Jumat, 09 November 2018

Tetes Bulan Oktober 2018

Kenyang dan Lapar

 •   •  Dibaca normal 1 menit


Semua makhluk hidup butuh makan, menjalani garisnya, menjawab laparnya.
Tentu yang memakai bidang (akal)-nya akan lebih mudah mencari jawabannya.

Setelah kenyang garisnya, banyak yang kemudian terus mencoba mencari “kenyang” bidangnya.
Tentu pula yang memakai ruangnya seharusnya akan lebih mudah mencari “kenyang” bidangnya.

Setiap kenyang adalah perjalanan menuju lapar berikutnya.
Lalu, apakah kita diperbudak “lapar”?
Ataukah ruang sudah menyadari bahwa “lapar” hanyalah sarana perjalanan?

https://www.caknun.com/2018/kenyang-dan-lapar/ 

=======================================

Membangun Rumah Pemahaman

 •   •  Dibaca normal 1 menit

Perlu mengumpulkan kayu untuk mendirikan rumah.
Seperti perlunya mengumpulkan pengetahuan untuk membangun rumah pemahaman.

Setumpuk kayu perlu bersambungan, berintegrasi, berkonfigurasi untuk “naik fungsi”.
Kadang kayu perlu dipilih, dipaku, diperkuat dsb, untuk bisa saling mendukung demi terbangunnya rumah.

Bahkan kadang ada yang digergaji atau dibuang karena memang tidak sinkron dengan konsistensi keseluruhan.

Sebanyak apapun pengetahuan, fungsinya akan sangat terbatas jika dia tak terbangun sebagai rumah pemahaman.

Seperti setumpuk kayu yang tak melindungi dari hujan, yang tak menyediakan teras untuk ngopi dan cangkrukan.

https://www.caknun.com/2018/membangun-rumah-pemahaman/

==========================================

Kapasitas Hamba

 •   •  Dibaca normal 1 menit

Tuhan tidak memberi cobaan di luar kapasitas hamba-Nya
Kapasitas apa?
Kapasitas menghadapi cobaan tentunya.

Tapi ada satu aspek lain yang sering kita lupakan: kapasitas pertumbuhan.

Semua cobaan memberi kesempatan manusia untuk bisa re-check keteguhan diri, sekaligus juga bisa menjadi anak tangga yang berharga untuk proses pendewasaan.

Cobaan bisa menjadi beban, bisa menjadi kesempatan.


https://www.caknun.com/2018/kapasitas-hamba/


=====================================

Seolah-olah Gajah

 •   •  Dibaca normal 1 menit

Ada 10 orang yang sedang melukis Gajah di hadapan mereka dengan sudut dan jarak pandang berbeda.
Kemudian orang-orang yang menyaksikan para pelukis tersebut saling berdebat mana yang paling “Gajah”.

Lantas manakah sesungguhnya yang benar Gajah?

Gajah tetaplah hewan Gajah itu sendiri, semua lukisan yang ada hanya seolah-olah Gajah. Satu sudut, cara, jarak dan resolusi pandang yang berbeda.

Maka untuk memahami Gajah tidak bisa hanya melalui lukisan itu melainkan harus menjadi Gajah itu sendiri.

Atau minimal saling intip gambar sebelah, agar lebih lengkap pandang “Gajah”-nya sebelum menyalahkan pelukis lain.




Gambar-Gambar Bunga

 •   •  Dibaca normal 1 menit

Ada setangkai bunga dipotret oleh seorang fotografer dengan metode dan setting kamera berubah-ubah.
Lahirlah gambar-gambar bunga dengan tingkat kejelasan dan kejernihan yang berbeda setiap gambarnya.

Kebenaran pada subjek dan kejadian tertentu, polanya sama dengan gambar-gambar bunga tersebut.
Ada tingkat kejelasan dan kejernihan yang berbeda.

Sementara bunga itu sendiri tidak berubah, tetaplah bunga.
Ada limitasi yang menentukan tingkat clarity dan detail gambar bunga.

https://www.caknun.com/2018/gambar-gambar-bunga/ 

================================== 

Investasi Kematian

 •   •  Dibaca normal 1 menit
Jika merujuk pada konsep investasi dalam bisnis, investasi yang paling aman itu adalah yang dilakukan di ruang-ruang kepastian.

Jika diterapkan dalam hidup, tidak banyak yang bisa dipastikan. Tapi ada satu hal yang sepertinya belum terbantahkan kepastiannya.

Tentang kematian.

Semua yang dianggap hidup, menuju matinya. Semua yang dianggap mati pernah mengalami hidupnya.
Mungkin bedanya hanya pada keputusan apa yang diinvestasikan saat hidupnya, sambil mengisi kegiatan, ngantri menunggu mati.

https://www.caknun.com/2018/investasi-kematian/ 
====================================== 

Tajamnya Akal

 •   •  Dibaca normal 1 menit
Semakin tajam pisau, memudahkan semakin tipis dia mengiris singkong. Dan hasilnya semakin banyak kripik yang bisa dimakan.

Seperti akal juga. Semakin tajam dia, semakin bisa mengiris-iris objek menjadi potongan-potongan yang sangat tipis.
Ini kebenaran pengetahuan yang science dambakan ujungnya.

Yang kita sering lupa, semakin tipis irisan itu, semakin jauh bentuknya dari wujud aslinya.

https://www.caknun.com/2018/tajamnya-akal/ 

=================================

Penyerahan Diri

 •   •  Dibaca normal 1 menit

Al-Islam sebagai penyerahan diri, atau sikap berserah diri, adalah karakteristik agama yang paling esensial. Inilah warisan para nabi, sejak Allah memerintahkan moyangnya, Ibrahim As secara langsung dan tegas. Juga diwasiatkan Ibrahim As dan Yakub As kepada para anak keturunannya.

Penyerahan diri begitu penting dan esensial dalam agama karena terkait dengan fungsi kekhalifahan manusia. Fungsi menjadi “asisten Allah” di muka bumi, demi tersebarnya kebaikan dengan cara pengelolaan hidup manusia dan alam yang lebih baik.


https://www.caknun.com/2018/penyerahan-diri/ 
=================================

Pasrah

 •   •  Dibaca normal 1 menit
Pasrah pada Tuhan bukan berarti seseorang duduk berpangku tangan, tak bergerak dan tak berikhtiar apa-apa lantaran menyerahkan segalanya kepada Tuhan.

Kepasrahan adalah berusaha dan berikhtiar tiada henti setiap mengalami kegagalan. Jika seseorang menempuh ikhtiar A, kemudian buntu, maka ia mencari jalan lain. Jika tetap buntu, ia tetap berikhtiar.

Dengan upaya tiada henti tersebut, ia menemukan keindahan dan kemesraan dalam memasrahkan diri kepada Tuhan.
Dr. Muhammad Nursamad Kamba

Menyaksikan

 •   •  Dibaca normal 1 menit
Penekanan makna syahadat pada kata kerja “menyaksikan” sangat erat kaitannya dengan Islam sebagai dimensi kepasrahan diri. Kita harus menyaksikan setiap saat bahwa tiada Tuhan selain Allah. Agar kita tetap berserah diri kepada-Nya di setiap ruang dan waktu.

Jika ini kita lakukan, maka kita tak terjerumus ke dalam kebohongan, arogansi, dan independensi egosentris. Pada gilirannya tentu membebaskan bumi dari pertumpahan darah dan kerusakan.

Inilah makna perbedaan antara “menyaksikan” dan “kesaksian”. Efek menyaksikan adalah kepasrahan dan penyerahan diri, sedangkan efek kesaksian adalah legitimasi menjadi bagian dari umat.
Dr. Muhammad Nursamad Kamba


https://www.caknun.com/2018/menyaksikan/ 
=================================

Akhlak Muhammad: Al-Qur`an

 •   •  Dibaca normal 1 menit

Kalimat kedua syahadat, yaitu menyaksikan Muhammad sebagai utusan Allah, merupakan bagian inheren sekaligus memperkuat bagian pertama. Maka bagian kedua bermakna menyaksikan bahwa apapun yang dilakukan oleh Rasulullah adalah semata-mata bentuk penyerahan diri kepada Allah.

Ini memastikan bahwa syahadat sesungguhnya mengandung tekad kuat dalam diri kita untuk meneladani Nabi sejak awal, sebagai konsekuensi logis menyaksikan tiada Tuhan selain Allah.

Tuhan Maha Pengasih, Maha Penyayang, dan Maha membimbing hamba-Nya. Dengan kedua syahadat, seolah Allah mengatakan, jika kalian hendak menyerahkan diri, lihat dan contohlah bentuk-bentuk praktiknya kepada diri Muhammad. Oleh karena itu, ketika Aisyah Ra ditanya apakah akhlak rasul, dia menjawab: Al-Qur`an.
Dr. Muhammad Nursamad Kamba
https://www.caknun.com/2018/akhlak-muhammad-al-quran/
======================================

Poros Pengetahuan

 •   •  Dibaca normal 1 menit
Akal adalah poros utama pengetahuan. Tanpa akal, persepsi hanya sebatas gambaran partikel-partikel yang tak memiliki relasi satu sama lain. Seperti kamera yang hanya merekam gambar.

Tampa akal, baris-baris yang direkam oleh mata pada lembaran-lembaran buku hanya sebatas warna hitam di atas kertas. Begitu pula pembacaan teks ayat-ayat dalam kitab suci, tanpa akal hanya sebatas tulisan di atas kertas.

Dr. Muhammad Nursamad Kamba

https://www.caknun.com/2018/poros-pengetahuan/

===============================

Bunyi dan Musik Al-Qur`an

 •   •  Dibaca normal 1 menit

Meski dikomunikasikan dengna bahasa Arab, Al-Qur`an bukanlah sekadar teks bacaan layaknya teks-teks lainnya yang dapat dimengerti kandungannya hanya dengan mengikuti logika bahasa. Pesan-pesan Al-Qur`an tidak hanya bisa dimengerti melalui mekanisme bahasa, tetapi juga lewat bunyi dan musik pembacaannya.

Dr. Muhammad Nursamad Kamba

https://www.caknun.com/2018/bunyi-dan-musik-al-quran/



=====================================

Al-Qur`an yang Dinamis dan Aktual

 •   •  Dibaca normal 1 menit
Untuk mempelajari dan memahami Al-Qur`an, diperlukan lebih dari satu metodologi. Mungkin, lebih tepat mengatakan metodologi terbuka yang holistik dan komprehensif. Namun, tetap saja itu semua tak mampu menyingkap makna Al-Qur`an secara sempurna. Sebab, di samping sifatnya yang transenden, di sisi lain juga mengandung makna yang dinamis dan selalu aktual.

Dr. Muhammad Nursamad Kamba


https://www.caknun.com/2018/al-quran-yang-dinamis-dan-aktual/

==========================================

Upgrading Diri

Syahdan, pikiranmu sedang sibuk akan sesuatu. Pada saat bersamaan, temanmu mengajakmu berbicara dengan sesuatu yang lain sama sekali. Apakah pembicaraan kalian nyambung?

Software super canggih, misalnya Windows 10, jika diinstal pada hardware generasi pra pentium, pasti tidak nyambung. Ini yang kita sebut kompatibel. Antarmakhluk saja membutuhkan kompatibilitas biar bisa nyambung, apalagi dengan Tuhan.

Boleh jadi, taraf-taraf diri yang disinggung dalam Al-Qur`an dari aql, qalb, fuad, lubb, sirr, hingga sirrul asrar merupakan proses ‘upgrading‘ diri.

Dr. Muhammad Nursamad Kamba

https://www.caknun.com/2018/upgrading-diri/
========================================

‘Aql, Qalb, Fuad, Lubb, Sirr, Sirrul Asrar

 •   •  Dibaca normal 1 menit


Pada tahap ‘Aql, seseorang hanya dapat berkomunikasi dengan Al-Qur`an pada tataran yang tampak saja dan menemukan relasi berbagai entitas empirik. Pada tahap Qalb, ia sudah bisa menemukan rasa yang indah dalam pesan-pesan Al-Qur`an.

Selanjutnya, pada tahap Fuad, ia memperluas cakrawala pemikiran yang terpadu dengan rasanya. Pada tahap Lubb, rasa dan selera ketuhanan mulai mendominasi alam kesadarannya.

Dan pada tahap Sirr, Tuhan menjadi dominan mutlak. Lalu pada tahap Sirrul Asrar ia menjadi tiada–hanya Tuhan yang ada.
Dr. Muhammad Nursamad Kamba

 https://www.caknun.com/2018/aql-qalb-fuad-lubb-sirr-sirrul-asrar/
===================================

Modal Esensial Tafsir

 •   •  Dibaca normal 1 menit
Modal esensial bagi penafsiran ayat-ayat Al-Qur`an bukan penguasaan tata bahasa Arab dan ilmu-ilmu alat lainnya. Yang paling penting dan utama adalah kebersihan jiwa, kelapangan dada, kebebasan dari hawa nafsu dan hasrat-hasrat egois, serta memiliki kejujuran. Dengan begitu, hasil penafsirannya menciptakan kebijaksanaan dan kearifan.

Boleh jadi inilah yang dimaksudkan Tuhan dalam Al-Baqarah 282: “Bertakwalah dan Allah akan mengajarkanmu”. Jangan pernah mengandalkan dirimu dalam memahami pesan-pesan Allah dalam kitab suci-Nya. Biarkan Allah memberitahumu makna yang dikehendaki-Nya–jika dirimu sudah bersih dan kompatibel.
Dr. Muhammad Nursamad Kamba

https://www.caknun.com/2018/modal-esensial-tafsir/


Bukan Gembalaan

 •   •  Dibaca normal 1 menit
Al-Qur`an menegaskan bahwa penciptaan manusia begitu sempurna, ahsanu taqwim. Tuhan sudah merumuskan jenjang-jenjang perjalanannya menuju Tuhan. Manusia hanya butuh memulai dengan menggerakkan akal sehatnya, mengembangkan intuisinya untuk menangkap sinyal-sinyal dan isyarat-isyarat Tuhan yang selalu menuntunnya. Jika manusia merealisasikan ini, ia akan memiliki selera berketuhanan yang mendorong perkembangan akal pikirannya.

Baginda Nabi sangat memahami posisi manusia sebagai makhluk yang sempurna. Oleh karena itu, beliau tidak memperlakukan umatnya layaknya gembalaan yang digiring ke suatu tempat. Rasul menjelaskan apa-apa yang oleh Tuhan diminta kepadanya agar disampaikan kepada umat dengan cara persuasif.
Dr. Muhammad Nursamad Kamba

https://www.caknun.com/2018/bukan-gembalaan/ 
=======================================

Ketika Disesatkan Tuhan

 •   •  Dibaca normal 1 menit
Manusia tidak memerlukan otoritas keagamaan untuk menunjukkan jalannya kepada Tuhan. Sebab, hanya Tuhan yang kuasa memberi petunjuk. Tuhan bisa juga menyesatkan manakala manusia tidak tertib mengikuti jenjang perjalanan yang sudah disiapkan Tuhan baginya–ketika manusia mengabaikan akal sehat, tidak mengembangkan intuisinya, nuraninya mati, serta tidak punya selera berketuhanan.

Dr. Muhammad Nursamad Kamba
emha-ainun-najib-caknun-mbahnun

  • Muhammad Ainun Nadjib
Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) melakukan dekonstruksi pemahaman nilai, pola komunikasi, metoda perhubungan kultural, pendidikan cara berpikir, serta pengupayaan solusi masalah masyarakat.



  • Emha Ainun Nadjib
Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) menelusuri alam(default)nya manusia dan kehidupan, mengijtihadi (mengkhalifahi)(mengkreatifi)(custom, carangan) budidaya sosial (dari ulat-kepompong-kupu hingga politik dan peradaban) agar memasuki masa depan yang segelombang dengan yang dirancang dan diwujudkan oleh Maha Pengqadla dan Pengqadar.

Posting by Suyadi Jossmart
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar