap kali
Ruang waktu yang tak kumengerti

Sang Paduka membisikkan
Bahwa sorga sudah sangat dekat
Tapi akhirat masih lama
Jangan pandang dengan matematika

“Kalau memang perjalananmu
Adalah menempuh rindu dan derita
Siangkan malammu, malamkan siangmu
Agar Kuperkenankan jadi manusia berikutnya”

Idulfithri 1439-H

https://www.caknun.com/2018/sorga-sudah-sangat-dekat/
====================================== 

Sudah Bukan Milik Mereka Lagi

 •   •  Dibaca normal 1 menit

Kalau melihat keadaan sehari-hari, di jalan-jalan, kampung-kampung dan di mana saja, semuanya seakan serba normal, baik-baik saja. Orang senyum-senyum di sana sini. Banyak wajah sengsara karena berbagai kesulitan, tapi mereka selalu sanggup menaklukkan penderitaan di dalam diri mereka.
Padahal harta benda Negeri ini sudah semakin bukan milik mereka lagi. Padahal martabat kebangsaan mereka sudah semakin terkikis. Robot Penjaga Pintu Kedaulatan sangat patuh dan rajin membukakan pintu lebar untuk berbagai jenis Pasukan dari luar, untuk dipersilakan melakukan penguasaan, penjajahan, penipuan, dan perampokan semau-mau mereka.




Satu Tak Terhingga

(Makhluk Manusia, 29)
 •   •  Dibaca normal 1 menit


Wahai Engkau yang takkan pernah kutahu
Yang Maha Tak Bernama, yang tak siapapun
Punya arah untuk memanggil-Nya
Namun Engkau mengaku Allah kepadaku
Demi mempermudah pengejawantahan cinta dan rindu
Kalau dari sembilan puluh sembilan titipan-Mu
Hanya mampu kusampaikan seperseribu kali satu
Mohon janganlah Engkau murka karena itu
Sebab sesekali telah Engkau kuakkan rahasia dari balik tabir itu
Bahwa setiap angka berjumlah tak terhingga
Bahwa setiap jumlah niscaya Satu belaka
Sementara untuk menjadi satu pun aku tiada
Sebab aku, ia, kami, mereka, serta segala gegap gempita
Hanyalah animasi-Mu belaka

Idulfithri 1439-H

https://www.caknun.com/2018/satu-tak-terhingga/
==========================================

Dari Balik Dinding Kamar

(Makhluk Manusia, 30)
 •   •  Dibaca normal 1 menit

Di masa kecilku dulu Tuhan datang
Minta ditemani dan diantarkan
Bertamu ke rumah para tetangga
Satu persatu kami ketuk pintu mereka
Kini tatkala kujalani senja
Tak terhitung lagi berapa jumlahnya
Rata-rata mereka semua di seantero dunia
Menolak kedatangan kami berdua
Dari balik dinding kamar-kamar mereka
Tanpa kulihat wajah mereka bersuara

“Kami tidak punya waktu untuk sia-sia
Jangan bawa kepada kami fatamorgana
Mampuslah sendiri kalian semua
Dengan tuhan kalian yang maha esa
Bukankah tuhan itu sendiri menyatakannya
Bahwa ia menciptakan makhluk manusia
Tanpa diberi peralatan yang seksama
Untuk mampu mengenalnya
Manusia hanya merasakan gejalanya
Hanya merasakan kehadirannya
Tapi mustahil mengenal dirinya
Tan kinoyo opo, tan kinoyo sopo
Laisa kamitslihi syaiun
Wa lam yakun lahu kufuan ahad

Maka sejak Habil di hari-hari pertama
Hingga segala peradaban merajalela
Manusia berebut menciptakan tuhannya
Setiap orang bersama kelompoknya
Meniscayakan dan mempertahankannya
Manusia bermusuhan satu dengan lainnya
Kebencian dan pertentangan tiada habisnya
Tuhan tersenyum dan menyorong mereka
Diserap dan ditelan oleh lubang hitamnya
Sambil menyembunyikan cahaya
Di balik punggungnya

Idulfithri 1439-H

https://www.caknun.com/2018/dari-balik-dinding-kamar/
======================================== 

Aku Gila

(Makhluk Manusia, 31)
 •   •  Dibaca normal 1 menit  
 
Aku gila pujian
Aku gila harta benda
Aku maniak kekayaan
Aku selalu lapar pengakuan
Dan aku sungguh mati rasa
Kalau tak memperoleh penghormatan
Aku tidur sepersepuluh waktu
Kulakoni sangat banyak jenis puasa
Sejak kanak-kanakku
Kupeluk tiga ribu manusia tiap malam
Aku menanam cinta di seantero negeri
Tanganku berlumpur sawah
Kubiarkan hidungku menghisap
Kotoran dan sampah dunia
Racun-racun kutenggak
Beribu orang menancapkan pedang
Ke dadaku, dan kubenamkan sendiri
Hidupku berkubang najis dunia
Karena tak sehari tak semalam pun
Pernah kutinggalkan penghuninya
Tetapi hatiku hampa dari kehidupan
Yang kucari adalah pujian, harta benda
Kekayaan dan penghormatan
Dari-Mu, wahai Kekasihku
Hanya dari-Mu
Kalau ada yang lain yang memujiku
Mencium tangan dan memeluk jasadku
Tentulah itu karena mereka menyangka
Ini adalah aku

Idulfithri 1439-H

https://www.caknun.com/2018/aku-gila/
===================================== 

Tak Kunjung Mengenalku

(Makhluk Manusia, 32)
 •   •  Dibaca normal 1 menit

Aku berlindung kepada-Mu
Wahai Maha Pengayom manusia
Aku melayang-layang di kehampaan
Animasi performa zaman
Yang bahannya adalah kebodohan
Aku terlempar ke beribu penjuru cakrawala
Dibuang dan dibenturkan ke tembok-tembok
Yang ternyata adalah kekosongan
Ummat manusia berpegangan pada tali
Padahal sebenarnya bukan tali
Orang berduyun-duyun menuju arah
Sementara barat timur utara selatan
Bukanlah arah yang bisa jadi tujuan
Aku bergandengan tangan, berangkulan
Berhimpun dengan kaum-Mu yang baru
Tetapi mereka tak kunjung mengenalku
Mereka sangka aku padahal bukan
Mereka pikir bukan padahal aku
Betapa juga mungkin memakrifati-Mu
Aku berlindung kepada-Mu
Wahai Maharaja dan Dzat perlindungan sejati
Dari silau dunia dan bias penghuninya
Yang gagal memilah-milah
Antara dzat dan benda
Antara nafsu dan cinta
Antara Tuhan, Malaikat, Dewa, Nabi
Dengan diri mereka sendiri
Antara firman-Mu yang suci
Dengan cipratan ludah mereka sendiri

Idulfithri 1439-H

https://www.caknun.com/2018/tak-kunjung-mengenalku/
==========================================

Rahasia Keputusan-Nya

 •   •  Dibaca normal 1 menit

Tidak ada apapun yang bisa terjadi dalam kehidupan manusia kecuali atas tiga keputusan-Nya: memerintahkannya, mengizinkannya atau membiarkannya, atau bahkan mendorong ketersesatannya. Masalah manusia terletak pada pencarian yang terus-menerus untuk memahami kapan Allah memerintahkan sesuatu atasnya, kapan mengizinkan insiatif manusia, serta kapan membiarkan perilaku manusia meskipun sedhalim dan sekejam apapun.
Apa saja alasan dan asal-usul Allah sehingga mentakdirkan atau memerintahkan. Apa saja kondisi perilaku manusia sehingga diizinkan untuk melakukan sesuatu. Serta apa saja faktor-faktor yang terdapat pada kebudayaan, politik atau peradaban manusia, yang membuat Allah membiarkan kekejaman manusia atas sesamanya. Tentu bukan membiarkan dalam arti meridhai kekejaman itu: itu soal irama, waktu, strategi, penundaan atau entah apa rahasia-Nya.

https://www.caknun.com/2018/rahasia-keputusan-nya/

=============================================

Bersyukur dan Takut

 •   •  Dibaca normal 1 menit
emha-ainun-nadjib-bresyukur -dan-takut-tetes-29-juli2018
Bersyukur dan takut
Aku bersyukur Indonesia tidak mengenalku
Ia hanya sesekali berpapasan dengan bayang-bayangku
Terkadang ia menyapaku, tapi salah panggil apa dan siapa diriku
Ada saat aku ingin memperkenalkan diriku, tapi selalu ragu
Akhirnya kubatalkan, karena aku tidak menemukan bahwa ia sungguh-sungguh mau berkenalan denganku
Aku bersyukur Indonesia tidak mengenalku
Sebab aku sungguh takut kepadanya
Aku ngeri berurusan dengannya
Aku cemas kalau berada di dekatnya
Aku terlalu gerah oleh udaranya
Aku tak sanggup menghirup baunya
Aku gemetar mendengar suara hatinya
Aku tak berani ditikam oleh pedang kebutaannya
Aku mengambil jarak sangat jauh dari perangai mentalnya
Aku bersembunyi dari kegaiban akal dan logikanya
Aku resah mohon Tuhan jangan suruh aku mengurusinya

#SGKN201901

 https://www.caknun.com/2018/bersyukur-dan-takut/
===================================================  

Nabi Paling Akhir

 •   •  Dibaca normal 1 menit

nabi-paling-akhir-emha-ainun-nadjib-tetes-30-juli-2018
Nabi Paling Akhir
Ampunilah sebuta ini mataku atas rahasia-Mu
Maafkanlah sebebal ini hati dan pikiranku
Sungguh tak kutahu yang mengalir adalah firman
Cahaya Kau pancarkan di kegelapan malam

Ya Allah ternyata sesudah Nabi terakhir
Yang Kau lahirkan di Tanah padang pasir
Telah pula Engkau turunkan Nabi paling akhir
Di Nusantara, negeri sungai-sungai mengalir

Orang-orang menjunjungnya
Melebihi Muhammad ataupun Baginda Jibril
Orang-orang membelanya bertaruh nyawa dan harga diri
Melebihi dan mengungguli maqam-Mu sendiri

Ya Allah tetapi mustahil aku bergeser dari titik kakiku berpijak
Sepuluh kali hidup dan mati takkan membuatku berpindah kiblat
Telah kutempuh pengembaraan berabad-abad
Diterbangkan oleh syahadatain kepada-Mu dan Muhammad

#SGKN201901, 02

https://www.caknun.com/2018/nabi-paling-akhir/
===================================== 

Satria Pamungkas

 •   •  Dibaca normal 1 menit

emha-ainun-najib-caknun-mbahnun-satria-pamungkas-tetet-31-juli-2018-sinaubarengjoss
Satria Pamungkas
Kalau ia bukan Nabi-Mu wahai asal usul segala tajalli
Takkan sampai orang mempersembahkan sepenuh diri
Sampai pun para Ulama berwirid Ya Matinu Ya Qowiy
Inna shalati wa nusuki wa mahyaya wa mamati

Siapa selain utusan-Mu wahai penyuluh dan penyesat hati
Yang dicintai dengan sedia menyerahkan seluruh diri
Yang dipuja-puji sebagai Satria Pamungkas zaman ini
Satu pribadi kumpulan karakter semua Nabi-nabi

Kalau bukan duta-Mu sendiri wahai Rabbinnas wal’alam
Keburukannya takkan kau ganti menjadi kebaikan
Dari Hari ke Hari yubaddilullahu sayyi`atihim hasanat
Khianat dan kedhaliman Kau ubah menjadi nikmat

Bagaikan kekasih-Mu Muhammad itu sendiri
Hadir kembali blusukan ke kampung-kampung kami
Para Jamaah menyorongnya ke depan agar ngimami
Aku sembunyi sebab atas kotor hidupku ini aku tahu diri

#SGKN201901, 03

https://www.caknun.com/2018/satria-pamungkas/ 
=========================================


 LANJUTKAN
BERSAMBUNG KE "TETES" BULAN AGUSTUS 2018


emha-ainun-najib-caknun-mbahnun

  • Muhammad Ainun Nadjib
Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) melakukan dekonstruksi pemahaman nilai, pola komunikasi, metoda perhubungan kultural, pendidikan cara berpikir, serta pengupayaan solusi masalah masyarakat.



  • Emha Ainun Nadjib
Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) menelusuri alam(default)nya manusia dan kehidupan, mengijtihadi (mengkhalifahi)(mengkreatifi)(custom, carangan) budidaya sosial (dari ulat-kepompong-kupu hingga politik dan peradaban) agar memasuki masa depan yang segelombang dengan yang dirancang dan diwujudkan oleh Maha Pengqadla dan Pengqadar.


 ===============================================

Posting & Share by Yaddie Jossmart
 
 

 
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar